Senin, 06 November 2017

Makalah Katha Upanisad

UPANISAD
KATHA UPANISAD
BAB I Bagian 3 - BAB II Bagian 1


Dosen Pengampu:
Kadek Hemamalini, S.Pd.H, M.Fil.H



Oleh:
AA Made Dewi Kartika
I Wayan Aditya Nugraha
Ketut Deni Wiryanthari
Putu Sriasih


SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU
DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
2017


KATA PENGANTAR 

Om swastyastu 
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida sang Hyang Widi Wasa atas berkat waranugraha-Nya, makalah mata kuliah Upanisad ini bisa terselesaikan.Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini, diantaranya, Ibu Kadek Hemamalini, S.Pd.H, M.Fil.H sebagai dosen pengampu mata kuliah Upanisad, teman-teman dikelas yang telah memberikan kami dukungan, dan semua pihak Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta yang terkait dalam menyediakan sarana dan prasarana guna mempermudah pencarian literature.
Makalah yang kami buat ini sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran bagi pembaca sangat diharapkan guna dijadikan pembelajaran pada pembuatan makalah yang akan datang. Terima kasih atas partisipasinya semoga semua isi yang ada dalam makalah dapat bermanfaat bagi bembaca.
Om santi, santi, santi Om.

Jakarta, Juni 2017


Penulis









DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .............................................................................      i
DAFTAR ISI .............................................................................................      ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang...........................................................................      1      
1.2  Rumusan Masalah......................................................................      2      
1.3  Tujuan Penulisan........................................................................      2                  
BAB II PEMBAHASAN
2.1  BAB I Bagian 3 KathaUpanisad...............................................      3
2.1.1        Dua Atman....................................................................      3
2.1.2        Perumpamaan Tentang Kereta......................................      4      
2.1.3        Tingkatan kemajuan kepada Yang Maha Tinggi...........      5      
2.1.4        Metode Yoga................................................................      6      
2.2  BAB II Bagian 1 Katha Upanisad.............................................      7
2.2.1        Atman Tidak Bisa Dicari Melalui Indriya.....................      7      
2.2.2        Jiwa Individu dll adalah satu dengan yang semesta.....      9      

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan................................................................................      10

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Upanisad merupakan konsep filsafat Hindu dimana,Upanisad sendiri berasal dari kata Upa, ni, dan shad. Upa berarti dekat, ni berarti di bawah, dan shad berarti duduk. Jadi, Upanisad berarti duduk dekat, yaitu duduk di dekat seorang guru untuk menerima ajaran dan pengetahuan yang lebih tinggi. Kitab upanisad berbentuk dialog antara seorang guru dan muridnya, atau antara seorang Brahmana dengan Brahmana lainnya.
Katha Upanisad adalah salah satu bagian dalam Upanisad Utama.          Katha upanisad yang juga disebut kathakopanisad ini termasuk dalam aliran Taitiriya dari Yajur Veda, memakai cerita yang terdapat dalam susastra Devanagari (Sanskerta) kuno. Seorang brahmana yang kecil dan saleh. Rajasravasa, melaksanakan yajna dan mendermakan kepada pendeta, sapi-sapi yang sudah tua dan linglung. Putranya, Naciketa merasa risih akan pelaksanaan yadnya yang tidak sesuai dengan aturan yang dilakukan ayahnya, mengusulkan supaya dirinya saja yang dijadikan korban (Daksina) untuk salah seorang pendeta.
Ketika dia bersikeras dalam  permintaannya, sang ayah menjadi marah sekali dan mengutuk “kepada yama kamu akan kuberikan” naciketa pergi ke tempat persemayaman Yama dan tidak menemukan Beliau disana,  dia menunggu sampai 3 hari 3 malam tanpa  makan. Yama ketika kembali menjanjikan tiga hal  kepada Naciketa atas apa yang dialaminy. Permintaan Naciketa pertama adalah  supaya dia bisa kembali dengan oramg tuanya. Permintaan kedua adalah  “Ceritakan kepada hamba bagaimana perbuatan baik hamba tidak akan habis-habisnya. ”. dan permintaan ketiga, ceritakanlah kepada hamba bagaimana mengatasi kematian kembali.
Upanisad ini terdiri dari dua pasal, dan masing-masing pasal terdiri dari tiga vali atau bagian. Ada beberapa pesan-pesab umum yang bisa ditemukan baik dalam gita maupun dalam Katha Upanisad. Berdasarkan uraian tersebut, dalam makalah ini, kami akan membahas Katha Upanisad Bab I bagian 3 sampai  Bab II bagian 1.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa saja pembahasan dalam Katha Upanisad Bab I bagian 3?
2.      Apa saja pembahasan dalam Katha Upanisad Bab II bagian 1?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa saja pembahasan dalam Katha Upanisad Bab I bagian 3;
2.      Untuk mengetahui apa saja pembahasan dalam Katha Upanisad Bab II bagian 1.




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  BAB I Bagian 3 KathaUpanisad
2.1.1        Dua Atman
“ Ada dua atman yang meminum sari buah karma dari dua perbuatanyang baik. Keduanya bersemayan pada tempat rahasia (di dalam jantung), tempat utama dari Yang Maha Tinggi. Yang mengerti Brahman mengatakan tentang kedua hal ini sebagai bayangan dan cahaya, dan juga (mereka yang menjalankan gryahasta) yang memelihara ke lima api yajna dan yang juga menjalankan upacara tiga api Naciketa”.
Dalam bagian satu ini menjelaskan dua bentuk atman yaitu atman individu/jivatman dan atman semesta/paramaatman. Jivatman bersifat abadi, namun karena terpengaruh oleh badan manusia yang tersusun dari unsur yang menyebabkan atman bersifat maya.  Jivatman tidak mengetahui asal dan sifat sesungguhnya, sehingga keadaan itu di sebut avidya. Jiwa juga di sebut dengan amsa yaitu bagian dari Brahman,. Pernyataan ini berarti  Brahman ada lebih dulu dari jiwa, bentuk Brahman yang abadi ini adalah jiwa perseorangan yang nyata yang menyatu dari keberadaan semua makhluk.
Bhagawadgita  VI. 28  menyatakan:
“Seorang yogi yang sejati melihat aku bersemayam di dalam semua makhluk hidup, dia juga melihat setiap makhluk hidup di dalam Diri-ku. Memang, orang yang sudah insaf akan dirinya melihat Aku, Tuhan Yang Maha Esa yang sama dimana-mana”     
Dalam bhagawadgita VI. 28 dijelaskan bahwa Tuhan yang Maha Kuasa bersemayam di dalam hati semua orang sebagai Roh Yang Utama (Paramaatma).Tuhan dalam aspeknya sebagai paramaatma, bersemayam di dalam hati seekor anjing dan juga di dalam hati seorang brahmana. Seorang yogi yang sempurna mengetahui bahwa Tuhan bersifat rohani untuk selamanya dan tidak terpengaruh secara material bila  Beliau berada di  dalam hati seekor anjing atau dalam hati seorang brahmana.itulah sifat Maha Netral dari Tuhan. sang roh yang individual juga bersemayam di dalam hati setiap individu, tetapi dia tidak berada di dalam setiap hati semua makhluk sekaligus. Itulah perbedaan antara roh Individual dan roh Yang Utama
Dalam hubungannya dengan alam semesta yang nyata adalah Brahman, sedangkan nama dan bentuknya adalah permainan dari perwujudannya, demikian pula ego perseorangan adalah keberagaman pengungkapan dari Atman Semesta yang Esa. Brahman adalah yang abadi, yang sunyi, yang mrngrndalikan dan menggiatkan alam semesta. (Sutrisna, 2009; 65)

2.1.2        Perumpamaan Tentang Kereta
“ Ketahuilah atman sebagai penguasa dari kereta dan raga sesungguhnya adalah kereta dan ketahui lah buddhi sebagai kusir kereta dan pikiran sesungguhnya adalah pengendalinya”.
Dalam bagian ini menjelaskan tentang pentingnya pengendaliandiri. Agar seseorang tidak dikuasai oleh kecenderungan-kecenderungan yang rendah maka ia harus mengendalikan diri dari guncangan-guncangan hati yang  tidak baik. Guncangan itu semual ada dalam bentuk keinginan. Setiap keinginan menentukan apa obyeknya. Indriya merupakan alat untuk memenuhi keinginan itu. Indriyalah yang menghubungkan manusia dengan alam. Sentuhan indriya dengan alam ini menimbulkan guncangan pribadi orang. Bahkan tidak jarang orang mendapat celaka karena terlalu memenuhi keinginan indriyanya. Karena itu orang harus dapat mengendalikan indriya pada hal-hal yang membawa kerahayuan atau keselamatan.
Sehubungan dengan bahwa keinginan itu timbul dari indriya, maka indriya itu patut dikendalikan baik-baik sebab ia mengantarkan kita kepada  kebahagiaan atau kesengsaraan, tetapi bukan berarti kita harus mengekang segala apa yang timbul dari indriya tersebut.
Kita patut mempertimbangkan keinginan indriya tersebut baik-baik agar kita mendapatkan keselamatan di hidup kita.  jangan sampai kita diperbudak oleh indriya kita, tetapi kitalah harus memperbudaknya. Manakala kita sampai diperbudak, payahlah keadaan diri kita dan kesengsaraanlah yang akan kita jumpai. Tetapi hendaknya disadari bahwa membunuh keinginan indriya  itu sama sekali tidak benar, karena Tuhan memberikan kita indriya adalah untuk kesempurnaan hidup kita. Hanya saja kita harus tahu mempergunakan dan tahu mengendalikan agar kita mendapatkan keselamatan dan dapat berhasil sesuai keinginan kita. (Sutresna, 2012; 49& 54). Dalam kitab sasasamuccaya 71 menyatakan demikian;
“indriyanyeva tat sarvam yat svarganarakavubhau,
Nigrhitanissrstani svargaya narakaya ca”
Terjemahan;
Inilah yang patut saya ajarkan lagi,  indriyalah yang dianggap sorga dan neraka. Bila orang sanggup mengendalikannya, itu semata-mata sorga namanya, tetapi bila tidak sanggup mengendalikannya benar-benar neraka ia.

2.1.3        Tingkatan kemajuan kepada Yang Maha Tinggi
“ Di luar mahat adalah yang tidak terwujud; di luar yang tidak terwujud adalah purusa. Di luar purusa tidak ada apa-apa. Itu lah akhir (dari perjalanan): itulah tujuan akhir”.
Dalam bagian ini menjelaskan tentang Hiranyagarbha atau iswara adalah penyebab alam semesta ini. Hiranyagarbha ini  merupakan Tuhan dalam asas kosmis yang merupakan jiwa alam semesta. Dalam hal ini beliau meresapi alam semesta yang ada di dalam dan yang ada di luar, oleh daya pengetahuan dan daya kerjanya.  (Vimalananda, 1997;24)
Tuhan merupakan sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur  alam semesta dengan segala isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dari segala yang ada. Di dalam Bhagawad Gita, Tuhan bersabda mengenai hal ini yaitu sebagai berikut;
Bhagawadgita VII.6
 Ketahuilah bahwa semua insani mempunyai sumber-sumber kelahiran disinii, Aku adalah asal mula alam semesta ini demikian pula kiamat kelaknya nanti.
Bhagawadgita X. 20
Aku adalah jiwa yang tediam dalam hati setiap insani, wahai Gudakesa Aku adalah permulaan, pertengahan dan penghabisan dari semua makhluk.

2.1.4        Metode Yoga
“Atman yang walaupun letaknya tersembunyi dalam semua makhluk, tidak bersinar kemana-mana tetapi bisa di lihat oleh para penglihat yang halus, melalui budhi: mereka yang tajam dan halus”
Dalam mantra ini menjelaskan bahwa atman itu hanya bisa dilihat oleh orang bijaksana dan orang yang telah mampu melakukan pengendalian diri dan pengendalian pikiran secara sempurna. Dengan meditasi, seseorang dapat bertemu dengan atmannya dan dengan meditasi semua karanya akan lenyap dan ia pun akan mencapai kelepasan yang merupakan tujuan hidup tertinggi umat Hindu (Sutrisna,2009;88)
Cara  merasakan atman yang ada dalam diri adalah dengan melalui jalan etika yoga, samadi yang mantap dan mendalam. Dalam sloka Bhagawadgita juga telah dijelaskan bahwa dengan yoga atau meditasi, seseoramg dapat mengetahui atman dan Brahman, setelah mengetahui keduanya, maka ia akan mencapai pembebasan, berikut adalah slokanya;
Bhagawadgita VI.7
“Orang yang sudah menaklukan pikiran sudah mencapai pada roh yang utama, sebab ia sudah mencapai ketenangan. Bagi orang yang seperti itu, suka dan duka, panas dan dingin, penghormatan dan penghinaan semua sama”
Bhagawadgita VI.28
“Dengan demikian, seorang yogi yang sudah mengendalikan diri dan senantiasa melakukan latihan yoga dibebaskan dari segala pengaruh material dan mencapai tingkat tertinggi kebahagiaan yang sempurna dalam cinta bhakti rohani kepada Tuhan”

2.2  BAB II Bagian 1 Katha Upanisad
2.2.1        Atman Tidak Bisa Dicari Melalui Indriya
“ Atman bukanlah di cari melalui indriyanya, si penyebab sendiri memecah pembukaan indriya-indriya ke luar, karena seseorang biasanya melihat ke luar dan bukan kedalam dirinya. Tetapi beberapa orang arif, mencari hidup yang kekal, dengan matanya di tunjukan kedalam, melihat atman”.
Mantra  ini menjelaskan bahwa atman tidak dapat diketahui melalui indera-indera, ia tidak dapat diketahui oleh nalar,  ia tidak dapat dipahami dengan pikiran diskursif, ia hanya diketahui melalui intuisi yang berada diatas nalar. Intuisi dapat dicapai melalui tidak berbuat salah, pengendalian indera, konsentrasi pikiran, dan absent dari kenikmatan seksual. Indera-indera harus ditempatkan lebih rendah dari pikiran, pikiran dari intelek, dan intelek dari roh.
Keberadaan atman dalam diri sangat sulit diketahui dikarenakan adanya pengaruh maya yang menyebabkan manusia awidya. Dia menyamakan atman dengan pikiran, perasaan dan tubuhnya, sehingga dengan demikian dia tidak dapat mencapai kelepasan cara merasakan atman yang ada dalam diri adalah dengan melalui jalan etika yoga, samadi yang mantap dan mendalam.
Ketika pikiran secara penuh dikonsentrasikan pada sang roh, dan diserap didalamnya dan diidentifikasikan dengan-Nya, ia dapat diketahui. Roh dapat memperlihatkan dirinya kepada ia yang murni. Ia dapat direalisasikan melalui pengetahuan integral, ketika pikiran jatuh kedalam kenikmatan, kemelekatan, dan emosi-emosi lainnya yang bebas dari semua keinginan. Ia yang pikirannya kepada Brahman dan selalu memburu pengetahuan tinggi, maka ia memasuku Brahman, diskriminasi kebahagiaan dan kebaikan tertinggi, penolakan kenikmataj, penghilangan keinginan, dan kesucian pikiran membawa pada pengetahuan yang dapat menyelamatkan diri. (Sutrisna, 2009; 130-131)
Dalam Bhagawad Gita juga telah diterangkan sebagai berikut:
Bhagawadgita XIII. 28
“orang yang melihat Roh Yang Utama mendampingi roh individual di dalam semua badan, dan mengerti bahwa sang roh dan Roh yang utama tidak pernah dimusnahkan di dalam badan yang dapat dimusnahkan, melihat dengan sebenarnya
Dari sloka Bhagavadgita tersebbut dapat kita ketahui bahwa melalui pergaulan yang baik, siapapun dapat melihat tiga hal yang telah digabungkna-yaitu badan, pemilik badan, atau roh individual, kawan roh individual- . mereka hanya melihat badan, dan mereka berpikir bahwa ketika badan dibinasakan, sang roh dan roh yang utama tetap ada dan mereka berjalan terus untuk selamanya dalam berbagai bentuk yang bergerak dan yang tidak bergerak.




2.2.2        Jiwa Individu dan lain-lain adalah satu dengan yang semesta
“Dia yang mengerti atman ini, yang merasakan pengalaman sebagai jiwa yang hidup dekat denpan penguasa yang lalu dan yang akan datang, seseorang tidaklah akan pergi dari-nya. Begitulah keadaan yang sesungguhnya”.
Mantra ini menjelaskan tentang semua objek terlahir dari Brahman dan semuanya mendapatkan kehidupan dari Brahman. Beliau dinyatakan kurang lebih melalui  matahari, bulan, bintang, air, api, udara, manusia,  binatang, tumbuh-tumbuhan, hari, bulan dan musim. Tak satupun yang menyamai atau melebihi-Nya dalam kemuliaan. Akhirnya, dengan anugerahNya dan dengan pengetahuan tentang Dia, manusia dapat terlepas dari samsara dan memperoleh kebahagiaan terakhir.
Penyimpulan tema agung ini menyatakan  kepada kita bahwa  Realitas yang sama mengejawantahi seluruh alam semesta, selama-lamanya, bersemayam dalam diri kita masing-masing.Hal yang harus kita ketahui adalah bahwa hakekat jiwa dan alam berada dalam satu lingkaran yang di bawah naungan satu pencipta.  (Vimalananda, 1997;24)












BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Katha Upanisad adalah salah satu bagian dalam Upanisad Utama.          Katha upanisad yang juga disebut kathakopanisad ini termasuk dalam aliran Taitiriya dari Yajur Veda. Upanisad ini terdiri dari dua pasal, dan masing-masing pasal terdiri dari tiga vali atau bagian. Ada beberapa pesan-pesan umum yang bisa ditemukan baik dalam gita maupun dalam Katha Upanisad.
Dalam  Katha Upanisad Bab I bagian 3 membahas tentang Dua Atman, yaitu menjelaskan dua bentuk atman yaitu atman individu/jivatman dan atman semesta/paramaatman. Kemudian ada Perumpamaan Tentang Kereta yang menjelaskan tentang pengendalian indriya; Tingkatan – tingkatan kemajuan Kepada Yang Maha Tinggi yang menjelaskan tentang Hiranyagarbha sebagai jiwa semesta atau asas kosmis,  dan Yang terakhir dari bab 1 bagian 3 ini adalah tentang metode yoga, yaitu menjelaskan tentang pencapaian kekebasan melalui jalan yoga dan samadi.
Dalam  Katha Upanisad Bab II bagian 1 membahas tentang Atman Yang Tidak Bisa dicari melalui indriya, karena atman bisa dicapai melalui meditasi dan konsentrasi, kemudian membahas tentang Jiva individu dan lain-lain adalah satu dengan yang semesta, ini menjelaskan tentangsemua objek terlahir dari Brahman dan semuanya mendapatkan kehidupan dari Brahman.








DAFTAR PUSTAKA

Prabhupada, Swami. 2000.Bhagavad Gita Menurut Aslinya. The Bhaktivedanta Book Trust International, inc. Hanuman Sakti

Radhakrishnan, 2015. Upanisad Upanisad Utama. Surabaya. PARAMITA Surabaya

Sutrisna, I Made. 2009. Modul Pokok Upanisad. Jakarta. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI

Sutrisna, I Made. 2012. Dasar-Dasar Agama Hindu.Jakarta. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI

Vimalananda, Swami. 1997. Mahanarayana Upanisad. Surabaya. PARAMITA Surabaya













Makalah Isa Upanisad

UPANISAD
ISA UPANISAD


Dosen Pengampu:
Kadek Hemamalini, S.Pd.H, M.Fil.H


Oleh:
Eni kusti rahayu
Kadek sucipta
Oke setiawan
Wayan kemenuh


SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU
DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
2017


KATA PENGANTAR 
Om swastyastu 
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida sang Hyang Widi Wasa atas berkat waranugraha-Nya, makalah mata kuliah Upanisad ini bisa terselesaikan.Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini, diantaranya, Ibu Kadek Hemamalini, S.Pd.H, M.Fil.H sebagai dosen pengampu mata kuliah Upanisad, teman-teman dikelas yang telah memberikan kami dukungan, dan semua pihak Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta yang terkait dalam menyediakan sarana dan prasarana guna mempermudah pencarian literature.
Makalah yang kami buat ini sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran bagi pembaca sangat diharapkan guna dijadikan pembelajaran pada pembuatan makalah yang akan datang. Terima kasih atas partisipasinya semoga semua isi yang ada dalam makalah dapat bermanfaat bagi bembaca.
Om santi, santi, santi Om.
Jakarta, Juni 2017

Penulis







i
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................      i
DAFTAR ISI .............................................................................................      ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang...........................................................................      1
1.2  Rumusan Masalah......................................................................      1
1.3  Tujuan Penulisan........................................................................      1

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Mantra........................................................................................      2      
2.2  Tuhan dan Jagad........................................................................      4      
2.3  Perbuatan dan Kearifan.............................................................      6
2.4  Yang Maha Tinggi adalah Immanent & Transenden.................      8
2.5  Kebodohan Dan Pengetahuan...................................................      9
2.6  Yang Terwujud Dan Yang Tidak Terwujud..............................      10
2.7  Doa Untuk Visi Tuhan...............................................................      11

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan................................................................................      12
DAFTAR PUSTAKA







ii





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Upanisad merupakan konsep filsafat Hindu dimana,Upanisad sendiri berasal dari kata Upa, ni, dan shad. Upa berarti dekat, ni berarti di bawah, dan shad berarti duduk. Jadi, Upanisad berarti duduk dekat, yaitu duduk di dekat seorang guru untuk menerima ajaran dan pengetahuan yang lebih tinggi. Kitab upanisad berbentuk dialog antara seorang guru dan muridnya, atau antara seorang Brahmana dengan Brahmana lainnya.
Isa Upanisad adalah salah satu bagian dalam Upanisad Utama.          Isa yang disebut Isavasya Upanisad ini termasuk dalam aliran Vajasaneya dari Yajur Veda. Vajasaneya Samhita berisi 40 bab dimana Upanisad ini merupakan yang terakhir. Tujuan utamanya adalah mengajarkan inti dari persatuan Tuhan dengan alam semesta, ciptaan dan perkembangannya. Upanisad ini tidak begitu tertarik kepada Yang Mutlak sendiri. Parabrahman, tetapi kepada Yang Mutlak dalam hubungannya dengan alam semesta ini, Parameswara. Dia mengajarkan bahwa hidup dalam dunia dan hidup dalam Jiwa Suci bukanlah bisa dipertemukan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa saja pembahasan dalam Isa Upanisad?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa saja pembahasan dalam Isa Upanisad.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Mantra
“ Itulah Purnam: Inilah Purnam. Yang Purnam datang dari yang purnam. Mengambil Purnam dari yang Purnam, yang Purnam sendiri tetap Purnam, aum, santi, santi, santi.”

Dalam mantra ini menjelaskan bahwa Brahman adalah sempurna, beliau ada dimana-mana. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sempurna dan lengkap, oleh karena beliau sempurna sepenuhnya, segala sesuatu yang berasal dariNya, seperti dunia yang dapat dilihat ini, dilengkapi secara sempurna kesatuan-kesatuan yang lengkap. Apapun yang dihasilkan dari Tuhan, akan seluruhnya lengkap dan sempurna, Beliau adalah Keseluruhan Lengkap. Hakikat Brahman adalah sumber utama atau penyebab utama yang ada-Nya tanpa ada yang mengadakan kecuali diri-Nya. Dia menjadikan dirinya sendiri dan sebagai sebab beliau disebut  pemberi hidup yang menghidupkan semua ciptaan ini.(Sutrisna, 2009; 50)
Di alam semesta ini tidak ada seseorang makhluk yang ahli kemampuannya melebihi Brahman, tidak ada pengusa yang kekuasaannya  melebihi Brahman. Bahkan tidak ada lingga yang dapat menjadi tanda kehadiran Beliau di suatu tempat. Brahman menjadi penyebab munculnya segala sesuatu yan ada di alam semesta ini. Brahman adalah maha kuasa, yang menjadi jagat karana. Tidak ada orang tua atau raja bagi Brahman. (Sutrisna, 2009; 54-55)
Brahman adalah ia yang berkuasa atas segalanya yang ada ini. tidak ada yang luput dari kuasa-Nya. Ia sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam semesta ini dengan segala isinya. Tuhan adalah sumber awal dan akhir dan pertengahan dari segala yang ada.  Seperti dalam sloka bhagawad gita dibawah ini:
            Bhagawad gita VII.6 :
Ketahuilah bahwa semua insani mempunyai sumber-sumber kelahiran disinii, Aku adalah asal mula alam semesta ini demikian pula kiamat kelaknya nanti.”

Bhagawadgita X. 20
“Aku adalah jiwa yang tediam dalam hati setiap insani, wahai Gudakesa Aku adalah permulaan, pertengahan dan penghabisan dari semua makhluk.”
Tuhan yang bersifat maha ada, juga berada di setiap makhluk hidup, di dalam maupun di luar dunia (Imanen dan Tuhan meresap di segala tempat yang ada (Wyapi Wyapaka) serta tidak pernah berubah dan kekal abadi). Seperti dalam Bhuana Kosa juga disebutkan sebagai berikut:
“Tuhan, Dia ada dimana-mana, Dia gaib sukar dibayangkan, bagaikan angkasa, Dia tidak dapat ditangkap oleh akal maupun panca indriya”
            Dapat kita ketahui bahwa walaupun amat gaib, tetapi Tuhan hadir dimana-mana. Beliau bersifat wyapi wyapaka, meresapi segalanya. tiada suatu tempat pun yang Beliau tiada tempati. Beliau ada di sisi dan berada di sana. Tuhan memenuhi jagat ini. .(Sutrisna, 2009;32)  
            Kendati pun Tuhan selalu hadir dan meresap di segala tempat, tetapi sukar dilihat oleh mata biasa. Indera kita hanya bisa menangkap apa yang dilihat, didengar, dikecap, dan dirasakan. Kemampuannya terbatas, sedangkan Tuhan adalah Maha Sempurna dan tak terbatas.(Sutrisna, 2009;34)
          Siapapun yang telah menyadari dan menghayati bahwa Brahman  itu tidak bermulaan dan tidak berakhir, yang telah menciptakan alam semesta dengan seluruh isinya beserta yang meliputi dan meresapi seluruh alam semesta, yang wujud-wujudnya tak terhingga itu, maka dia akan terbebas dari semua ikatan.  (Sutrisna, 2009; 53)

2.2    Tuhan dan Jagat
“Ketahuilah semuanya ini bahwa apapun yang bergerak di dunia ini, semuanya dibungkus oleh Tuhan. Karena itu temukanlah kebahagiaanmu pada keterlepasan dan jangan menginginkan sesuatu yang menjadi hak orang lain.”

Dalam mantra ini menjelaskan bahwa Tuhan adalah sebagai pencipta, Tuhan ada di setiap jantung makhluk hidup, semua yang ada di alam ini adalah milik Tuhan.  Apabila menyadari bahwa dunia di mana kita hidup bukanlah milik kita, maka kita akan menikmatinya. Apabila kita mengerti bahwa Tuhan adalah sumber segalanya, kita akan membuang pikiran-pikiran untuk memiliki. Pada saat dia mengerti tentang keberadaannya yang sesungguhnya, yang terpusat pada Tuhan, dia akan terbebas dari keinginan-keinginan dan akan menikmati dunia ini dalam keadaan tanpa ikatan.
Brahmanlah yang menjadi penyebab bergeraknya segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. alam semesta yang terdiri dari tanah, air, api, udara, dan eter, semuanya adalah milik Brahman, semua itu muncul karena Brahman dan berada dibawah perintahNya beliau yang bersifat abadi, dan berada dimana-mana.
Dalam bhagawadgita juga dijelaskan tentang Tuhan sebagai pemilik segala yang ada di dunia ini, sehingga dengan membaca terjemahan sloka dibawah ini, hendaknya kita membuang pikiran-pikiran untuk memiliki, berikut adalah slokanya:

Bhagawadgita X.39
“Wahai Arjuna, di samping itu Aku adalah benih yang menghasilkan segala kehidupan. Tiada satu makhluk pun baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang dapat hidup tanpaKu.”


Bhagawadgita X.41
“Ketahuilah bahwa segala ciptaan yang hebat, indah dan mulia hanya berasal dari segelintir kemuliaan-Ku.

            Bhagawadgita X.32
“ Di antara segala ciptaan Aku adalah permulaan, Akhir, dan juga pertengahan, wahai Arjuna. Di antara segala ilmu pengetahuan, Aku adalah ilmu pengetahuan rohani tentang sang diri, dan diantara para ahli logika, aku adalah kebenaran sebagai kesimpulan.”

Bhagawadgita X. 38
“Di antara segala cara untuk melarang pelanggaran hukum, Aku adalah hukuman, dan diantara orang yang mencari kejayaan, Aku adalah moralitas. Di antara segala hal yang rahasia, Aku adalah sikap diam. Dan aku adalah kebijaksanaan orang yang bijaksana”

Dengan merenungkan bahwa pemberi semuanya adalah Tuhan, kita akan memupuk sifat untuk tidak terikat dan menghilangkan pikiran untuk memiliki. Serta menganjurkan untuk mengenali diri, untuk membaktikan dirinya kepada Tuhan untuk pelepasan yang terakhir dan melepaskan keinginan duniawi.










2.3    Perbuatan dan Kearifan
Mantra 2
“Tetaplah melakukan pekerjaan di dunia ini seolah-olah kamu akan hidup seratus tahun. Jika kamu hidup secara demikian, tidak ada jalan lain dimana perbuatan-perbuatanmu (Karma-mu) tidak akan melekat pada dirimu.”

Dalam mantra ini menjelaskan bahwa dengan melakukan perbuatan tanpa mengharapkan imbalan dan tidak terikat pada perbuatan itu, maka seseorang dapat mencapai pelepasan. Pelepasan ini dicapai karena melalui penyucian hati dan melalui perbuatan yang dijalankan dengan semangat ini tidak akan mengikat jiwa. Dalam sloka bhagawadgita menyebutkan tentang melakukan kewajiban tanpa ikatan terhadap hasil pekerjaan itu, yaitu seagai berikut:
Bhagawadgita III.19
“Karena itu seseorang hendaknya bertindak karena kewajiban tanpa terikat terhadap hasil kegiatan, sebab dengan bekerja tanpa ikatan terhadap hasil, seseorang sampai kepada Yang Mahakuasa”
Bhagawadgita VI.1
“Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; orang yang tidak terikat pada hasil pekerjaannya dan bekerja menurut tugas dan kewajibannya berada pada tingkatan hidup untuk meninggalkan hal-hal duniawi. Dialah ahli kebatinan yang sejati, bukanlah orang yang tidak pernah menyalakan api dan tidak melakukan pekerjaan apapun yang menjadi sannyasa dan yogi yang sejati
Melalui sloka ini dapat ditegaskan bahwa apabila seseorang melakukan pekerjaan apapun, hendaknya orang tersebut tidak terikat oleh hasil kerja atau dengan kata lain seseorang  bekerja dan bertindak demi Tuhan atau dalam kesadaran Tuhan. orang yang sadar akan keberadaan Tuhan, tidak akan terikat terhadap hasil melainkan ia selalu bertindak atas nama Tuhan saja. Dia menekuni segala jenis kegiatan, tetapi dia sama sekali tidak terikat, sehingga apabila mampu melakukan hal yang demikian, orang tersebut pasti menuju tujuan hidup yang paling utama, yaitu pembebasan atau moksa.


Mantra 3
“Asurya, begitulah dunia yang diliputi kegelapan dan pada keadaan demikianlah orang-orang yang membunuh atman akan datang sesudah mereka meninggal.”

          Dalam mantra 3 ini menjelaskan tentang atman yang tertutup oleh sifat Avidya atau kegelapan atau kebodohan  dimana itu termasuk ketidakmampuan untuk menyadari atman-nya sendiri, sehingga ia tidak mengenali atman dengan segala macam sifatnya. Yang demikian adalah orang yang  menginginkan kekayaan duniawi, mereka yang terikat dengan keduniawian. Hal ini juga dijelaskan dalam sloka bhagawadgita berikut ini:
Bhagawadgita III. 25
“Seperti halnya orang bodoh melakukan tugas-tugas kewajibannya dengan ikatan terhadap hasil, begitu pula orang bijaksana dapat bertindak dengan cara yang serupa, tetapi tanpa ikatan, dengan tujuan memimpin rakyat dalam menempuh jalan yang benar.”
Melalui sloka ini dapat kita ketahui bahwa orang yang bekerja dengan memikirkan hasil atau terikat kepada pekerjaan adalah orang yang tidak mengetahui tentang hakikat Tuhan itu sendiri. orang yang tidak mengerti tentang Tuhan  sibuk dalam kegiatan untuk memuaskan kepuasan indriya-indriya, dan tidak melakukan pekerjaan atas nama Tuhan tetapi demi kepentingan duniawi, karena ia terlalu terikat oleh kegiatan material, dalam bhagawadgita, orang yang seperti ini adalah orang yang bodoh dan tidak sadar akan adanya Tuhan. tetapi orang yang mengerti akan adanya Tuhan akan selalu melakukan kegiatan baik dan benar yang bermanfaat bagi orang banyak  dan tidak terikat kepada material.

2.4    Yang Maha Tinggi Adalah Immanent dan Transenden
Mantra 4
“ Atman itu tidak bergerak-bergerak, esa dan lebih cekatan daripada pikiran. Indrya tidak dapat mencapai-Nya sebab Dia selalu lebih dulu dari mereka. Walaupun dia diam, Dia mengalahkan yang  berlari. Pada-Nya udara yang ada dimana-mana menopang semua kegiatan Makhluk hidup.”
Mantra 6
“Dia yang melihat semua makhluk pada dirinya sendiri dan dirinya sendiri pada semua makhluk, dia tidaklah melihat sesuatu yang bertentangan pada pendapat yang demikian.”

Dari kedua mantra itu dapat kita ketahui bahwa atman adalah Yang Maha Tinggi, ia menopang segalanya, atman itu tunggal. Brahman adalah atman itu sendiri. ia  memberikan kekuatan pada seluruh jiwa kosmis.
Atman sesungguhnya kebenaran sejati, kesadaran yang tidak dapat disamakan dengan pikiran dan kecerdasan. Atman adalah yang nyata, yang mendasari kekuatan yang sadar dari perseorangan, tempat berpijak yang paling dalam jiwa manusia. Atman adalah cahayanya cahaya, dan melalui hal ini sajalah ada cahaya di alam semesta ini. dia adalah cahaya abadi. Dia adalah yang tiada hidup atau mati. Yang tanpa gerak ataupun perubahan yang masih bertahan ketika yang lain sudah berakhir. Atman adalah kesadaran saksi yang abadi. (Sutrisna, 2009;66)
Berkaitan dengan immanent dan transenden, ini bertujuan untuk menyadari dan menghayati keberadaanNya. Ia bersifat Maha ada, juga berada disetiap makhluk hidup, di dalam maupun di luar dunia (imanen) meresap di segala tempat, kekal abadi dan tidak berubah, tidak memiliki bagian-bagian, tidak memerlukan suatu aktivitas, berkeadaan tetap diam, tanpa memiliki kesalahan, tanpa terkena noda-noda, beliau merupakan jembatan emas menuju pencapaian keabadian makhluk-makhluk. Mereka yang telah memahami, menyadari dan mengetahui keberadaan Brahman dan atman itu, maka akan mencapai pembebasan, dia akan terlepas dari semua ikatan. (Sutrisna, 2009;53-56)


2.5    Kebodohan dan Pengetahuan
“Pengetahuan dan kebodohan, dia yang mengerti kedua-duanya akan mengarungi kematian melalui kebodohan dan akan mencapai hidup yang kekal melalui pengetahuan.”
Dalam bagian ini membahas tentang Vidya dan avidya, apabila seseorang mengetahui kedua hal ini maka akan mencapai pembebasan.  Pertemuan antara atman dan badan menimbulkan ciptaan menyebabkan atman dalam keadaan avidya. Avidya artinya gelap, lupa pada kesadaran, avidya muncul karena pengaruh unsur panca maya kosa. (Suwisma, 2013; 115)
Pada hakikatnya atman identik dengan Brahman. Namun karena pertemuannya dengan tubuh yang bersifat material, maka atman tidak mampu lagi mengidentifikasikan dirinya seperti Brahman. Maka kegelapan atau avidya menyelimuti dan menutupi kecerdasan atman sehingga ia lupa akan hakikat sejatinya. Avidya adalah penyebab belenggu, sedangkan lawan dari avidya adalah vidya, atau pengetahuan sejati yang merupakan penyebab pembebasan dari segala belenggu. (Sutrisna, 2009; 138).
Dalam Bhagawadgita telah dijelaskan bahwa siapapun yang menyadari keberadaan Atman atau roh individu dan juga menyadari keberadaan Tuhan, serta siapapun yang mengetahui segala pengetahuan tentang Tuhan Maka akan mencapai tempat tertinggi dan kebahagiaan Tertinggi, atau moksa.

2.6    Yang terwujud dan Yang Tidak terwujud
“Dia yang mengerti yang terwujud dan yang tidak terwujud akan melewati kematian melalui yang tidak terwujud dan memperoleh hidup yang kekal melalui yang terwujud. ”

          Dalam mantra ini menjelaskan bahwa Tuhan juga mempunyai wujud yang tidak dapat terpikirkan oleh manusia, tidak dapat dijelaskan oleh akal pikiran manusia. Dalam bagian ini menganjurkan kepada kita untuk menempuh hidup dalam dunia yang terwujud, tetapi tanpa ikatan dan dengan pikiran tetap ditujukan kepada Yang Tidak Terwujud atau Tuhan. kita harus menjalani hidup di dunia ini tanpa harus dibuat mabuk oleh dunia atau terikat oleh dunia. Kita harus menunjukkan pikiran kita pada yang kekal (Tuhan) dan mengingat bahwa yang kekal adalah jiva dari yang tidak kekal.  Siapapun yang selalu memusatkan pikiran kepada Tuhan, maka ia akan mencapai kebahagiaan tertinggi.
Dalam Bhagawadgita XV.19 Tuhan telah bersabda sebagai berikut:
“Siapapun yang mengenal Aku sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tanpa ragu-ragu, mengetahui segala sesuatu. Karena itu, ia sepenuhnya menekuni pengabdian suci Bhakti kepada-ku, wahai putera Bharata”












2.7    Doa untuk Visi Tuhan
Mantra 17
“Semoga hidup ini memasuki nafas yang kekal; dan kemudian semoga raga ini berakhir dalam abu. Wahai buddhi  ingatlah apa yang telah aku perbuat. Ingatlah wahai buddhi apa yang telah kuperbuat. Ingatlah”
      Mantra 18
 “ Wahai Agni bimbinglah kami sepanjang jalan  harapan kepada kebahagiaan, wahai Tuhan yang mengetahui semua perbuatan-perbuatan kami. Bersihkanlah kami dari dosa-dosa kami. Kami menghaturkan sembah doa untuk-mu”
            Mantra yang terdapat dalam bagian ini menjelaskan tentang kewajiban kita untuk selalu ingat kepada Tuhan dan mengingat perbuatan yang telah kita lakukan, karena buah dari perbuatan itulah yang akan menemani kita dan itu pula yang menentukan sifat di kehidupan berikutnya.
            Dalam Bhagawadgita juga telah disebutkan bahwa dengan selalu mengingat Tuhan setiap saat, termasuk saat melakukan perbuatan apapun, maka ia  akan mencapai Tuhan. berikut adalah slokanya:
  Bhagawadgita VIII. 7
“Wahai Arjuna, hendaknya engkau selalu berpikir tentangKu dalam bentuk Krsna dan pada waktu yang sama melaksanakan tugas kewajibanmu, yaitu bertempur. Dengan kegiatanmu dipersembahkan kepadaKu pikiran dan kecerdasanmu dipusatkan kepadaKu, tidak dapat diragukan lagi bahwa  engkau akan mencapaiKu”

  Bhagawadgita VIII.6
  “Keadaan hidup manapun yang diingat seseorang pada saat ia meninggalkan badannya, pasti keadaan itulah yang dicapai, wahai putera kunti”

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Isa Upanisad adalah salah satu bagian dalam Upanisad Utama. Isa yang disebut Isavasya Upanisad ini termasuk dalam aliran Vajasaneya dari Yajur Veda. Vajasaneya Samhita berisi 40 bab dimana Upanisad ini merupakan yang terakhir. Isa upanisad mengajarkan inti dari persatuan Tuhan dengan alam semesta, ciptaan dan perkembangannya.
Menurut isa upanisad,  bahwa Tuhan adalah Yang maha sempurna, Tuhan berada dimana- mana, Tuhan adalah sebagai pencipta, Tuhan ada di setiap jantung makhluk hidup, semua yang ada di alam ini adalah milik Tuhan, Tuhan adalah ia yang berkuasa atas segalanya yang ada ini, siapapun yang menyadari tentang Tuhan, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan tertinggi.
Menurut isa upanisad, atman adalah yang maha tinggi, atman itu identik dengan Brahman, namun karena pertemuan antara atman dan badan menimbulkan ciptaan menyebabkan atman dalam keadaan avidya.
Dalam isa upanisad ini menjelaskan bahwa dengan melakukan perbuatan tanpa mengharapkan imbalan dan tidak terikat pada perbuatan itu, maka seseorang dapat mencapai pelepasan.










DAFTAR PUSTAKA


Prabhupada, Swami. 2000.Bhagavad Gita Menurut Aslinya. The Bhaktivedanta Book Trust International, inc. Hanuman Sakti
Radhakrishnan, 2015. Upanisad Upanisad Utama. Surabaya. PARAMITA Surabaya
Sutrisna, I Made. 2009. Modul Pokok Upanisad. Jakarta. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI
Sutrisna, I Made. 2012. Dasar-Dasar Agama Hindu.Jakarta. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI
Vimalananda, Swami. 1997. Mahanarayana Upanisad. Surabaya. PARAMITA Surabaya
Suwisma, S.N. 2013. Swastikarana. Jakarta, Penerbit PT Mabhakti