Kamis, 27 Desember 2018

Makalah Agama Kong Hu Cu

ILMU PERBANDINGAN AGAMA

Agama Kong Hu Cu


Dosen Pengampu:
Untung Suhardi, S.Pd.H, M.Fil.H


Oleh:
Gede Ardike
Ketut Deni Wiryantari
I Wayan Aditya Nugraha


SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU
DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
2018

 


KATA PENGANTAR 
Om swastyastu 
Puji syukur kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa atas Asungkerta Waranugraha-Nya,  tugas makalah mata kuliah Ilmu Perbandingan Agama dengan judul Agama Kong Hu Cuini bisa terselesaikan. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini, diantaranya, Bapak Untung Suhardi, S.Pd.H, M.Fil.H sebagai dosen pengampu mata kuliah Ilmu Perbandingan Agama, teman-teman dikelas yang telah memberikan kami dukungan, dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu yang terkait dalam menyediakan sarana dan prasarana guna mempermudah pencarian literatur untuk makalah kami.
Makalah yang kami buat ini sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran bagi pembaca sangat diharapkan guna dijadikan pembelajaran pada pembuatan makalah yang akan datang. Terima kasih atas partisipasi dan perhatian para pembaca, semoga semua isi yang ada dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi bembaca.
Om santi, santi, santi Om.
Jakarta, Desember 2018

Penulis












BAB I
PENDAHULUAN



1.1 LATAR BELAKANG
Kong Hu Cu atau konfusis adalah seorang ahli filsafat Cina yang terkenal sebagai orang pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang mendasar. Ajarannya menyangkut kesusilaan perorangan dan gagasan bagi pemerintahan agar melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyat dengan teladan perilaku yang baik.
Agama Konfusius atau Kong Hu Cu atau Konfusianisme adalah agama yang paling tua di Cina, tetapi bukan merupakan satu-satunya agama di sana. Sebagaimana sering dinyatakan dalam suatu pepatah Cina, yang menyatakan bahwa Cina mempunyai tiga agama tetapi yang tiga itupun sebenarnya hanya satu. Tiga agama yang dimaksud adalah Konfusianisme, Toisme dan Budhisme. Pepatah tersebut berarti bahwa di Cina ketiga agama tersebut telah saling penagruh mempengaruhi satu sama lain, sehingga sulit dan sukar membicarakan salah satunya tanpa mengaitkannya dengan yang lain.
Pada abad ke-6 sebelum masehi, kehidupan agama dan moral masyarakat Cina sudah sedemikian merosot. Kebudayaan dan peradaban yang sebelumnya telah dibangun dengan susah payah oleh dinasti-dinasti sebelumnya, kini tinggal hanya merupakan bayangan saja. Pada saat itu kehadiran Kong Hu Cu merupakan jawaban terhadap kondisi masyarakat yang sudah melampaui batas-batas kemanusiaan, sehingga terpanggil untuk membangkitkan kembali agam Ru, agama orang lembut, bijak dan terpelajar. Karena itu, tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa Kong Hu Cu berpusat pada kemanusiaan dan keduniakinian atau kurang memperhatikan hari kemudian. Memang Kong Hu Cu lebih menitikberatkan tentang apa yang harus dikerjakan manusia di dunia ini. Hari kemudian adalah refleksi hari ini. Hasil semua perbuatan di dunia kini akan dipanen di hari akhir. Titik berat kekinian dan kemanusiaan itu merupakan dorongan bagi pemeluknya untuk menjadi orang bijak ban bajik, baik terhadap orang tua, keluarga, tetangga maupun negaranya.
Dalam mengajarkan ajaran-ajarannya ia tidak suka mengkaitkan dengan paham ketuhanan, ia menolak membicarakn tentang akhirat dan soal-soal yang bersifat metafisika, ia hanya seorang filosof sekuler yang mempermasalahkan moral kekuasaan dan akhlak pribadi manusia yang baik. Namun, dikarenakan ajaran-ajarannya lebih banyak mengarah pada kesusilaan dan mendekati ajaran keagamaan maka ia sering digolongkan dan dianggap sebagai pembawa agama.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana asal-usul agama Kong Hu Cu?
2. Siapakah pendiri dan pembawa ajaran agama Kong Hu Cu?
3.Bagaimana system ketuhanan dan keimanan agama Kong Hu Cu?
4. Apa nama kitab suci agama Kong Hu Cu?
5. Bagaimana etika dalam Agama Kong Hu Cu?

1.3 TUJUAN PENULISAN
1.      Mengetahui asal-usul agama Kong Hu Cu
2.      Mengetahui pendiri dan pembawa ajaran agama Kong Hu Cu
3.      Mengetahui sistem ketuhanan dan keimanan agamaKong Hu Cu
4.      Mengetahui nama kitab suci agama Kong Hu Cu
5.      Mengetahui etika yang ada dalam dalam Agama Kong Hu Cu













BAB II
Pembahasan
2.1 Asal-usul agama Kong Hu Cu
            Agama Kong Hu Cu dipadankan dengan sejumlah sebutan: Kong Jiao/Kung Chiao, Ru Jiao/Chiao, dan Ji Kau. Semua sebutan tersebut merujuk pada sejarah bahwa Kong Hu Cu merupakan suatu “agama” klasik Cina yang dibangkitkan kembali oleh Kong hu cu, yang dalam bahasa asalnya berarti agama kaum yang taat, yang lembut hati, yang memperoleh bimbingan, atau kaum terpelajar. Oleh sejumlah orientalis Kong Hu Cu di sebut juga  Confucianism, karena kongcu adalah tokoh sentral yang membawa ajaran tersebut.
            Kong Hu Cu atau Konfusis adalah seorang ahli filsafat Cina yang terkenal sebagai orang pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang mendasar. Ajarannya menyangkut kesusilaan perorangan dan gagasan bagi pemerintahan agar melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyat dengan teladan perilaku yang baik.
            Dalam ia mengajarkan ajaran-ajarannya ia tidak suka mengkaitkan dengan paham ketuhanan, ia menolak membicarakan tentang akhirat dan soal-soal yang bersifat metafisika, ia hanya seorang filosof sekuler yang mempermasalahkan moral kekuasaan dan akhlak pribadi manusia yang baik. Namun dikarenakan ajaran-ajaran lebih banyak mengarah pada kesusilaan dan mendekati ajaran keagamaan maka ia sering digolongkandan dianggap sebagai pembawa agama.
            Menurut para penganutnya, khong Hu cu bukan sekedar suatu ajaran yang diciptakan oleh Nabi Khong Hu Cu melainkan agama (Chiao) yang telah diturunkan oleh Thien (Tuhan Yang Maha Esa), lewat nabi dan Raja suci purba ribuan tahun sebelum lahir Nabi Khong u Cu. Dalam kitab Susi VII. 1.2 telah dijelaskan bahwa Kong Hu Cu hanya meneruskan, tidak menciptakan, ia sangat menaruh percaya dan suka kepada yang kuno itu. Peran yang telah dilakukannya hanya sebagai Bok Tok, Genta Rohani yang mencanangkan firman Thian, agar manusia kembali hidup menempuh Jalan Suci. Kong Hu Cu telah dipilih oleh Thian untuk melestarikan, membangkitkan kembali, meneruskan dan menyempurnakan agama-Nya.
            Menurut catatan sejarah, ajaran para Nabi dan Raja Suci purba ditulis sejak Raja Suci Tong Giau, atau 17 abad sebelum Kong Hu Cu lahir. Dengan kata lain, agama Ji Kau melalui proses yang terbentuk sejak abad 22 SM hingga pasca Kong Hu Cu meninggal (abad 3 SM). Ajaran Ji Kau sendiri baru dikompilasi pada tahun 79 M dan terhimpun dalam kitab suci Ngo King. Kong Hu Cu hanya menulis 2 kitab yaitu Chu Chiu dan Hau King bersama 72 orang muridnya. Menurut penganutnya semua ajaran yang terhimpun dalam kitab suci merupakan Thian Sik atau wahyu Tuhan. Oleh karena itu, Kong Hu Cu dipercayai sebagai agama langit atau agama yang diturunkan oleh Thian (Tuhan Yang Maha Esa).
            Sebagaimana disebutkan, peran Kong Hu Cu adalah mengumpulkan, menuliskan dan meneruskan kembali ajaran suci, ajaran purba, agama terpelajar. Kehadirannya bersamaan dengan kondisi masyarakat yang pada waktu itu selalu dalam kekacauan politik, ekonomi dan berkecamuknya peperangan serta kebiadaban.
            Pada saat itu kehadiran Kong Hu Cu merupakan jawaban terhadap kondisi masyarakat yang sudah melampaui batas-batas kemanusiaan, sehingga terpanggil untuk membangkitkan kembali agama Ru, agama orang lembut, bijak dan terpelajar. Karena itu, tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa Kong Hu Cu berpusat pada kemanusiaan dan keduniaan atau kurang memperhatikan hari kemudian. Memang Kong Hu Cu lebih menitikberatkan ajaran tentang apa yang harus dikerjakan manusi di dunia ini. Hari kemudian adalah refleksi hari ini. Hasil semua perbuatan di dunia kini akan dipanen di hari akhir. Titik berat kekinian dan kemanusiaan itu merupakan dorongan bagi pemeluknya untuk menjadi orang bijak dan bajik, baik terhadap orangtua, keluarga, tetangga maupun negaranya.[3][3]
2.2 Pendiri dan Pembawa ajaran Kong Hu Cu
Uraian tantang pribadi Kong Hu Cu dan cara hidupnya digambarkan dalam laporan-laporan dari para muridnya yang terhimpun di dalam ‘Lun Yu’ yaitu suatu analisis kehidupan Kong Hu Cu. Guru dari Shantung ini berasal dari keluarga sederhana, yang jujur dan setia berbakti kepada ‘Thian’. Diceritakan bahwa kelahirannya pada tahun 551 SM dikota kecil Lu di wilayah propinsi Shantung sekarang. Yang diiringi oleh peristiwa-peristiwa ajaib dan pada tubuhnya terdapat tanda-tanda luar biasa. Dia lahir sebagai anak bungsu yang mempunyai 11 saudara.
            Sejak mudanya ia menderita, karena ditinggal mati ayahnya pada usia 3 tahun, dan hanya dibesarkan oleh ibunya dan kakeknya. Ia termasuk pemuda yang cerdas yang senang belajar ilmu pengetahuan dan music. Menjelang dewasa, pada usia 35tahun ia bekerja sebagai pegawai di pemerintahan umum di tempat asalnya untuk beberapa tahun saja yakni sejak Raja Muda Ciau, pada usia 51-55 tahun Kong Hu Cu aktif dalam pemerintahan dan terakhir menjabat sebagai Menteri Kehakiman merangkap Perdana Menteri. Dalam waktu yang relatif singkat, ia berhasil mengangkat martabat negeri Lo sehingga dihormati oleh negeri-negeri lain. Ia berhasil dan berpengalaman dalam memperbaiki pemerintahan Lo yang kacau, penuh peperangan, korupsi, dan kesengsaraan rakyat, melalui perbaikan system pemerintahan, filsafat dan etika, dengan tetap berakar pada tradisi kepercayaannya. Kemudian berhenti pada tahun 528 SM dan selama 16 tahun menjadi guru. Karena ibunya wafat, ia lalu pergi mengasingkan diri untuk bersemadi selama tiga tahun. Setelah selesai meditasinya ia menyampaikan ajaran-ajarannya sehingga berangsur-angsur ia mempunyai pengikut. Memasuki umur 50 tahun namanya memuncak naik dan mendapat kedudukan tinggi dalam pemeritahan. Pengalaman dalam birokrasi pemerintahan dan politik itu tidak begitu lama, karena Raja Muda Ting jatuh karena mengabaikan system pemerintahan yang telah lama dibina oleh Kong Hu Cu. Dalam usia 56 tahun ia meninggalkan negeri Lo dan mengembara ke dalam dunia spiritual serta memposisikan diri sebagai Bok Tok ( genta Rohani).
Dalam masa 13 tahun Kong Hu Cu mengembara dan menyampaikan ajarannya ke berbagai Negeri bersama murid-muridnya yang setia menjadi guru keiling, sambil menyempurnakan ajaran agama Ji Kau yang saat itu mulai pudar karena kekalutan zaman. Kemudian ia wafat dalam usia 72 tahun, tepatnya  pada tanggal 18 bulan Imlek, 479 SM dan dimakamkan di kota Chii Fu, Shantung. Misi Genta Rohani dilanjutkan oleh murid-muridnya dan para penganutnya dengan cara masing-masing. Di antara para muridnya yang terkenal adalah ‘Meng Tsu’ (372-288 SM) dan ‘Syuun Tze’ (300-235 SM). Dikarenakan cara penekanan dan penafsiran yang berbeda terhadap ajaran-ajaran gurunya, maka ajaran Kong Hu Cu yang kemudian disebarluaskan itu menjadi berbeda-beda. Sehingga muncul tidak kurang dari delapan lairan paham tentang ajaran Kong Hu Cu. Di samping itu ajaran Kong Hu Cu ini banyak pula mendapat saingan dari ajaran atau paham keagamaan lainnya. Betapapun juga kebanyakan orang Cina juga tidak menganut agama lain ia tetap menghormati ajaran Kong Hu Cu dengan muridnya Meng Tsu ke seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Chu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Chu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Chu.[5][5]
2.3 Sistem Ketuhanan
Ru Jiao atau agama Kong Hu Cu adalah agama monotheis, percaya hanya pada satu Tuhan, yang biasa disebut sebagai Thian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang Maha Kuasa). Tuhan dalam konsep Kong Hu Cu tidak dapat diperkirakan dan ditetapkan, namun tiada satu wujud pun yang tanpa Dia. Dilihat tiada nampak, didengar tidak terdengar, namun dapat dirasakan oleh orang beriman.
Di dalam kitab Ngo King Tuhan biasa diberi kata sifat sebagai berikut:
Ø  Siang Thian, artinya Thian Yang Maha Tinggi
Ø  Hoo Thian, artinya Thian Yang Maha Besar
Ø  Chong Thian, artinya Thian Yang Maha Suci
Ø  Bien Thian, artinya Thian Yang Maha Pengasih
Ø  Hong Thian, artinya Thian Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta
Ø  Siang Thian, artinya Thian Yang Maha Menciptakan Alam Semesta
Kong Hu Cu percaya adanya Thian yang selalu harus dihormati dan dipuja karena Dialah yang menjaga alam semesta. Oleh karena itu, manusia harus melakukan upacara-upacara keagamaan sesederhana dan sekhidmat mungkin agar mendapat berkah dari Thian. Dalam kaitan ini, umat manusia harus mencermati dan meneladani tingkah laku orang tua, karena menurut agama Kong Hu Cu, ornag tua adalah wakil Thian.
Hanya kebijakan berkenaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tiada jarak jauh tidak terjangkau , kesombongan mengundang bencana, kerendahan hati menerima berkat, demikianlah jalan suci Tuhan Yang Maha Esa sepanjang masa. Jalan suci itu satu tetapi menjalin, menembusi semuanya. Jalan suci itu ialah Satya dan Tepasarira, satya kepada Firma Tuhan dan tepasarira, tenggang rasa, mencintai sesame dan lingkungan hidupnya.
Firman Tuhan Yang Maha Esa, Dialah menjadi watak sejati manusia, hakekat kemanusiaan yang mendukung harkat dan martabat manusia sehingga memiliki benih-benih kebijakan dan kemampuan mengembangkannya. Bimbingan yang diturunkan Tuhan agar manusia mampu membina diri menempuh jalan suvi itulah agama. Laku bakti itulah pokok cinta kasih, kebijakan, yang dari padanya ajaran agama berkembang. Lalu, dimulai dari merawat cita dan laku bakti kemudian dikembangkan nilai-nilai kebajikan yang lain seperti rendah hati, setia, dapat dipercaya, susila, menjunjung kebenaran, suci hati, tahu malu, dan sebagainnya.
Jalan suci yang dibawa oleh ajaran agama itu ialah kebajikan gemilang, karunia Thian yang memancarkan cahaya di dalam diri manusia. Mengasihi sesama makhluk atau rakyat Tuhan Yang Maha Esa dengan sekuat tenaga dan upaya melaksanakan itu sehingga mencapai dan berhenti di puncak baik, yang diridlai Tuhan Yang Maha Esa.
Hati manusia senantiasa dalam gawat, agar hati di dalam jalan suci itu sungguh muskil. Maka, senantiasa ambillah sari pati, senantiasa ambillah yang Esa itu, pegang teguh tepat tengah, sikap hidup tegah sempurna, tepat dan harmonis, selaras, serasi dan seimbang ke atas satya kepada Thian, mendatar, mencintai, tepasarira, dapat dipercayai kepada sesama dan menyayangi  lingkungan.
Teguh tuluskan Iman karena Dialah dasar kehidupan beragama, pangkal dan ujung segenap wujud, tanpa Iman suatu pun tiada. Tuhan Maha Mendengar dan Maha Melihat seperti rakyat mendengar dan melihat. Takutlah akan Thian, janganlah melanggar dan melawan hukumnya, berbahagialah di dalam Thian, tulus lurus ikutilah hukum dan firmanNya dengan patuh dan taqwa. Siapa melanggar hukum Thian akan binasa. Dan siapa mengikuti hukum Thian akan terpelihara. Was-was dan hati-hatilah, apa yang keluar dari kamu akan kembali kepada kamu. Dia yang takut akan Tuhan Yang Maha Tinggi tidak berani tidak berlaku lurus, dia yang mengerti akan firman Thian tidak berdiri di bawah tembok yang retak atau akan roboh.
Thian tidak senantiasa dekat atau akrab, Dia dekat kepada yang hormat. Sungguh miliki yang satu itu: Kebajikan, kepadanya hati Tuhan benar berkenan dan akan menerima Firman Gemilang. Bila kebajikan itu Esa, tiap gerak tiada yang tidak membawa berkah. Sebaliknya bila kebajikan itu mendua, tiap gerak tiada yang tidak membawa bencana. Berkah dan bencana bukan karena orangnya, hanya Tuhan menurunkan bahaya dan bahagia menurut kebajikanNya. Bukanlah Tuhan itu memihak, hanya melindungi yang satu: kebajikan. Karena itu, bila Thian menyalahkan kebajikan di dalam diri, apakah yang dapat orang (jahat) berbuat  atasnya? Cinta kasih itulah rumah selamat, rumah sentosa. Kebenaran itulah jalan lurus. Kesusilaan itulah pintu gerbang dan kebijaksanaan menyempurnakan segenap wujud. Jangan bimbang, jangan mendua hati di dalam kebajikan, Tuhan Yang Maha Tinggi menyertaimu.
THIAN, Tuhan Yang Maha Esa adalah yang maha sempurna yang menciptakan keharmonisan, keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, menjadikan segala pelaku memetik buah perbuatanya. Yang Maha Kuasa dengan firman dan hukum yang abadi, telah mengaruniakan benih kebajikan yang hidup di dalam diri manusia, sehingga memiliki kemampuan mengembangkan sifat-sifat cinta kasih, susila, kesadaran menjunjung kebenaran, keadilan, kewajiban dan kebijaksanaan. Manusia wajib mengembangkan benih-benih kebajikan, mengamalkanya dalam hidup dan memuliakan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa serta menjadikan dirinya insane yang dapat dipercaya sebagai makhluk yang satya kepada Khaliknya dan sebagai saudara sejati kepada sesamanya.
Untuk mewujudkan pernyataan bakti diadakan lee, kesusilaan dan peribadatan di dalam kehidupan beragama. Kesusilaan dan peribadatan ialah rukun yang diterima oleh para Singjien, nabi dan raja suci purba sebagai jalan suci Tuhan. Maka siapa menerimanya akan penuh berkah hidupnya, tetapi siapa yang menolaknya akan binasa. Orang zaman dahulu membina kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan kemudian mendapatkan kemuliaan pemberian manusia. Orang zaman sekarang membina kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha  Esa untuk mendapatkan kemuliaan pemberian manusia. Setelah mendapat kemuliaan pemberian manusia lalu dibuanglah kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha Esa itu.
Ajaran agama membimbing manusia menyadari akan makna dan tujuan hidupnya, ketentraman hati, kesentosaan batin sehingga dapat berpikir benar, agar membimbing manusia meneliti hakekat tiap perkara. Dengan melaksanakan jalan suci, manusia yang dibimbing agama, dengan ridha Tuhan Yang Maha Esa akan diperoleh hidup damai dan sentosa dalam hidup pribadi, keluarga, masyarakat, dunia maupun akhirat.[6][6]
2.4 Keimanan dalam Kong Hu Cu
Di dalam kitab Tengah sempurna XIX: 18 ditulis, “Iman itulah jalan suci Tuhan Yang Maha Esa. Berusaha memperoleh iman, itulah jalan suci manusia. Yang beroleh iman ialah orang-orang yang setelah memilih dan mendekat sekuat-kuatnya yang baik”. Maka iman ialah suatu sikap atau Susana batin yang berhubungan dengan sempurnanya kepercayaan atau keyakinan kepada THIAN.
Manusia wajib membina kehidupan dan mengamalkan apa yang menjadi iman manusia. Suatu agama baru bermakna dalam hidup, kalau para pemeluknya benar-benar mengimaninya. Tanpa itu, akan menjadi sesuatu yang tidak berarti. Agama Kong Hu Cu memberikan dasar keimanan yang pokok yang dijabarkan dalam delapan keimanan Pat Sing Ciam Kwi
Pengakuan Iman Yang Pokok
Tiap umat Kong Hu Cu wajib memahami, menghayati, dan mengimani dasar keimananya yang pokok, yang tersurat di dalam bab utama kitab Tengah Sempurna, bab utama ajaran besar, dan salam iman yang tersurat di dalam kitab Su king. Pengakuan iman yang pokok yaitu,
1.      Seorang umat Kong Hu Cu wajib beriman, satya, bertakwa dan hormat atau sujud terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.      THIAN, Tuhan Yang Maha Esa adalah khalik semesta alam dengan segala benda dan makhlukyait
3.      Hidup manusia adalah oleh firman THIAN, maka manusia mengemban tugas suci sebagai manusia dan wajib mempertahankan hidupnya kepada THIAN.
4.      Firman THIAN itu sekaligus menjadi watak sejati, hakekat kemanusiaan, yang menjadikan manusia memiliki kemampuan melaksanakan tugas sucinya sebagai manusia.
5.      Mewujudkan kebajikan, yang di dalamnya mengandung benih-benih cinta kasih, kesadaran menjunjung kebenaran/ keadilan/ kewajiban, kesusilaan dan kebijaksanaan yang hidup, tumbuh, berkembang dalam rohani manusia, itulah tugas sekaligus tujuan suci manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
6.      Terwujudnya kebajikann dalam diri manusia adalah untuk diamalkan dalam kehidupan, mengasihi, tenggang rasa, tepasarisa kepada rakyat, kepada sesame manusia, dan menyayangi (memiliki) rasa tanggung jawab terhadap lingkungan hidupnya.
7.       Mewujudkan kebajikan, mengasihi sesama, menyayangi lingkungan, sehingga mecapai puncak baik, itulah jalan suci yang wajib ditempuh manusia. Itulah jalan suci yang selaras dengan watak sejati manusia.
8.      Bimbingan yang dikaruniakan Tuhan Yang Maha Esa lewat para Bok Tok, Sing Jien atau nabi-nabinya sehingga manusia dapat membina diri menempuh jalan suci, itulah agama, yang merupakan ajaran besar bagi kehidupan ini.
9.      Hanaya kebajikann berkenan Tuhan, ini mengandung imabauan dan pengakuan iman bahwa hormat akan Tuhan ialah melaksanakan FirmanNya, percaya terhadap Tuhan tidak dapat dilepaskan dari hidup mewujudkan kebajikan dan mengamalkannya, didalam terkandung pengertian paripurnanya ibadah dan disitulah makna (nilai) manusia di hadapan Tuhan Khaliknya maupun di hadapan sesame makhluk dan lingkungannya. Menjadi insane yang dapat dipercaya terhadap Tuhan Khaliknya maupun terhadap sesamanya.
2.5 Kitab Suci Agama Kong Hu Cu
            Kitab suci agama Kong Hu Cu sampai kepada bentuknya yang sekarang mempunyai masa perkembangan yang sangat panjang, kitab suci yang tertua berasal dari Raja Suci Giau(2357-2255 SM) dan yang termuda ditulis Bingcu ( wafat tahun 289 SM), melipuit masa sekitar 2000 tahun. Kitab suci yang berasal dari para nabi Purba sesuai dengan wahyu yang diterima langsung Nabi kong Hu Cu dari Tuhan Yang maha Esa disempurnakan dan dihimpun, kini disebut Ngo King (kitab suci yang lama) sebagai kitab suci yang pokok. Ajaran-ajaran Nabi Kong Hu Cu dibukukan oleh para muridnya dan dipertegas oleh Bingcu yang terhimpun dalam kitab Su Si (kitab yang empat).
            Kitab suci yang lima terdiri dari:
1.      Si King atau kitab Sanjab. Kitab ini terdiri dari kumpulan nyanyian-nyayian upacara yang bersifat puji-pujian  terhadap keagungan Tuhan maupu\]’;upacara di istana.
2.      Su King atau kitab dokumentasi sejarah suci.
3.      Ya king atau kitab perubahan. Kitab ini mempunyai nilai universal, berisi ajaran tentang penjadian alam semesta sehingga dengan menghayati isi kitab ini, manusia dapat menyingkap tabir kuasa Tuhan dengan segala aspeknya.
4.      Lee King atau kitab kesusilaan berisi ajaran kesusilaan dan peribadatan.
5.      Chun Ciu King. kitab suci ini berisi segala macam penilaian dan komentar nabi Kongcu atas berbagai peristiwa zaman itu, sehingga sangat menarik dan bermanfaat untuk disimak bagaimana sesungguhnya kebenaran yang harus ditegakan itu.
Kitab suci yang empat atau Su Si terdiri dari:
1.      Thai Hak atau ajaran besar berisi bimbingan dan ajaran pembinaan diri, keluarga, masyarakat, Negara, dan dunia, ditulis oleh Cingcu atau Cing Cham, murid nabi dari angkatan muda.
2.      Tiong Yong atau Tengah Sempurna berisi ajaran keimanan agama Kong Hu Cu: iman kepada Tuhan, firman-Nya mengenai manusia, watak sejati, jalan suci dan peranan agama, ditulis oleh Cu Su atau Kong Khiep, cucu nabi. Kitab ini dibukukan oleh beberapa murid nabi.
3.      Lun Gie atau sabda suci berisi percakapan nabi serta para muridnya, juga tentang orang-orang zaman tersebut dan mengenai oeri kehidupan sehari-hari nabi. Kitab ini  dibukukan oleh beberapa murid nabi.
4.      Bingcu atau kitab suci yang dituliskan oleh Bingcu yang berfungsi menegaskan dan meluruskan tafsir ajaran agama Kong Hu Cu dalam memerangi penyelewengan.

Enam Kitab Klasik
1.      Shu Ching. Kitab ini mengandung 100 dokumen sejarah dinasti-dinasti kuno negeri China, dimilai dari abad 24 SM sampai abad 8 M. dari buku ini dapat diketahui bagaimana timbul tenggelamnya negeri Cina di zaman purba, yang menyangkut ajaran kesusilaan dan keagamaan.
2.      Shih Ching. Kitab ini merupakan kumpulan kitab puisi dari masa lima abad pertama dinasti Chan. Tujuan buku ini adalah agar para pengikut Kong Hu Cu mengetahui tentang budaya dan sastra puisi yang mengandung nilai-nilai moral. Di dalamnya ada 300 lebih sajak-sajak pilihan.
3.      Yi Ching. Kitab ini mengemukakan tentang sisitem filsafat yang fanatic, yang menjelaskan arti dasar tentang Yin (wanita) dan Yang (pria).
4.      Li Chi. Kitab ini menguraikan tentang upacara-upacara trasdisional untuk menanamkan disiplin rakyat, dan mengarah kan kehalusan budi, keagungan dan tingkah laku sopan santun dalam pergaulan masyarakat. Dengan catatan bahwa Li adalah pernyataan perasaandalam upacara kuno,bahwa Li tanpa perasaan adalah semu, dan jangan dilakukan praktek yang merendahkan derajat.
5.      Yeo. Kitab ini merupakan kitab music, yang di masa Kong Hu Cu dikaitkan dengan puisi., setiap sajak ada musiknya dan lagu-lagu lama dibuatkanya komposisi baru.
6.      Chu’un Ch’ii. Kitab ini menguraikan tentang musim semi dan musim rontok dengan peristiwa di negeri Lu sejak tahun pertama pemerintahan Pangeran Yiu (722 SM) sampai tahun ke-14 masa pemerintahan Pangeran Ai (481 SM), yang menguraikan tentang jalanya pemerintahan yang baik dan dihukumnya para menteri yang bersalah.
Tiga Kitab Kebajikan
1.      Tau Hsuch. Kitab ini secara tradisional dikaitkan dengan Tseng Tsan, seorang pengikut Kong Hu Cu yang utama, yang mengenukakan adanya tiga pertalian pokok dalam perkembangan diri yaitu manifestasi kebajikan yang terkenal, mencintai rakyat, dan berhenti pada kebaikan yang tinggi.
2.      Chung Yung. Kitab ini merupakan doktrin tentang kehendak (maksud) yang ditulis oleh cucu lelaki Kong Hu Cu bernama Tzu su dan memberi petunjuk tentang ajaran Chung (maksud) dan Yung (normaliti).
3.      Hsioo Ching. Kitab ini kklasik yang menujukan alimya anak, yang menguraikan percakapan antara Tsung Tzu dan Kong Hu Cu tentang betapa pentingnya anak yang alim sehingga menjadi dasar dan sumber dari kebajikan dan budaya bagi kehidupan selanjutnya.
Tiga Kitab Murid Kong hu Cu
1.      Kitab Meng Tsu. Kitab ini berisi himpunan ceramah dan percakapan antara Meng Tsu dengan para Tuhan tanah, para menteri, teman-teman dan para muridnya.
2.      Kitab Hsun Tsu. Kitab ini aslinya memuat 322 pasal, tetapi kemudian diringkas menjadi 32 pasal.
3.      Kitab Tung Dhung Shu. Kitab ini memuat beberapa bahan ceramahnya dan percakapanya tentang sifat dasar manusia, filasafat  sejarah, dan ilmu pengetahpasa
Kitab-kitab Klasik Cina
1.      Yit-sying. Kitab ini merupakan kitab nujum (ramalan) yang menguraikan tentang “heksagram” yaitu piguraang dari enam tanda yang seluruhnya bejumlah 64. Unsure dasarnya ialah garis lurus dan garis patah. Tanda-tanda tersebut secara berurut melambangkan Yang yaitu unsure duniayang bersifat terang, kering, panas, lelaki, aktif, dan Yin yaitu unsur dunia yang gelap, basah, dingin, wanita, dan pasif. Inilah kedua dunia yang mendorong jalan Tao (susunan dunia).
2.      Sjoe-tsing. Kitab ini merupakan buku sejarah atau piagam yang berisi cerita turun temurun raja Tsjou.
3.      Sje-tsing. Kitab nyanyian dan puji-pujian.
4.      Sje-tsing kitab tentang musim, kronik negeri Lu tempat asal kong hu Cu.
5.      Li-tsji. Kitab tentang Li, yang memuat tentang kaidah-kaidah kehidupan dan ritus.
2.6 Etika Dalam Agama Konghucu           
Dengan dasar keimanan Agama Khonghucu, diturunkanlah ajaran moral dan etika yang langsung menyangkut prilaku di dalam penghidupan yang bersifat praktis. Dalam hal ini wajib dicamkan bahwa betapapun indah, praktis dan bermanfaatnya ajaran itu, tanpa dasar keimanan yang mantap maka akan menjadi dangkal dan gersang. Sayangnya, banyak orang mempelajari dan melihat Agama Khonghucu hanya dari segi moral dan etika yang bersifat praktis saja tanpa mau tahu dasar keimanannya. Jelas cara yang demikian itu tidak tepat dan hasilnya akan jauh dari kebenaran.
Untuk mengenal  ajaran etika Khonghucu secara mendalam, maka kita harus mengenal apa yang disebut dengan San Kang (tiga hubungan tata karma), Ngo Lun (Lima norma kesopanan dalam masyarakat ), Pa Te (Delapan sifat mulia atau delapan kebijakan ), pentingnya nilai belajar bagai manusia dan etika terhadap makluk halus.
San kang (tiga hubungan tata karma)
Pengertian dari San Kang atau tiga hubungan tata karma ini adalah :
a.       Hubungan raja dengan menteri atau atasan dengan bawahan
Ungkapan khonghucu :
“seorang raja memperlakukan mentrinya dengan Li  (kesopanan atau penuh dengan budi pekerti  yang baik). Seorang mentri mengabdi kepada raja dengan kesetiaannya.” (Lun Gi  III: 19)
Perkataan khonghucu diatas menggambarkan bahwa seorang pemimpin haruslah bersifat arif dan bijaksana terhadap orang yang dipimpinnya, dan begitu juga seorang bawahan haruslah dapat menghormati atasannya sebagai mana layaknya seorang atasan.
b. Hubungan orang tua dengan anak
Khonghucu juga membicarakan tentang hubungan bapak dengan anak-anaknya, dan juga sebaliknya hubungan anak dengan orang tuanya.
Perkataan khonghucu :
  “ Raja berfungsi sebagai fungsi, menteri  berfungsi sebagai  menteri, ayah berfungsi sebagai ayah dan anak berfungsi sebagai anak.” (Lun Gi XII: II)
Perkataan khonghucu di atas menggambarkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari , seseorang harus dapat menempatkan fungsi sosialnya dengan baik.
c. Hubungan suami dengan istri
Bagi Khonghucu hubungan suami  dengan istri haruslah juga didasarkan pada sifat-sifat baik dan terpuji. Seorang suami haruslah dapat menghormati  istrinya dan begitu juga sebaliknya.  Hal ini dapat dilihat dari kata-kata Mencius di bawah ini :
“Menurut (mengikuti) sifat-sifat yang benar itulah jalan suci bagi seorang wanita”. (Mencius III, 2;2) istri yang baik itu adalah istri yang tunduk dan patuh terhadap printah suaminya, dan istri yang tidak baik adalah istri yang selalu melanggar  perintah suaminya.
Jika seorang istri dapat menuruti perintah suaminya, bukan berarti suami dapat berbuat sekehendak hatinya, namun suami hendaklah dapat berbuat yang terbaik untuk istrinya. Bagi khanghucu sebaiknya suami bersikap sebagai seorang kuncu (manusia budiman) yang dapat menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga.
2.      Ngo Lun (lima norma kesopanan dalam masyarakat)
Ngo Lun itu juga disebut sebagai Wu Luen, yang artinya juga “lima norma kesopanan dalam masyarakat”. Baik Ngo Lun, maupun Wu Luen, mempunyai arti yang sama.
Dalam San Kang dibicarakan tentang:
1. Hubungan raja dengan menteri atau hubungan atasan dengan bawahan.
2. Hubungan Ayah dengan anak,
3. hubungan suami dengan istri.
Sedangkan, Dalam Ngo Lun, ketiga hubungan tersebut ditambah dengan dua hubungan lagi yaitu:
a.      Hubungan saudara dengan saudara
perkataan Khonghucu tentang hubungan saudara dengan saudara:
 “Seorang muda, di rumah hendaklah erlaku bakti, di luar (rumah) hendaklah bersikap rendah hati, hati-hati sehingga dapat dipercaya, menaruh cinta kepada masyarakat, dan berhubungan erat dengan orang yang berperi cinta kasih.” (Lun Gi, I:6)
b.      Hubungan teman dengan teman
Khonghucu mengatakan :
“Ada tiga macam sahabat yang membawa manfaat dan ada tiga seorang sahabat yang membawa celaka. Seorang sahabat yang lurus, yang jujur, dan yang berpengetahuan luas, akan membawa manfaat. Seorang  sahabat yang licik, yang lemah dalam hal-hal baik, dan hanya pandai memutar lidah akan membawa celaka. (Lun Gi, XIV : 4)

BAB III
KESIMPULAN

Agama Konghucu adalah agama yang dibawa oleh seorang ahli filsafat Cina yang terkenal sebagai orang pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang mendasar. Ajarannya menyangkut kesusilaan perorangan dan gagasan bagi pemerintahan agar melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyat dengan teladan perilaku yang baik. Dalam mengajarkan ajaran-ajarannya ia tidak suka mengkaitkan dengan paham ketuhanan, ia menolak membicarakn tentang akhirat dan soal-soal yang bersifat metafisika, ia hanya seorang filosof sekuler yang mempermasalahkan moral kekuasaan dan akhlak pribadi manusia yang baik.
Mengenai konsep ketuhanan dalam agama Konghucu Tuhan itu tidak dapat diperkirakan dan ditetapkan, namun tiada satu wujud pun yang tanpa Dia. Dilihat tiada nampak, didengar tidak terdengar, namun dapat dirasakan oleh orang beriman. Tuhan dalam ajaran Konghucu sering disebut Thian atau Tee, yang artinya Tuhan Yang Maha Besar atau Tuhan Yang Maha Menguasai Langit dan Bumi. Selama masa penyebaran dan perkembangannya agama Konghucu berhasil menyebarluas hingga ke Indonesia dari mulai masa penjajahan, kemerdekaan, orde baru hingga era reformasi.
Kitab suci agama Konghucu  terdapat 3 kelompok, yakni: Su Si / Shi Su (Empat Buku), Ngo King (Lima Kitab) dan Hauw King / Xiao Jing (Kitab Bakti). Secara substansial kitab-kitab suci tersebut merupakan sumber dari ajaran Konghucu yang oleh pengikutnya dijadikan pedoman dan acuan dalam pemikiran, tingkah laku, dan kepercayaan. Kitab suci dianggap sebagai wahyu dari Thian (Tuhan) yang diturunkan kepada mereka yang dianggap sebagai nabi. Kumpulan wahyu tersebut oleh para tokoh agamanya telah diteliti dan dibukukan menjadi kitab suci. Apabila dikelompokkan, esensi kitab-kitab suci tersebut di atas meliputi metafisika, etika, dan upacara peribadatan.
Konghucu mengembangkan ajaran-ajaran tentang ketuhanan , keimanan , dan tentang kehidupan setelah kematian. Salah satu contoh ajarannya bahwa menurut kepercayaan, ibu-bapak yang telah meninggal tetap hidup berkelanjutan dan tetap mengawasi turunannya. Perembahan makanan pada waktu-waktu tertentu itu bukan bersifat korban tebusan, tetapi perlambang santap bersama yang dipandang sakral.
Demikian mengenai sekte-sekte dalam agama. Konghucu pun memilikinya seperti sekte Hsun Tsu yang menolak semua yang sifatnya tahayul, seperti ilmu firasat atau ramalan nasib, dan ia juga mempersoalakan kemanjuran tentang doa-doa permohonan. Ia juga mengkritik Meng Tsu, menurunya sifat dasar manusia itu jahat dan kebaikan tu diperoleh dari lingkungan.






DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Tinggi_Agama_Konghucu_Indonesia
http://wisnu.blog.uns.ac.id/2011/03/10/pengakuan-agama-khonghucu-di-indonesia/
http://confucianismcrew.blogspot.com/2008/08/kitab-kitab-suci-agama-khong-hu-cu.html

http://taoklp5.blogspot.co.id/2012/05/etika-dalam-agama-khonghucu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar