Jumat, 06 April 2018

Makalah Brhad-Aranyaka Upanisad Bab I Brahmana 1 - Bab III Brahmana 2

UPANISAD

BRHAD-ARANYAKA UPANISAD
BAB I Brahmana Pertama- BAB III Brahmana Kedua

Dosen Pengampu:
Kadek Hemamalini, S.Pd.H, M.Fil.H


Oleh:
Eni Kusti Rahayu
Kadek Sucipta
Oke Setiawan
Wayan Kemenuh
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU
DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
2017


KATA PENGANTAR 
Om swastyastu 
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida sang Hyang Widi Wasa atas berkat waranugraha-Nya, makalah mata kuliah Upanisad ini bisa terselesaikan.Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini, diantaranya, Ibu Kadek Hemamalini, S.Pd.H, M.Fil.Hsebagai dosen pengampu mata kuliah Upanisad, teman-teman dikelas yang telah memberikan kami dukungan, dan semua pihak Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta yang terkait dalam menyediakan sarana dan prasarana guna mempermudah pencarian literature.
Makalah yang kami buat ini sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran bagi pembaca sangat diharapkan guna dijadikan pembelajaran pada pembuatan makalah yang akan datang. Terima kasih atas partisipasinya semoga semua isi yang ada dalam makalah dapat bermanfaat bagi bembaca.
Om santi, santi, santi Om.
Jakarta, Mei 2017
Penulis





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................      i
DAFTAR ISI .............................................................................................      ii
BAB IPENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang........................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah...................................................................... 2  
1.3  Tujuan........................................................................................ 2  

BAB IIPEMBAHASAN
1.1        BAB I Brahmana Pertama................................................... 3
1.2        Brahmana kedua................................................................... 4
1.3        Brahmana ketiga................................................................... 5
1.4        Brahmana keempat............................................................... 7
1.5        Brahmana kelima.................................................................. 8
1.6        Brahmana keenam................................................................ 14
1.7        BAB II Brahmana Pertama.................................................. 15
1.8        Brahmana kedua................................................................... 16
1.9        Brahmana ketiga................................................................... 17
1.10          Brahmana keempat…………………………………………18
1.11          Brahmana kelima.................................................................. 19
1.12          Brahmana keenam................................................................ 21
1.13          BAB III Brahman pertama.................................................. 22
1.14          Brahmana kedua................................................................... 23
BAB IIIPENUTUP
1.1  Kesimpulan................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Upanisad merupakan konsep filsafat Hindu dimana,Upanisad sendiri berasal dari kata Upa, ni, dan shad. Upa berarti dekat, ni berarti di bawah, dan shad berarti duduk. Jadi, Upanisad berarti duduk dekat, yaitu duduk di dekat seorang guru untuk menerima ajaran dan pengetahuan yang lebih tinggi. Kitab upanisad berbentuk dialog antara seorang guru dan muridnya, atau antara seorang Brahmana dengan Brahmana lainnya.
Upanisad mengungkapkan hakekat kebenaran yang menjadi dasar segala yang ada, semesta, dan realitas tertinggi yang diungkapkan secara filosofis sehingga dapat diterima secara rasional. Pokok ajaran  dari Upanisad adalah tentang Brahman, Atman, Kosmologi, Eskatologi, dan Psikologi.
Brhad-aranyaka Upanisad adalah salah satu bagian dalam Upanisad Utama. Brhad-aranyaka upanisad yang dianggap sebagai yang terpenting dari semua upanisad, terdiri dari tiga kanda yaitu Madhu kanda yang mengajarkan tentang identitas dasar dari individu dan atman semesta. Muni kanda memberikan pembenaran secara falsafah dari ajaran ini, dan Khila kanda yang membicarakan tentang beberapa macam pemujaan dan Samadhi, upasana,  yaitu menjawab secara garis besartiga tahap kehidupan beragama Svarana, mendengarkan, Manana, pemikiran logis, dan nididhyasana atau perenungan. Berdasarkan uraian tersebut, dalam makalah ini, kami akan membahas Brhad-aranyaka Upanisad BAB I Brahmana Pertama- BAB III Brahmana Kedua




1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa saja pembahasan dalam BAB IBrhad-aranyaka Upanisad?
2.      Apa saja pembahasan dalam BAB II Brhad-aranyaka Upanisad?
3.      Apa saja pembahasan dalam BAB III Brhad-aranyaka Upanisad?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa saja pembahasan dalam BAB IBrhad-aranyaka Upanisad;
2.      Untuk mengetahui apa saja pembahasan dalam BAB IIBrhad-aranyaka Upanisad;
3.      Untuk mengetahui apa saja pembahasan dalam BAB IIIBrhad-aranyaka Upanisad.











BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BAB I Brhad-aranyaka Upanisad
2.1.1 Brahmana Pertama
            “ Siang sesungguhnya muncul dari sang kuda ketika kereta yang disebut mahiman muncul didepannya (kuda). Sumbernya adalah lautan di timur. Malam sesungguhnya muncul untuk sang kuda ketika kereta yang disebut mahiman muncul di belakangnya. Sumbernya adalah di lautan Barat. Kedua kereta ini sesungguhnya muncul pada sisi kuda sebagai dua kereta yajna. Menjadi kuda sembrani dia membawa para dewata, sebagai kuda pemacek dia membawa para gandharva, sebagai kuda balap dia membawa raksasa dan sebagai kuda biasa dia membawa manusia. Laut adalah keluarganya, laut adalah sumbernya.”
            Dalam Brhad-aranyaka Upanisad Bab I Brahmana Pertama, ini membahas tentang Aswa Medha Yadnya. Tentang Aswameda Yadnya ini kita jumpai dalam Mahabharata, dimana  di Hastinapura Yudistira saat itu sedang termenung mengingat perang Baratayudha yang telah berlalu, banyak korban berjatuhan dari kedua pihak antara pasukan pandawa dan kurawa. Dalam ketermenungannya, Yudistira tiba-tiba mendapat sabda dari Rsi Byasa, dalam sabdanya itu, Rsi berkata, “cucuku Yudistira perang sudah usai dan dirimulah sebagai pemenangnya, untuk itu sebagai raja yang arif dan bijaksana, kakek menyarankan kamu untuk melakukan upacara Aswameda.”
            Aswameda atau korban kuda merupakan tradisi ritual yang berasal dari zaman veda sebagai symbol representasi kekuatan dan kekuasaan yang tertinggi atas raja-raja yang lain, yang merupakan taklukannya. Pada awalnya dilakukan oleh raja yang menginginkan keturunan. Tetapi kemudian menjadi korban untuk membuktikan kekuasaannya dan apabila seorang raja telah merasakan  diri telah berkuasa penuh dalam wilayahnya,  maka ia akan mengadakan korban Aswameda. Untuk itu seekor kuda dari warna tertentu (putih atau coklat muda keemas-emasan)  dilepaskan dan diikuti (dijaga oleh sekelompok ksatriya, yang harus melindunginya terhadap serangan orang atau pencuri).
            Selama setahun, kuda itu berkelanakemanapun ia suka tanpa diganggu dan dilindungi oleh satu pasukan bersenjata.  Bila ia melewati perbatasan kerajaan lain, rajanya akan melawan berperang atau menyerah. Setelah kuda itu aman berkeliaran demikian,  maka kedudukan raja yang melepaskannya kuda-kuda itu telah terbukti. Pada akhir tahun kuda itu akan kembali ke ibu kota dan disambut dengan upacara besar lalu kuda dikorbankan. Raja-raja yang juga pernah melaksanakan Aswameda yadnya adalah Raja Samudragupta, pemimpin kerajaan Gupta; Raja Sagara, pemimpin kerajaan Kosala; Raja Aswawarman pemimpin kerajaan Kutai.

2.1.2Brahmana Kedua
a)      Penciptaan alam semesta
“ Pada mulanya adalah hampa, tidak ada sesuatupun disini. Oleh kematianlah semuanya ini ditutupi atau oleh kelaparan, sebab lapar adalah kematian. Dia menciptakan pikiran, yang berpikir “akan kuciptakan Atman”. Kemudian dia bergerak dan menyembah. Dari sembahnya itu terciptalah air. “Sesungguhnya.”  Dia berpikir, “ketika aku sedang menyembah, muncullah air dank arena itu air disebut arka (Api)”. Air sesungguhnya akan muncul pada seseorang yang mengerti mengapa air disebut arka (api).”
Dalam Brahmana ini menjelaskan tentang penciptaan alam semesta yang awalnya itu adalah hampa, kemudian, tercipta air, api, zat padat dan kemudian terciptalah alam semesta beserta isinya termasuk bumi, bulan, matahari, langit, dan arah. Dalam Mahanarayana Upanisad disebutkan “sang pencipta, yang hadir dalam air tanpa tepi, pada bumi dan diatas surga, dan yang lebih besar dari yang besar, setelah memasuki kecerdasan makhluk yang bersinar dalam wujud benih, bertindak dalam janin (yang tumbuh menjadi makhluk hidup yang dilahirkan). (Vimalananda, 1997;3)
            Menurut Brahmanda Purana, pada awalnya tiada apapun,  dunia ini gelap total, dimana-mana yang ada hanyalah air, dari dalam air itu muncul telur keemasan, dari dalam telur itu Brahma menciptakan dirinya sendiri.
Kemudian di mantra 4 sampai mantra 7menjelaskan tentang atman, dimana atman itu menginginkan tubuh yang kedua (tubuh atau bentuk). Dari tubuh itu kemudian ia melakukan yadnya sebagai bentuk persembahan atau pengorbanan suci kepada seluruh dewata.
2.1.3 Brahmana Ketiga
a)      Keunggulan Nafas Dibandingkan dengan Fungsi-fungsi Badaniah
“Dia disebut Ayasya Angirasa karena dia adalah inti dari seluruh anggota raga. Sesungguhnya, nafas hidup ini adalah inti dari anggota raga, ya, nafas hidup adalah inti dari anggota raga. Karena itu, dari anggota raga apa saja nafas hidup meninggalkan kita, itu pasti akan menjadi kering; sebsb sesungguhnya dia adalah inti dari anggota raga.”
Dalam Brahmana ketiga ini menjelaskan bahwa Atman adalah yang tertinggi, ia menguasai ego, manas, dan kesepuluh indriya.(Sutrisna,2009;67) Atman atau nafas adalah inti dari tubuh, tanpa nafas, tubuh akan mati dan panca indriya tidak dapat bergerak atau bekerja. Atma adalah yang menghidupkan makhluk itu sendiri, sering juga disebut badan halus dan atma yang menghidupkan badan manusia disebut Jiwatman. Badan dengan atma ini bagaikan hubungan kusir dengan kereta. Kusirnya adalah atma, keretanya adalah badan. Indria di badan kita tidak akan berfungsi tanpa atma. Misalnya, mata tidak dapat melihat jika tidak dijiwai oleh atma. Telingapun tidak dapat mendengar apabila tidak ada sang atma. (Suwisma, 2013; 115)
b)      Wirama Dukacita Tentang Nafas
“ Sekarang, pengulangan berikutnya hanya berasal dari wirama penyucian. Sesungguhnya pendeta prastotr melantunkan wirama ini dan ketika  dia menyanyi hendaklah dia yang melakukan yadnya yang melantunkannya (ketiga mantra yajus) ini. “Dari yang tidak nyata, bawalah aku kepada yang nyata, dari kegelapan bawalah aku kepada sinar yang terang, dari kematian bawalah aku kepada keabadian.” Ketika tidak nyata adalah kematian yang nyata adalah keabadian. “ dari kematian bawalah aku kepada keabadian,” “jadikanlah aku keabadian” begitulah apa yang dia katakana. “ dari kegelapan bawalah aku kepada sinar yang terang; kegelapan sesungguhnya adalah kematian, sinar adalah keabadian. Dari kematian bawalah aku kepada keabadian jadikanlah aku abadi, itulah yang dia katakana. “ Dari kematian bawalah aku kepada keabadian,” tiada yang disembunyikan disini (atau samar-samar dank arena itu memerlukan penjelasan). Sekarang ayat-ayat apa saja (yang lain) dalam nyanyian ini yang berisi pujian, padanyalah seseorang mestinya memperoleh makanan dengan nyanyian. Dan karena itu padanyalah pula seseorang memilih permintaan apa saja yang diinginkan. Pendeta udgatr itu yang mengerti hal ini, keinginian apa saja yang dia inginkan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk yang melakukan yadnya itu dia peroleh dari nyanyian. Inilah yang disebut menaklukan dunia. Dia mengerti wirama ini, untuk itu dia tidak ada ketakutan atas keadaannya tanpa dunia.”

Dalam bagian ini dijelaskan bahwa nafas  pada hakikatnya adalah  suatu keabadian. Namun dalam tubuh manusia, nafas dipengarui oleh keduniawian, sehingga membutuhkan suatu pembebasan.
Pertemuan antara atma dan badan menimbulkan ciptaan menyebabkan atma dalam keadaan avidya. Avidya artinya gelap, lupa pada kesadaran. Avidya muncul karenapengaruh unsur panca mahabhuta yang mempunyai sifat duniawi, menyebabkan atma dalam diri manusia dalam keadaan awidya. Tujuan kehidupan ialah menghilangkan awidya guna meraih kesadaran yang sejati dengan cara berbuat baik, subha karma.  Menyadari sifat atma yang sempurna dan penuh kesucian menimbulkan usaha untuk menghilangkan pengaruh awidya tadi. Apabila manusia meninggal, yang rusak hanyalah badan kasar, sedangkan atma tetap ada. Atma akan kembali mengalami kelahiran dengan membawa karma wasana. oleh karena itu, haruslah berbuat baik atas dasar pengabdian  untuk membebaskan sang Atma dari ikatan duniawi. Jika tidak ada pengaruh duniawi, atman dan Brahman akan menyatu. (Suwisma, 2013; 115-116 )

2.1.4        Brahmana Keempat
a)      Penciptaaan Dunia dari Atman
“ Pada mulanya dunia in adalah atman, dalam bentuk sebagai seseorang. Melihat  ke sekelilingnya dia tidak melihat apa-apa kecuali dirinya. Pertama-tama dia berkata “Aku”. Karena itu terciptalah kata aku. Karena itu bahkan sampai sekarang, jika seseorang disebut pertama-tama ia akan berkata “inilah aku”, dan kemudian menyebutkan nama apa saja yang dia punyai. Sebab sebelum semuanya ini, dia membakar segala kejahatan, karena itulah dia adalah seseorang. Dia yang mengerti hal ini sesungguhnya membakar orang yang ingin berada di depannya.”
Dalam Brahmana keempat dijelaskan  bahwa pada mulanya dunia ini adalah atman dalam bentuk seseorang. Ketika seorang ini melihat sekelilingnya dia tidak melihat siapa-siapa kecuali dirinya. Seseorang itu  menginginkan yang kedua. Dia yang menyebabkan atman menjadi dua bagian yang berpasang-pasangan, dia menciptakan segala sesuatunya, apa saja yang ada dalam bentuk sepasang. Kemudian lahirlah sapi sebagai binatang yang pertama.
            Menurut matsya purana, penciptaan terjadi setelah mahapralaya, leburnya alam semesta, kegelapan dimana-mana. Semuanya dalam keadaan tidur. Tidak ada materi apapun, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, lalu swayambu melalui dirinya sendiri menjelma, yang merupakan bentuk diluar indria. Ia menciptakan air/cairan pertama kali, dan menciptakan bibit penciptaan didalamnya, bibit itu tumbuh menjadi telur emas. Lalu swayambu memasuki telur itu, dan disebut visnu karena memasukinya.
            Setelah menciptakan alam beserta isinya, kemudian Tuhan menciptakan golongan dewata dalam kelompok yaitu Vasu, Rudra, Aditya, Visvadeva dan Maruta. Setelah itu diciptakanlah catur varna, yaitu Brahmana, ksatriya, Vaisya, dan Sudra.Dari semua yang telah diciptakan ini, wajib bagi mereka untuk melaksanakan persembahan yadnya, bagi keselamatan semua makhluk.
2.1.5        Brahmana Kelima
a)      Penciptaan Dunia oleh Praja-pati sebagai Makanan untuk Dirinya
“Ketika Bapak (dari penciptaan) menciptakan melalui pengetahuan dan tapa tujuhmacam makanan, salah satu makanannya adalah umum untuk semua makhlu, dua dia berikan untuk dewata, tiga dia buat untuk dirinya sendiri, satu dia berikan kepada binatang. Di dalam hal inilah semuanya berada, apa saja yang bernafas dan yang tidak. Mengapa mereka tidak menolak ketika mereka sepanjang waktu dimakan? Dia yang tidak mengerti ketidakbinasaan ini, dia akan menyantap makanan dengan mulutnya. Dia menuju para dewata, dia hidup dengan kekuatan. Begitulah ayat ini.”
Dalam brahmana ini kita menyimpulkan bahwa dalam bagian ini menjelaskan tentang struktur alam semesta. Bagian atas alam semesta terdiri dari tujuh lapisan, tujuh lapisan tersebut dikenal dengan istilah Saptaloka (tujuh alam). Bhurloka adalah lapisan paling bawah tempat bumi berada; Bhuwahloka adalah lapisan alam diatasnyaa yang didiami oleh para raksasa; swahloka atau swargaloka atau surgaa adalah kediaman para dewa yang dipimpin oleh Dewa Indra; Mahaloka adalah kediaman Rsi Bhrigu; Janaloka adalah kediaman sapta rsi;Tapaloka merupakan kediaman ras makhluk yang disebut weragi; Satyaloka atau Brahmaloka merupakan kediaman penguasa satu alam semesta, yaitu Dewa Brahma.
            Di bawah Bhurloka terdapat lapisan tujuh alam bawah yang dihuni oleh makhluk dengan unsur kasar. Ini dikenal dengan sapta patala, terdiri dari Atala, Witala, Sutala, Talatala, mahatala, Rasatala, Patala. Atala identik dengan mahamaya; Witala dipimpin oleh manifestasi siwa yang disebut Hetakeswara; Sutala dipimpiin oleh raksasa Bali; Talatala dipimpin oleh Maya; Mahatala kediaman ular raksasa; Rasatala dihuni oleh para Detya dan Denawa; Patala dipimpin oleh Basuki, Raja para naga. Planet-planet neraka atau neraka berada di patala.
            Selanjutnya adalah disebutkan tiga dia buat untuk dirinya yaitu pikiran, wicara dan nafas. Tiga hal ini bertujuan agar manusia dapar bersamadhi bahwa pikiran, wicara, dan nafas adalah yang akan melindungi dia.




b)      Atman Disamakan dengang Enam Belas Macam Praja-pati
“ Sesungguhnya orang disini yang mengerti adalah dia sendiri Praja-pati dengan enam belas bagiannya yang adalah tahun. Hartanya adalah yang limabelas bagian, dan yang keenambelas adalah atmannya. Dalam harta sajalah seseorang dapat berkurang dan bertambah. Atman adalah poros, kekayaan, adalah pelek (kalau ban sepeda, velg). Karena itu bahkan dikatakan bahwa kalau seseorang kehilangan segalanya kecuali dirinya, orang berkata bahwa ia hanya kehilangan peleknya (yang bisa diperoleh kembali).”
Inti dari mantra ini adalah Atman sebagai poros hidup. Atman adalah nafas dari yang hidup, ia mencakup segala sesuatu yang hidup, jiwa, diri, atau oknum yang menjadi inti dari perorangan. Atman adalah asas dari hidupnya manusia, yang bersifat kekal dan berbeda dengan tubuh yang maya ini. sesungguhnya atman adalah keberadaan yang sejati, kesadaran yang tidak dapat disamakan dengan pikiran dan kecerdasan. Atman adalah yang nyata yang mendasari kekuatan yang sadar dari perorangan, tempat berpijak yang paling dalam dari jiwa manusia. (Sutrisna,2009; 65)

c)       Ketiga Dunia dan Cara-cara untuk Memperolehnya
“ Sekarang sesungguhnya ada tiga dunia yaitu, dunia manusia, dunia leluhur, dan dunia dewata. Dunia manusia ini hany abisa diperoleh melalui keturunan saja, bukan oleh perbuatan yang lain, dunia leluhur dengan persembahan, dunia dewata dengan pengetahuan. Dunia para dewata adalah sesungguhnya dunia yang terbaik. Karena itulah mereka memuji pengetahuan.”
Dengan mempunyai keturunan yang suputra, akan mengantarkan orang tua mencapai pembebasan, dengan melakukan persembahan yadnya maka dapat membantu leluhur untuk mencapai pembebasan. Dengan pengetahuan yang baik(Vidya) seseorang dapat mencapai alam para dewata, sehingga ia harus manghilangkan segala sifat awdiya. Dalam bhagawadgita Krishna mengajarkan bahwa bila engkau mengembangkan pengetahuan spiritual, segala ketidaktahuanmu akan lenyap,maka kesusahan, kesulitan, dan kesedihanmu akan lenyap pula(Narayana, 2010; 213)

d)     Berkat Seorang Ayah dan Pemindahan Kekuatan
“Sekarang mengenai peralihan. Ketika seseorang merasa bahwa dia akan segera mninggal, dia berkata kepada anaknya  “engkau adalah Brahman, engkau adalah yadnya, dan engkau adalah dunia”. Sang anak menjawab “akulah Brahman, akulah yadnya, akulah dunia”. Sesungguhnya apapun yang telah dipelajari semua  yang didapat adalah pengetahuan (brahman). Sesungguhnya yadnya apa saja yang pernah dibuat,semuanya itu dijadikan satu dunia.  Semuanya adalah demikian, seperti itu. Karena demikian adanya semua, hendaknya dia (sang anak) memelihara (hubungan-hubunganku) di dunia ini begitulah sang ayah berpikir. Kerena itulah dia memanggil sang anak diperintahkan untuk, “memperoleh dunia”, dan karena itu mereka memerintahkan kepada dia. Apabila seseorang mengerti kepergian dari dunia ini dia akan memasuki  anaknya bersama dengan nafasnya. Apa saja kesalahan yang pernah dibuatnya, anaknya membedaskan dia dari semua itu, karena itulah dia disebut seorang putra. Karena sang anaklah seorang bapak berdiri teguh di dunia ini. kemudian kepadanya masuklah nafas Tuhan yang abadi.”

Dalam bagian ini kami mengetahui bahwa Brahman adalah ayah asli dari semua makhluk hidup, dalam Bhagawadgita XIV.14. 4  telah disebutkan sebagai berikut:

“sarva-yonisu kaunteya  murtayah sambbhavanti yah
Tasam brahma mahad yonir aham bija-pradah pita”
Artinya;
Hendaknya dimengerti bahwa segala jenis kehidupan dimungkinkan oleh kelahiran di alam material ini, dan bahwa akulah ayah yang memberi benih, wahai putera Kunti.

e)      Nafas yang Tidak Pernah Berhenti
“ Berikut adalah mengenai pertimbangan dari upacara-upacara ini. praja-pati menciptakan indriya aktif. Indriya-indriya ini sewaktu diciptakan, mereka bertengkar satu dengan yang lainnya. Wicara memutuskan “aku akan terus bicara”, mata ; “aku akan terus melihat.” Telinga; “aku akan terus mendengar”. Dan begitulah seterusnya alat-alat tubuh yang lainnya berfungsi sesuai dengan tugasnya. Kematian, setelah keletihan akhirnya mencengkeram mereka. Kematian menguasai mereka; setelah menguasai mereka, kematian memberhentikannya dari tugas-tugas mereka. Akibatnya wicara menjadi letih, mata dan telinga menjadi letih. Tetapi kematian tidaklah menguasai mereka yang merupakan nafas tengah (madhyaman pranah). Mereka (indriya-indriya) ingin mengerti tentang nafas tengah ini dengan berkata ; “ inilah sesungguhnya yang terbesar diantara kita, sebab walaupun bergerak atau tidak bergerak tidaklah dia terganggu atau terluka, dank arena itumari kita mengambil bentuknya; dari dia mereka menjadi menpunyai bentuk. Karena itulah mereka disebut dengan panggilannya yaitu “nafas” (prana). Pada keluarga mana saja yang mengerti akan hal ini maka mereka memanggil keluarga itu dengan sebutan namanya. Dan barang siapa yang bekerja keras dengan orang yang mengerti akan hal ini akan menjadi layu dan setelah layu akan meninggal pada akhirnya.  Inilah dalam hubungannya dengan atman.”

Dalam bagian ini menjelaskan bahwa sifat dari nafas itu kekal abadi, meskipun indria-indria dan badan jasmani telah meninggal, nafas itu tetap ada. Ini bukti bahwa Tuhan juga  tidak berhenti bekerja. Tuhan selalu bekerja  dengan mengamati energi-energinya, ia mengendalikan segala sesuatu yang diciptakannya.
            Nafas atau yang disebut dengan prana adalah jumlah total dariseluruh energy  yang terwujud di alam semesta. Jumlah total dari semua energy itu adalah daya yang ada di alam. Ia merupakan jumlah total dari daya dan kekuatan terpendam yang tersembunyi dalam diri manusia dan terdapat dimana-mana. “Ia yang mengetahui prana juga akan mengetahui Veda” adalah pernyataan penting yang dijelaskan dalam sruti. Dalam Vedanta sutraanda temukan : “dengan alasan yang sama, nafas adalah Brahman”. (Sivananda, 1998;2)


f)       Udara yang Tidak Pernah Habis
“Sekarang dalam hubungannya dengan dewata.  Api memutuskan ; “aku akan terus membakar” Matahari “aku akan terus menghangatkan” Bulan “aku akan tetap bersinar”. Demikianlah kata para dewata, menurut tugas kedewataannya masing-masing. Sebab prana memempati kedudukan pusat diantara nafas-vital, demikian juga udara diantara para dewata ini;  sebab dewata yang lain mempunyai masa surutnya tetapi tidak demikian dengan udara. Udara adalah dewata yang tidak pernah beristirahat.”

Mantra 22 menjelaskan bahwa, Tuhan berada dalam setiap makhluk, beliau bersemayam di hati setiap manusia, dan Tuhan itu bersifat kekal. Dalam mantra 23 ini menegaskan bahwa mengingat Tuhan adalah yang terpenting. Dia yang senantiasa mengingat tuhan, maka akan mencapai pembebasan, seperti sloka Bhagawadgita sloka VIII 8.8dibawah ini:
“ abhyasa-yoga-yuktena cetasa nanya-gamina
Paramam purusam divyam yati parthanucintayan”
Artinya;
Orang yang bersemadi kepadaKu sebagai kepribadian Tuhan yang maha Esa, dengan pikirannya senantiasa tekun ingat kepada-ku, dan tidak pernah menyimpang dari jalan itu, dialah yang pasti mencapai kepada-ku, wahai partha.


2.1.6Brahmana keenam
a)      Tiga Macam Sifat Dunia
“ Sekarang mengenai pekerjaan tubuh adalah sumbernya sebab daripadanyalah semua pekerjaan muncul.  Ini adalah segi mereka yang sama, sebab ini umum untuk semua pekerjaan. Ini adalah Brahman mereka, sebab dia mempertahankan semua pekerjaan. Ketiga-tiganya ini adalah satu, yaitu atman ini; atman walaupun satu adalah ketiga hal ini. inilah yang menjadi abadi yang ditudungi oleh yang nyata. Nafas adalah sesungguhnya adalah yang abadi.  Nama dan bentuk adalah yang nyata. Oleh merekalah nafas ini ditudungi.”
           
Dalam brahmana keenam menyebutkan bahwa tubuh, indriya adalah nyata, tetapi nafaslah yang abadi. Nafas atau atman ini akan tetap adawalaupun tubuh telah lenyap. Badan manusia terdiri dari stula sarira, suksma sarira dan antakarana, yang semua ini dipelihara olah atman. (Sutrisna, 2009; 68)




2.2      BAB II Brhad-aranyaka Upanisad

2.2.1        Brahmana Pertama
a)      Batasan Progresif Tentang Brahman
“Gargya berkata: “Makhluk yang ada pada matahari, kepadanyalah aku Samadhi seperti kepada Brahman” Ajatasatru berkata “mohon jangan bicara tentang dia kepadaku. Aku Samadhi kepada dia yang tiada taranya, sebagai kepala dan raja dari semua makhluk. Dia yang Samadhi dengan cara itu akan menjadi makhluk yang tiada taranya, kepala dan raja dari semua makhluk.

Mantra 20
“Seperti laba-laba bergerak dalam jaringnya, bagai percikan api yang keluar dari api, begitu pulalah dari atman ini datang nafas-nafas, semua dunia, semua dewata, semua makhluk. Arti rahasianya adalah kebenaran. Nafas vital adalah kebenaran, dan kebenaran ini adalah dia (atman).”
Dalam bagian ini menjelaskan bahwa Brahman adalah sumber dari segala makhluk, Brahman sebagai   simbolisasi alam semesta, disini Brahman bersifat imanen. Brahman diwujudkan sebagai matahari, bulan, halilintar, angkasa, udara, api, air, suara, ruangan,dan bayangan. Kemudian dalam mantra selanjutnya membahas tentang Brahman sebagai atman dalam diri manusia, Brahman ada dalam setiap tubuh manusia.
Brahmanlah yang menjadi penyebab terciptanya dan penyebab bergeraknya segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.  alam semesta beserta isinya yang terdiri dari tanah, air, api, udara,  dan eter berasal dari Brahman dan berada di bawah perintah beliau yang bersifat abadi  dan memiliki sifat ada dimana-mana.
2.2.2        Brahmana Kedua
a)      Nafas yang Tercakup dalam Diri Seseorang
“mengenai hal ini ada mantra sebagai berikut: “terdapat sebuah mangkok dengan bagian mulutnya berada di bawah dan bagian bawahnya ada di atas.  Dalam mangkok tersebut diletakkan keagungan dari bentuk yang aneka ragam. Pada pinggiran mangkok tersebut duduklah sapta rsi, dan ber-wicara seperti yang kedelapan berhubungan dengan Brahman. ” apa yang disebut sebagai “mangkok yang bagian mulutnya dibawah dan bagian bawahnya di atas” adalah kepala, sebab itu adalah mangkok dengan bagian mulutnya dibawah dan bagian bawahnya diatas. “ di dalamnya terketak keagungan dari bentuk yang aneka ragam”; nafas sesungguhnya  adalah dimana keagungan  dari berbagai bentuk ditempatkan; dengan demikian dia mengatakan bahwa itu adalah nafas. Pada pinggirannya duduklah sapta rsi, sesungguhnya nafas adalah para rsi; dengan demikian dia mengatakan bahwa itu adalah nafas. “wicara sebagai yang kedelapan hubungannya dengan Brahman.” Sebab wicara sebagai yang kedelapan berhubungan dengan brahman.”
Menjelaskan bahwa atman yang menghidupkan indriya manusia. Manusia yang menyadari keberadaan atman atau nafas dalam dirinya akan mengendalikan dirinya sendiri sehingga akan terhindar dari berbagai macam musuh. Apabila menyadari sifat atman yang sempurna dan penuh kesucian, untuk itu  seseorang akan senantiasa memusatkan pikirannya kepada Tuhan. atman atau nafas kehidupan adalah bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia. Atman mengandung di dalam dirinya hakikat manusia yang sejati. Atman bukan hanya berada dalam diri manusia, melainkan juga dalam segala sesuatu yang berada di alam semesta ini, sama halnya dengan Brahman. Tiada sesuatupun yang berada di luar Brahman dan Atmanlah yang nyata diluarnya tiada sesuatupun yang nyata. (Sutrisna, 2009;39)
Di dalam badan terdapat hati spiritual, dan dalam hati itu bersemayam Tuhan, juga dalam tubuh ada jiwa. Keduanya, Tuhandan jiwa tampaknya terpisah dalam badan, tetapi keduanya bekerja sama, memainkan peran masing-masing dalam tubuh. (Narayana, 2010; 403)

2.2.3        Brahmana Ketiga
a)      Dua Bentuk dari yang Nyata
“ Sesungguhnya ada dua bentuk Brahman, yang berbentuk dan yang tidak berbentuk , yang fana dan yang abadi, yang bergerak dan yang tidak bergeak (keberadaan) yang nyata dan (makhluk yang sesungguhnya)”
Menjelaskan bahwa wujud Tuhan yang Transenden dan imanen, ini bertujuan agar mempermudah mencapai Tuhan. Tuhan bersifat Transenden, dalam hal ini Tuhan tidak berwujud, tidak dapat digambarkan dan tidak bisa dipikirkan oleh manusia. Tidak mudah untuk memberikan penjelasan tentang Tuhan karena adanya keterbatasan kemampuan akal pikiran manusia. Tuhan yang transendan disebut juga sunya, parama Brahman, paramasiva, dan paramaatman. Menurut kitab Jnanasiddhata symbol ongkara digunakan untuk mengartikan alam yang transendental. Wujud Brahman adalah Neti-neti, bukan ini bukan ini.
Tuhan yang bersifat imanen disebut juga dengan saguna Brahman. Tuhan memiliki wujud, sifat dan fungsi. Hal ini dimaksudkan karena manusia memiliki pola pikir yang berbeda, maka Tuhan diwujudkan dalam berbagai simboldan bentuk yang didambakan oleh manusia itu sendiri.





2.2.4        Brahmana Keempat
a)      Percakapan Yajnavalkya dengan Maitreyi Mengenai Atman yang Mutlak
Mantra 2
“ Kemudian Maitreyi berkata; “Tuanku, apabila seluruh jagat ini diisi kekayaan yang menjadi milikku, bisakah kekayaan itu menjadikan aku abadi?” “tidak bisa” jawab Yajnavalkya; “seperti hidup seorang yang kaya, begitu jugalah hidupmu. Tentang keabadian, bagaimanapun tidak ada harapan akan bisa dicapai melalui kekayaan.


Mantra 5
“Kemudian dia berkata “ sesungguhnya bukan untuk kepentingan sang suami, sang suami disayangi, tetapi sang suami disayangi untuk kepentingan atman. Sesungguhnya bukan  untuk kepentingan sang istri, sang istri disayangi, melainkan sang istri disayangi demi kepentingan sang atma. Sesungguhnya bukan  untuk kepentingan sang anak, sang anak disayangi, melainkan sang anak disayangi demi kepentingan sang atma. Sesungguhnya bukan  untuk kepentingan kekayaan, kakayaan itu disayangi, melainkan kekayaan itu disayangi demi kepentingan sang atma. Sesungguhnya bukan  untuk kepentingan kebrahmanaan, kebrahmanaan itu disayangi, melainkan kebrahmanaan itu disayangi demi kepentingan sang atma. Sesungguhnya bukan  untuk kepentingan kekesatriyaan, kekesatriyaan disayangi, melainkan kekesatriyaan disayangi demi kepentingan sang atma. Sesungguhnya bukan  untuk kepentingan dunia, dunia disayangi, tetapi disayangi demi kepentingan sang atma. Sesungguhnya bukan  untuk kepentingan makhluk-makhluk, makhluk-makhluk disayangi tetapi demi kepentingan sang atma. Sesungguhnya bukan  untuk kepentingan semuanya, semuanya disayangi tetapi demi kepentingan sang atma. Sesungguhnya Maitreyi, atman inilah seharusnya dilihat, didengar, dipikirkan,dan Samadhi kepadanya. Sesungguhnya dengan melihatnya, denganmendengarnya, dengan memikirkannya dengan mengerti tentang atman, semuanya akan dimengerti. ”
Inti dari percakapan Yajnavalkya dan Maitreyi dalam Brhadaranyaka upanisad dinyatakan bahwa yang paling utama dalam segala hal adalah atman. Atman itulah inti semua makhluk yang identik dengan Brahman. Hal ini perlu direnungkan oleh setiap orang bila ia telah mencapainya maka ia akan mengetahui segala rahasia alam semesta ini.
Adanya cinta kasih kepada semua makhluk sesungguhnya bukan ditujukan kepada fisiknya tetapi kepada Atmannya. Percakapan Yajnavalkya dan Maitreyi memberikan pendidikan cinta kasih kepada semua pihak untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis di alam inidan juga sesudahnya.  Dengan demikian pada percakapan ini pada hakikatnya berintikan kemutlakan dan keuniversalan sifat atman. Hanya atman yang masih tetap ada setelah badan jasmani ini lenyap. (Sutrisna,2009;83)

2.2.5        Brahmana Kelima
a)      Kosmos dan Individu
Mantra 1
“ Bumi ini adalah seperti madu untuk semua makhluk. Dan semua maklhuk adalah bagai madu untuk bumi ini. wujud abadi dan bersinar yang ada di bumi dan dalam hubungannya dengan diri sendiri ini, wujud bersinar yang ada di dalam tubuh, dia sesungguhnya adalah atman. Inilah yang abadi, inilah Brahman, inilah segalanya.”

Mantra 15
“Atman ini sesungguhnya adalah penguasa semua makhluk, raja semua makhluk. Sama halnya seperti jari-jari yang sama dipasang pada pelek dan poros roda, demikian juga pada atman ini, semua makhluk, semua dewata, semua dunia, semua makhluk bernafas, semua atman ini disatukan bersama.”
Atman adalah Brahman, atman sebagai percikan dari Brahman, meresapi segala makhluk dan seluruh ciptaan yang ada di alam semesta ini, bumi, air, udara, api, matahari, mata angin, bulan ,kilat, awan, ruang di alam semesta ini diliputi oleh atman.
Atman adalah asas dari kesadaran perseorangan dan Brahman adalah dasar supra perseorangan dari kosmos. Brahman bukanlah sekedar yang transenden di atas yang lain, tetapi juga adalah jiwa semesta yang merupakan dasar dari kepribadian manusia melalui atman yang merupakan inti dari manusia. Semua alam semesta ini adalah Brahman, ia berada di luar dan juga di dalam alam semesta dan pada setiap makhluk.  Dalam tubuh manusia, Atman adalah yang tertinggi, ian menguasai ego, manas, dan kesepuluh indriya. Atman meliputi segala sesuatu yang hidup. (Sutrisna,2009;67)

b)      Madhu-Vidya: Ajaran Madu
Mantra 18
“ Ini sesungguhnya madu yang dijelaskan oleh Dadhyan ahli dalam Atharva veda, kepada kedua asvin. Melihat ini sang rsi berkata : “dia membuat tubuh dengan kedua kaki dan tubuh dengan empat kaki. Setelah yang pertama menjadi burung, dia, makhluk itu memasuki tubuh-tubuh. ”. ini sesungguhnya adalah makhluk yang bersemayam di semua tubuh. Tiada sesuatupun yang tidak dilengkapi olehnya, dia akan selalu berada dimana-mana (tubuh)”
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa Brahman  berada dalam setiap ciptaannya, Tuhan menyatu dengan ciptaannya, meresap disegala tempat dan ada dimana-mana. Brahman ini memiliki berbagai wujud dan bentuk. Karena tidak terjangkau oleh pikiran manusia maka orang membayangkan bermacam- macam sesuai kemampuannya.  Tuhan yang tunggal itu dipanggil dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya. Ia dipanggil brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara, Siwa sebagai Pemralina. Banyak lagi panggilannya yang lain, ia maha tau, berada dimana-mana.  (Sutrisna, 2012; 36). Dalam sloka dibawah ini menjelaskan berbagai wujud dari Tuhan;
Rg Veda 1.164.46
Indram mitram varunam agnim ahur atho divyah
Ekam sat vipra bahudha vadantyagnim yarnam mata-risvanam ahuh”

Artinya;
Mereka menyebut indra, Mitra, varuna agni, dan dia yang bercahaya yaitu Garutman yang bersayap elok,  satu kebenaran itu (Tuhan)  orang bijaksana menyebut dengan banyak nama seperti agni, yama,matarisvan.

2.2.6        Brahmana keenam
a)      Garis Guru dan Murid
Mantra 1
“ Sekarang garis tradisi dari perguruan : Pautimasya,  memperoleh ajarannya dari Gaupavana, Gaupavana dari Pautimasya (yang lain). pautimasya ini dari Gaupavana (yang lain). gaupavana ini dari Kausika, Kausika  dari Kaundinya, Kaundinya dari Sandilya, Sandilya dari Kausika dan Gautama. Gautama.”
Dalam mantra di brahmana keenam ini disebutkan nama-nama rsi, diama mereka berada dalam satu garis perguruan yang disebut dengan parampara. Parampara secara harfiah berarti suksesi, kelanjutan, mediasi, dan tradisi, jadi parampara itu sendiri merupakan tradisi pengajaran dan transfer pengetahuan suci dari guru ke murid.  Pada proses ini seorang murid tinggal bersama sang guru, sisya menjadi anggota keluarga sang guru dan mendapat pembelajaran sejati lewat praktek dan asuhan secara terus menerus.
2.3      BAB III Brhad-aranyaka Upanisad

2.3.1        Brahmana pertama
a)      Pemujaan Yadnya dan Pamrihnya
Mantra 1
“ Prabu janaka dari Videha melakukan yadnya dimana banyak hadiah ( diberikan kepada pendeta). Brahmana dari Kuru dan dari Pancala juga berkumpul disana. Dalam eadaan seperti ini Prabu Janaka dari Videha ingin mengetahui siapa diantara Brahmana yang paling terpelajar dalam susastra. Beliau menyertakan seribu sapi. Pada setiap tanduk sapi diikatkan sepuluh tael mata uang emas.”
Dalam brahmana keenam ini dapat kita simpulkan bahwa disini membahas tentang makna yadnya. Yadnya berasal dari kata yaj yang berarti memuja atau memberi penghormatan. Yadnya dapat pula diartikan mamuja, menghormati, berkorban, mengabdi, bebuat kebajikan, memberi dan penyerahan tulus iklas berupa apa yang dimiliki demi kesejahteraan, kesempurnaan hidup bersama dan kemahamuliaan Sang Hyang Widhi. Hal ini berarti yadnya mengandung nilai rasa tulus ikhlas dan kesucian, rasa bhakti kepada Tuhan, Dewa, Leluhur, Negara, dan kemanusiaan, pelaksanaan yadnya ini juga dilakukan sesuai kemampuan menurut desa, kala, patra.(Suwisma, 20113;157-158)
Selain menjelaskan tentang yadnya, dalam bagian ini juga menjelaskan tentang kidung yang dilantunkan pada setiap upacara. Kidung ini dimaksudkan untuk permohonan agar seseorang dapat mencapai pembebasan. Selain itu kidung juga berfungsi sebagai sarana untuk ntuk memuja Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha  Esa) sebagai sumber dari semua yang ada.




2.3.2        Brahmana Kedua
a)      Manusia dalam Keterikatan dan Masa Depannya pada saat Kematian
Mantra 12
“ Yajnavalkya, dia berkata“ ketika orang seperti itu meninggal apanyakah yang tidak meninggalkannya? Namanya”. Namanya tetap tidak terbatas dan tiada terbatas jugalah visva-deva. Karena itu, siapa yang mengerti hal ini akan memperoleh dunia yang tiada terbatas”
Atman yang terikat adalah atman yang ada dalam keadaan avidya, avidya muncul karena pengaruh unsure panca maha bhuta yang mempunyai sifat duniawi. Apabila manusia meninggal, yang meninggal hanyalah badan kasar, sedangkan atma itu tetap ada. Atma itu akan lahir kembali dengan badan yang baru sesuai dengan karma wasananya, atman itu akan terlahir sesuai yang ada pada ingatan saat ajal menjemput seperti dijelaskan dalam sloka Bhagawadgita II.2.22
“Vasamsi jirnani yatha vihaya Navani grnati naro parani
Tatha sarirani vihaya jirnany anyani samyati navani dehi”
Artinya;
Seperti halnya sang roh yang mengenakan pakaian baru, dan membuka pakaian lama, begitu pula sang roh menerima badan badan jasmani yang baru, dengan meninggalkan badan-badan yang tidak berguna
Tetapi  apabila tidak ada ikatan keduniawian, maka atman itu bersatu dengan Brahman. Seperti dijelaskan dalm sloka bhagavadgita8.5 dibawah ini:
“Anta-kale ca mam eva smaran muktva kalevaram
Yah prayati sa mad bhawam yati nasty atra samsayah”

Artinya:
Siapapun yang meninggalkan badannya pda saat ajalnya sambil ingat kepada-ku, segera mencapai sifatku. Kenyataan ini tidak dapat diragukan.

















BAB III
PENUTUP
3.1         KESIMPULAN
Upanisad mengungkapkan hakekat kebenaran yang menjadi dasar segala yang ada, semesta, dan realitas tertinggi. Inti dari Brhad-aranyaka upanisad Bab I sampai dengan Bab III brahmana kedua, menjelaskan tentang penciptaan alam semesta, Atman dan Brahman. Pencptaan alam semesta  pada mulanya hanyalah Brahman yang disebut juga atman atau roh. Keberadaan-Nya adalah  tunggal tanpa ada sesuatu yang lain, maka beliau menciptakan yang lain, manusia, hewan dan tumbuhan.
Brahman  merupakan suatu realitas yang tertinggi yang merupakan sumber dan berakhirnya segala yang ada di alam semesta ini. Brahman ada tanpa diadakan dan bersifat kekal abadi. Beliau bersifat absolute dan bersifat relative, wujud Brahman yang absolute disebut Nirguna Brahman sedangkan wujud yang berpribadi relative disebut saguna Brahman. Seseorang dapat mencapai Brahman dengan cara yoga dan Samadhi
Atman merupakan intisari dari manusia, karena semua yang ada dalam diri manusia seperti indria, pikiran dan sebagainya tergantung kepada Atman.  Tanpa atman dan semua makhluk tidak dapat hidup. Atman bersumber  dari Brahman bahkan dalam Upanisad dinyatakan bahwa atman identik dengan Brahman. Mengenai atman juga mengetahui Brahman.





DAFTAR PUSTAKA

Prabhupada, Swami. 2000.Bhagavad Gita Menurut Aslinya. The Bhaktivedanta Book Trust International, inc. Hanuman sakti
Radhakrishnan, 2015. Upanisad Upanisad Utama. Surabaya. PARAMITA Surabaya
Sathya Narayana, Swami. 2010. Jalan Menuju Tuhan. Surabaya. PARAMITA Surabaya
Sivananda, Sri Swami. 1998.  Pengetahuan dan Pengendalian Prana. Surabaya. Penerbit Paramita Surabaya
Sutrisna, I Made. 2009. Modul Pokok Upanisad. Jakarta. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI
Sutrisna, I Made. 2012. Dasar-Dasar Agama Hindu.Jakarta. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI
Suwisma, S.N. 2013. Swastikarana. Jakarta, Penerbit PT Mabhakti

Vimalananda, Swami. 1997. Mahanarayana Upanisad. Surabaya. PARAMITA Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar