Jumat, 07 Desember 2018

Makalah Agama Bahai dan Zoroaster


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam sejarah panjang kehidupan manusia di dunia, ada dua kekuatan besar yang senantiasa mewarnai kehidupan mereka, yaitu kepercayaan (agama) dan filsafat. Mereka berani mati demi mempertahankan kepercayaan atau agama, bahkan tidak jarang dari mereka mengorbankan harta, pikiran, serta tenaga hanya untuk mempertahankan kepercayaan mereka. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa agama sudah menjadi bagian dari jiwa manusia dan menjadi kebutuhan manusia, sehingga setiap manusia banyak kita temui mereka memiliki agama atau kepercayaan menurut keyakinannya masing-masing.Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
              Iran dan Persia adalah dua nama yang kerap kali digunakan untuk menunjukkan satu wilayah. Sebenarnya, antara keduanya tedapat sedikit perbedaan. Salah satu rumpun bangsa Arya, yaitu bangsa Media, mendiami wilayah Iran bagian barat. Sementara rumpun bangsa Arya yang lainnya, yaitu bangsa Persia, mendiami bagian selatan wilayah tersebut.baik bangsa Media maupun Persia, keduanya tunduk pada kekuasaan bangsa Arya Assyria. Namun, sejak tahun 1000 SM, bangsa Persia berhasil menaklukkan bangsa Media bahkan menaklukkan Imperium Assyria. Sejak saat itu, wilayah Iran di kenal dengan nama Persia.
Didunia ini banyak kita temui macam-macam agama yang dianut oleh manusia. Jika kita mengetahui masing-masing agama memiliki ciri khas atau karakter yang berbeda-beda dari masing-masing agama. Diantara agama didunia ini adalah agama Baha’I dan Zoroaster. Agama Baha’í adalah agama yang independen dan bersifat universal, bukan sekte dari agama lain. Agama Baha’i dimulai di Iran pada abad 19. Pendirinya bernama Baha’ullah. Pada awal abad kedua puluh satu, jumlah penganut Baha’i sekitar enam juta orang yang berdiam di lebih dari dua ratus negeri di seluruh dunia.
Dalam ajaran Baha’i, sejarah keagamaan dipandang sebagai suatu proses pendidikan bagi umat manusia melalui para utusan Tuhan, yang disebut para Perwujudan Tuhan. Baha’ullah dianggap sebagai Perwujudan Tuhan yang terbaru. Dia mengaku sebagai pendidik Ilahi yang telah dijanjikan bagi semua umat dan yang dinobatkan dalam agama Kristen, Islam, Buddha, dan agama-agama lainnya. Dia menyatakan bahwa misinya adalah untuk meletakkan pondasi bagi persatuan seluruh dunia, serta memulai suatu zaman perdamaian dan keadilan, yang dipercayai umat Baha’i pasti akan datang.
Mendasari ajaran Baha’i adalah keesaan Tuhan (walau dengan penyebutan nama Tuhan yang berbeda-beda), kesatuan agama, dan persatuan umat manusia, para utusan Tuhan yg bersumber pada satu sumber yang sama. Pengaruh dari asas-asas hakiki ini dapat dilihat pada semua ajaran kerohanian dan sosial lainnya dalam agama Baha’i. Misalnya, orang-orang Baha’i tidak menganggap persatuan sebagai suatu tujuan akhir yang hanya akan dicapai setelah banyak masalah lainnya diselesaikan lebih dahulu, tetapi sebaliknya mereka memandang persatuan sebagai langkah pertama untuk memecahkan masalah-masalah itu. Hal ini tampak dalam ajaran sosial Baha’i yang menganjurkan agar semua masalah masyarakat diselesaikan melalui proses musyawarah. Sedangkan agama Zoroaster adalah Zoroaster merupakan salah satu agama wahyu yang tertua yang masih hidup sampai sekarang. Agama ini pernah menjadi agama negara bagi tiga kerajaan besar di Iran yang hidup dan berkembang hampir berkesinambungan sejak abad ke-6 SM sampai abad ke-7 M, serta banyak menguasai daerah Timur Dekat dan Tengah.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1  Bagaimana sejarah agama Baha’i?
1.2.2  Bagaimanakah system ajaran agamaBaha’i ?
1.2.3  Bagaimanakah praktik keagamaan dan ritual dalam agama Baha’i?
1.2.4  Apa saja tempat suci dan siapa sajakah para pakar agama Baha’i?
1.2.5   Bagaimana sejarah agama Zoroaster?
1.2.6  Apasajakah ajaran-ajaran agama Zoroaster?
1.2.7  Bagaimana praktik keagamaan dalam agama Zoroaster?
1.2.8  Apa sajakah aliran-aliran agama Zoroaster?

1.3  Tujuan
1.3.1  Untuk memahami sejarah agama Baha’i
1.3.2  Untuk ajaran  dalam agama Baha’i
1.3.3  Untuk mengetahui praktik keagamaan dan ritual dalam agama Baha’i
1.3.4  Untuk mengetahui tempat suci serta para pakar dalam agama Baha’i
1.3.5  Untuk memahami sejarah agama Zoroaster
1.3.6  Untuk mengetahui ajaran-ajaran dalam agama Zoroaster
1.3.7  Untuk mengetahui praktik keagamaan dalam agama Zoroaster
1.3.8  Untuk memahami aliran-aliran dalam agama Zoroaster





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Agama Baha’i
   Sejarah lahirnya agama Baha’i tidak dapat dilepaskan dari nama Sayyid Ali Muhammad dari Shiraz, Iran. Meskipun beberapa literatur menyebutkan nama Baha’ullah sebagai pendiri agama ini, tetapi sebenarnya, agama ini dideklarasikan pertama kali oleh Ali Muhammad. Pada tahun 1844 M di Iran, Ali Muhammad berdakwah. Ali kemudian mendapat gelar suci al-Baab atau sang bab atau sang pintu hidayah. 
Akan tetapi, karena ajaranya dianggap sesat oleh pemerintah Iran saat itu, sang Bab diasingkan ke pegunungan Azerbaijan yang mayoritas bersuku Kurdi. Ditempat persaingan ini ajarannya justru mendapat sambutan luar biasa. Namun, karena dianggap membahayakan syariat Islam, Shah Iran memustuskan menghukum mati Sang Bab pada tahun 1850 dikota Tabriz. Setelah kematian  Ali Muhammad, tampuk kepemimpinan agama Baha’i dipegang oleh Mirza Husein Ali. Seorang bangsawan dari keluarga penguasa Shah Iran. Mirza  inilah yang kemudian digelari Baha’ullah karena ia berjasa menyusun kitab suci dan merumuskan fondasi dasar kehidupan agama Baha’i. Dari gelar itulah nama agama Baha’i diambil, dan meninggal pada tahun 1892. Yang tak berbeda dari nasib yang dialami oleh Baha’ullah. Meskipun ia tidak sampai dihukum mati. Pada tahun 1860, diusir dan diasingkan ke Baghdad dan dipenjara dibawah tanah selama lima tahun. Baha’ullah menyebarkan ajaran Baha’i melalui tulisan dan ceramah.
Setelah itu kepemimpinan agama Baha’i dilanjutkan oleh putranya, Abdul Baha. Akan tetapi, ia juga bernasib sama dengan ayahnya yang mendekam dipenjara. Tahun 1908 Abdul Baha bebas dari penjara ketika kesultanan Turki Ustmani runtuh akibat revolusi di Turki. Sebelum meninggal dunia Abdul Baha berwasiat bahwa kelak yang menggantikan keduduannya sebagai pemimpin umat Baha’i adalah cucu tertuanya, yaitu Shoghi Effendi Rabbani. Dan selepas Shoghi Effendi, umat Baha’i dibimbing oleh lembaga international yang dinamakan Balai Keadilan Sedunia atauBaha’i International Community (BIC). Sejak itu agama Baha’i terus berkembang. Meskipun agama Baha’i menyebar ke banyak negara didunia namun tidak semua negara mengakui keberadaannya. Termasuk di Iran, Agama Baha’i juga mendapat perlawanan keras. Bahkan banyak pengikut Baha’i yang dieksekusi.
a. Kitab Suci Agama Baha’i
Dalam Agama Baha’i, ada beberapa sumber ajaran yang dijadikan pedoman hidup maupun pedoman dalam menjalankan ajaran agama. Misalnya, buku-buku dan surat-surat yang ditulis Abdul Baha dan Shoghi Effendi. Adapun kitab suci yang utama bagi agama ini adalah kitab suci I-Aqdas (Kitab Tersuci) yang diturunkan di Akka Israel. Sebagian besar Hukum yang ada dalam ajaran agama Baha’i  terdapat dalam kitab I-Aqdas tersebut. Akan tetapi hukum-hukum itu akan diterapkan secara bertahap sesuai dengan keadaan masyarakat. Beberapa hukum Baha’i yang sudah berlaku secara umum yaitu :
1.    Sembahyang wajib Baha’i
2.    Membaca tulisan suci tiap hari
3.    Dilarang bergunjing dan memfitnah
4.    Menjalankan puasa setiap tahun
5.    Dilarang meminum minuman beralkohol dan obat bius terlarang
6.    Dilarang melakukan hubungan seksual diluar nikah dan homoseksual, dan
7.    Dilarang berjudi.
            Sedangkan kepercayaan dalam Agama Baha’i diklaim mengikuti wahyu-wahyu Tuhan yang diterima dan disampaikan oleh agama-agama sebelumnya. Karena menurut mereka ajaran-ajaran khas yang terdapat dalam agama Baha’i dianggap Illahiah dalam asal, ilmiah dalam metode dan humanistik dalam konsep. Mereka juga menjelaskan wahyu dalam agama ini dikatakan berkelanjutan dan pregresif, tidak absolut, tetapi relatif. Sebagaimana keyakinan dalam islam, nabi-nabi terdahulu menyampaikan bahwa firman yang sama dan menyatakan kepercayaan yang sama.Oleh karena itu pesan moral yang diyakini sama, meskipun mungkin ada perbedaan dalam hal-hal yang tidak esensial sesuai dengan waktu dan tempat-tempat tertentu. Kelompok menerima kesatuan fundamental manusia yang tahap terakhir datangnya kedewasaan sosial yang akan datang tidak hanya penting, tetapi tidak terelakkan.
b. Perkembangan Agama Baha’i di Dunia
Penganut faham agama ini  mencapai 5 juta jiwa. Mayoritas tersebar di Iran, Suriah, Lebanon, dan Palestina. Pusat aliran Bahaiyah di Timur Tengah terletak di kota Haifa, Palestina. Baha’iyah berkembang di Eropa dan Amerika berpusat di Chicago. Agama ini dinilai Abu Zahrah sebagia ajaran yang diada-adakan belaka. Mereka menggunakan topeng Taqiyah, yaitu cara mengelabui manusia dengan menyembunyikan dogmanya, padahal yang terselubung di dalam hatinya adalah usaha untuk mendangkalkan aqidah Islam dan menghancurkan ajaran-ajarannya dan menjauhkan dari pemeluknya.
Berdasarkan The World Almanac and Book of Facts 2004, kebanyakan penganut Baha’i hidup di Asia yaitu sekitar 3,6 juta, Afrika sekitar 1,8 juta, dan Amerika Latin sekitar  900.000. Menurut beberapa perkiraan, masyarakat Baha’i yang terbesar di dunia adalah India dengan 2,2 juta orang Baha’i, kemudian Iran, dengan 350.000, dan Amerika Serikat, dengan 150.000. Selain negara-negara itu, jumlah penganut sangat berbeda-beda. Pada saat ini, belum ada negara yang mayoritasnya beragama Baha’i. Guyana adalah negara dengan persentase penduduk yang beragama Baha’i yang paling besar yaitu sekitar 7,0%.
Sedangkan ajaran Baha’i di Indonesia didasarkan kajian pustaka pada suatu tesis tahun 1991 dari Uniersitas Monash Australia yang membahas mengenai agama Baha’i di Indonesia dapat dibagi atas 3 bagian berdasarkan tahun masuknya yaitu sebagai berikut :
1.      Tahun 1882-1883
Agama Baha’i masuk pertama kali ke Indonesia, saat Indonesia masih dalam penjajahan Belanda dan dikenal dengan nama Hindia Belanda pada akhir tahun 1882 oleh Jamal Effendi dan Mustafa Rummi. Mereka yang berangkat dari India dan mengadakan perjalanan ke beberapa negara di Asia Tenggara sebelum tiba di Ibukota Batavia (sekarang Jakarta) setelah mendapat visa masuk untuk menetap selama 6 bulan di Singapura. Setelah tinggal beberapa minggu di awal tahun 1883 mereka melanjutkan perjalanan ke Surabaya, Bali, dan Sulawesi. Di Sulawesi mereka mengunjungi Makasar, Pare-pare, Padalia (desa perbatasan kabupaten Bone dan Wajo) di sana mereka terkenal sebagai tabib. Saat Jamal Effendi mencoba masuk kembali ke Indonesia, permohonan visa-nya di tolak oleh pemerintah kolonial.
2.      Tahun 1925
Tokoh Baha’i berikut yang masuk ke Hindia Belanda adalah W.E.M Grosfeld, seorang Belanda yang telah lama tinggal di Batavia sebelum dia sendiri mengenal ajaran agama Baha’i. Pada tahun 1925 W.E.M Grofeld tinggal di Indonesia hingga masa kemerdekaan, selanjutnya dia bekerja di kantor Percetakan Negara di Jakarta.
3.      Tahun 1953
Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1953 bahwa hanya ada satu dokter untuk setiap 60.000 jiwa atau tidak lebih dari 3 orang  lulusan sekolah-sekolah kedokteran Indonesia dalam kurun waktu 3 tahun. Oleh karena itu, Indonesia termasuk negara muda yang sangat memerlukan dokter. Untuk memenuhi kebutukan yang sangat mendesak saat itu.
Pada tahun 1962, Soekarno melarang organisasi Baha’i beserta 6 organisasi asing lainnya. Alasan pelarangan ini karena prinsip dan tujuan organisasi di nilai tidak sesuai dengan identitas bangsa Indonesia, menghalangi penyelesaian revolusi dan bertentangan dengan paham sosial bangsa Indonesia. Hal ini menyebabkan agama Baha’i sejak awal tidak pernah di sadari keberadaannya oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan hanya memiliki jumlah mukmin yang kecil. Dengan adanya pelarangan tersebut, agama Baha’i semakin tidak di ketahui, bahkan di anggap tidak pernah ada di Indonesia. Hingga di masa revormasi ini, tatkala kesadaran pluralisme dan hasrat untuk mengetahui agama-agama lain di luar agama sendiri timbul memberikan peluang bagi umat Baha’i untuk berbicara mengenai agama Baha’i.
Akan tetapi, setelah faham itu mati sekitar 42 tahun, begitu Gus Dur terpilih menjadi Presiden RI, lalu pengurus Baha’i datang ke Gus Dur dan melakukan loby. Akhirnya Gus Dur datang ke Bandung untuk meresmikan tempat ibadah Baha’i yang telah di larang sekitar 42 tahun tersebut.
2.2 Ajaran Agama Baha’i
1.      Ke Esaan Tuhan
Baha’ullah mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan Yang Maha Agung, yakni Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengirim para Rasul dan Nabi untuk membimbing manusia. Oleh karena itu, semua agama yang bersumber dari satu Tuhan ini, haruslah menunjukkan rasa saling menghormati, mencintai, dan niat baik antara satu dengan yang lain. Umat Baha’i percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta alam semesta dan Dia bersifat tidak terbatas, tak terhingga dan Maha Kuasa. Tuhan tidak dapat dipahami, dan manusia tidak bisa sepenuhnya memahami realitas Keilahian-Nya. Oleh karena itu, Tuhan telah memilih untuk membuat Diri-Nya dikenal manusia melalui para Rasul dan Nabi, seperti Ibrahim, Musa, Krishna, Zoroaster, Budha, Isa, Muhammad, dan Baha’ullah. Para Rasul dan Nabi yang suci itu bagaikan cermin yang memantulkan sifat-sifat dan kesempurnaan Tuhan. Mereka merupakan saluran suci untuk menyalurkan kehendak Tuhan bagi umat manusia melalui Wahyu Ilahi, yang terdapat dalam Kitab-kitab Suci berbagai agama di dunia. Wahyu Ilahi adalah “Sabda Tuhan” yang dapat membuka potensi rohani setiap individu serta membantu umat manusia berkembang terus-menerus menuju potensinya yang tertinggi.
2.      Percaya kepada para Rasul sebagai utusan Tuhan
Agama Bahai percaya kepada para rasul yang telah diturunkan oleh Tuhan kedunia untuk membimbing manusia kejalan yang benar dan lurus. seperti Ibrahim, Musa, Krisnha, Musa, Isa, Muhamad dan Baha’ullah. Disetiap masa Rosul akan mengirimkan rasul karena manusia selalu membutuhkan pembimbing untuk mengarahkan manusia. Ajaran dan hukum yang dibawa para Rosul untuk manusia tidak berlaku selamanya karena kondisi di dunia selalu berubah.
3.      Keselarasan dan Toleransi antar Umat Beragama
Umat Baha’i percaya bahwa tujuan agama adalah mewujudkan persatuan dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia. Saling menghormati dan mencintai serta kerja sama di antara pemeluk agama yang berbeda akan membantu terwujudnya masyarakat yang damai. Karena itu, umat Baha’i aktif berperan di berbagai usaha serta proyek-proyek yang memajukan persatuan agama dan yang meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap agama-agama lain. Umat Baha’i menghormati keanekaragaman dalam melakukan ibadah keagamaan.

4.      Kesatuan Dalam Keanekaragaman
Salah satu ciri khas masyarakat Baha’i di seluruh dunia adalah keanekaragaman anggotanya. Agama Baha’i merangkul orang-orang yang berasal dari ratusan ras, suku, dan bangsa, bermacam-macam profesi, serta berbagai golongan sosial ekonomi. Semuanya bersatu demi mengabdi pada kemanusiaan. Dalam masyarakat Baha’i keanekaragaman dihormati dan dihargai dan pengalaman persatuan ini menunjukkan bahwa umat manusia dengan segala keanekaragamannya, dapat hidup bersatu dengan penuh kedamaian dan cinta.
5.      Kesatuan Umat Manusia
Agama Baha’i mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan Tuhan, dan mereka harus diperlakukan dengan baik, harus saling menghargai dan menghormati. Baha’ullah mencela prasangka ras dan kesukuan, serta mengajarkan bahwa semua orang adalah anggota dari satu keluarga manusia, yang justru diperkaya dengan keanekaragamannya.
6.      Sifat Roh dan Kehidupan Sesudah Mati
Umat Baha’i percaya tentang adanya roh yang kekal yang ada pada setiap manusia walaupun kita tidak sepenuhnya mampu memahami sifat roh itu. Dalam kehidupan yang fana ini, roh seseorang tumbuh dan berkembang sesuai dengan hubungan rohaninya dengan Tuhan. Hubungan ini dapat dipelihara dengan jalan mengenal Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya yang diwahyukan oleh para Rasul dan Nabi-Nya, seperti cinta pada Tuhan, doa, meditasi, puasa, disiplin moral, kebajikan-kebajikan Ilahi, menjalankan hukum-hukum agama, dan pengabdian kepada umat manusia. Semua itu memungkinkan manusia untuk mengembangkan sifat-sifat rohaninya, yang merupakan pondasi bagi kebahagiaan manusia serta kemajuan sosial, dan juga untuk menyiapkan rohnya untuk kehidupan sesudah mati.
7.      Budi Pekerti yang Luhur
Umat Baha’i percaya bahwa manusia harus berupaya memperoleh sifat-sifat mulia serta bertingkah laku sesuai dengan standar moral yang tinggi. Salah satu tujuan dasar kehidupan Baha’i adalah mengembangkan dan memperoleh sifat-sifat mulia seperti kebaikan hati, kedermawanan, toleransi, belas kasihan, sifat dapat dipercaya, niat yang murni, dan semangat pengabdian. Umat Baha’i dilarang bergunjing, berbohong, mencuri, dan berjudi. Kebajikan-kebajikan tersebut diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini, sehingga menjadi bagian utama dari akhlak mereka dan mengarahkan mereka kepada Tuhan, sehingga dengan demikian mereka akan lebih mampu mengabdi pada umat manusia.[12]
8.      Kemandirian dalam mencari kebenaran
Dalam pencarian kebenaran mesti indevenden,tidak terkekang oleh sikap takhayul atau tradisi.setiap orang yang ingin jadi pengikut baha’i harus memiliki keinginan untuk mencari kebenaran Tuhan tanpak menyandarkan diri kepada para Nabi atau tradisi-tradisi masa lalu.kebebasan manusia melihat perwujudan tuhan melalui pandangan kesatuan dan memandang semua urusan dilihat dengan tajam.merupakan salah satu dasar pengajaran baha’i.
9.      Surga dan Neraka
Ganjaran dan hukuman sangatlah perlu agar ada tata tertib di dunia. Ganjaran dan hukuman adalah konsekuensi yang wajar bagi perbuatan-perbuatan kita. Para perwujudan Tuhan telah mengajarkan kepada kita mengenai kehidupan setelah mati dalam kiasan tetapi Bahaullah bersabda bahwa kita sudah siap untuk mengetahui arti sebenarnya dari surga dan neraka. Dua kenyataan penting yang harus kita ingat adalah:
a.       Jiwa kita kekal dan terus hidup setelah kita mati
b.      Akibat-akibat dari perbuatan kita di dunia akan berlangsung terus bahkan setelah roh kita meninggalkan badan.
10.  Perbedaan antara kekayaan dan kemiskinan harus di hilangkan.
Baha’ullah datang dari kalangan keluarga kaya, tetapi menghabiskan masa hidupnya, lebih banyak di penjara sehingga dia benar-benar menyadari dan merasakan perbedaan tersebut.oleh karena itu, ia meyakini bahwa perbedaan tersebut tidak sehatdan tidak normal danharus dihilangkan. Sekalipun demikian, ia tidak memberikan rencana terperinci tentang sebagaimana seharusnya mengubah kondisi demikian. Hanya saja, dia menganjurkan kepada golongan kayadi seluruh dunia untuk bermurah hati dan menyumbangkan sebagian hartanya kepada orang miskin. Dia pun menganjurkan kepada semua pemerintahan di seluruh dunia untuk membuat peraturan atau undang-undang yang menghalangi trjadinya jurang pemisah yang tajam antara yang miskin dan kaya.
2.3 Praktik Keagamaan dan Ritual agama Baha’i
Dalam ajaran agama Baha’i, sejarah keagamaan dipandang sebagai suatu proses pendidikan bagi umat manusia para utusan Tuhan, yang disebut para “Perwujudan Tuhan”. Dalam hal ini Baha’ullah dianggap sebagai Perwujudan Tuhan yang terbaru tersebut. Ia mengaku sebagai pendidik illahi yang telah dijanjikan bagi semua umat sebagaimana dinubuatkan dalam agama Kristen. Islam, Buddha, dan agama-agama lainnya. Didalam keyakinan Baha’i tidak terdapat pendetan atau sakramen, dan hampir tidak dijumpai ritual. Secara umum hanya ada tiga ritual utama dalam agama ini, yaitu doa harian wajib, membaca doa bagi orang mati dipemakaman, dan ritus pernikahan sederhana. Setidaknya, terdapat dua alasan agama Baha’i mendindari ritual. Pertama, ritual mudah berubah dan bisa menjadikan tidak berarti sehingga orang membawa mereka keluar demi ritual dan melupakan tujuan spiritual di belakang mereka. Kedua, ritual dapat menjadi bentuk imperialisme budaya, memaksakan ritual yang sama pada budaya yang berbeda dan menghancurkan keragaman mereka. Berikut ini beberapa praktik keagamaan ataupun ibadah yang harus dilaksanakan oleh umat Baha’i :
1.      Doa atau sembahyang
Doa merupakan unsur yang sangat penting dan harus dilakukan setiap hari, biasanya di rumah. Dalam agama ini, ada tiga macam doa salah satunya harus dijalankan setiap hari. Ketika berdoa, para penganut Baha’i harus menhadap ke Akka, Israel. Tujuan dari sembahyang wajib adalah untuk menumbuhkan kerendahan hati dan pengabdian. Cara umat Baha’i berdoa kepada Tuhan yaitu :
a.       Meditasi. Sebagaimana disebutkan dala kitab sucinya Baha’ullah mengajarkan pengikutnya agar senantiasa bermediasi setiap hari, berfikir tentang apa yang mereka lakukan pada siang hari dan pada apa tindakan mereka yang layak. Akan tetapi mereka harus menghindari takhayul pada saat melakukan meditasi.
b.      Shalat wajib. Shalat wajib yang diajarkan Baha’i ialah berdoa minimal satu kali dalam sehari. Doa-doa tersebut diajarkan Bah’ullah sebagai sebuah kewajiban bagi semua Baha’i dari usia 15 tahun keatas. Salat satu dari tiga shalat wajib yaitu :
1)      Doa pendek dibacakan sekali setiap 24 jam antara sing dan matahari terbenam.
2)      Doa menengah diucapkan tiga kali sehari pagi, siang, dan malam hari.
3)      Doa panjang yang harus dibacakan sekali dalam setiap 24 jam setiap saat, idealnya ketika dalam keadaan kagum dan hormat.
       Sebelum melaksanakan shalat, seseorang harus berwudlu terlebih dahulu. Doa atau shalat harus dilakukan ditempat yang bersih dan menghadap ke gunung karmel, Akka, Palestina hanya mereka yang sakit atau tua (lebih dari 70 tahun) dibebaskan dari pelaksanaan ibadah, namun mereka harus membaca ayat tertentu dari kitab suci mereka sebanyak 95 kali selama periode 24 jam. Bagi orang yang berpergian dan wanita selama periode menstruasi juga dibebaskan pelaksanaan ibadah. Membaca doa satu shalat wajib sehari bukan satu-satunya bentuk doa, bahaullah juga mengajarkan bahwa hidup seseorang secara keseluruhan harus berdoa dan hidup dalam semangat yang tepat.
2.      Berpuasa 17 hari
Selain melaksanakan doa, pemeluk agama Baha’i juga melaksanakan ibadah puasa. Akan tetapi, puasa umat Baha’i berbeda halnya dengan puasanya umat islam yang melaksanakannya selama sebulan penuh. Kaum Baha’i hanya 17 hari.
Pelaksanaan puasa dalam agama Baha’i ialah setiap tahun baru Baha’i. Dalam kalender barat, periode ini terjadi antara tanggal 2-21 Maret. Puasa dipandang sebagai periode persiapan spiritual dan regenerasi untuk tahun baru didepan. Selain itu, puasa merupakan sebuah latihan sebagai suatu disiplin untuk jiwa. Mereka berpantangdari makanan sebagai simbol luar yang berpengaruh  cepat denagn spiritual. Dengan  berpuasa, berarti mereka melakukan praktik menahan diri (menjauhkan diri) dari semua selera tubuh dan lain sebagainya. Sehingga, mereka mampu berkonsentrasi pada diri sendiri sebagai makhluk spiritual dan untuk mendekat diri kepada allah swt. Puasa dipraktikan oleh semua Nabi yang dihormati oleh umat Baha’i. Ada keringanan, bahkan diperbolehkan tidak melaksanakan puasa bagi orang sakit, lanjut usia, anak kecil, ibu hamil atau menyusui, wisatawan, dan mereka yang melakukan pekerjaan fisik berat.
3.      Pernikahan
Menurut agama Baha’i, pernikahan bertujuan demi tercapainya keselarasan, persahabatan, dan persatuan. Dalam ajaran ini, pernikahan merupakan benteng kesejahteraan dan keselamatan, dan menempatkan lembaga keluarga sebagai pondasi struktur masyarakat manusia. Bahaullah sangat memuji lembaga perkawinan dan menyatakan sebagai perintah abadi tuhan. Perceraian diperbolehkan, tetapi hanya setelah pasangan tinggal satu tahun berpisah, sambil mencoba menyelesaikan perselisihan.
4.      Hari-hari Besar
Dalam agama Baha’i, terdapat beberapa hari besar yang dirayakan oleh seluruh pemeluk agama ini. Hari-hari besar itu untuk memperingati peristiwa-peristiwa khusus dalam sejarah agama Baha’i. Berikut hari-hari besar itu adalah
a.       21 Maret merupakan hari raya Naw-Ruz (tahun baru)
b.      21 April merupakan Hari raya Ridwan pertama, pengumuman Bahaullah (1863) pukul 03.00 sore
c.       29 April merupakan hari raya Ridwan ke sembilan
d.      02 Mei merupakan pengumuman Sang Bab (1844) 2 jam 11 menit setelah matahari terbenam pada tanggal 22 Mei atau Hari lahir Abdul Baha.
e.       29 Mei merupakan hari Wafatnya Bhaullah (1892) pukul 03.00 pagi
f.       09 Juli merupakan hari kesyahidan Bab (1850) pada tengah hari
g.      20 Oktober merupakan hari lahir Sang Bab (1819)
h.      12 November merupakan hari lahir Bahaullah (1817)
i.        26 November merupakan hari perjanjian
j.        28 November merupakan hari wafatnya Abdul Baha (1921) pukul 01.00 pagi
k.      26 Februari-1 Maret merupakan hari-hari sisipan (ayami-ha)
l.        2-20 Maret merupakan hari Puasa
2.4 Tempat Suci dan Ibadah serta pakar Agama Baha’i
a. Tempat Suci dan Ibadah
Tempat atau rumah ibadah agama Baha’i dinamakan Mashriqul Adhkar atau tempat terbit pujian kepada tuhan. Tempat ibadah ini digunakan untuk berdoa, meditasi, dan melantunkan ayat-ayat suci Baha’i maupun agama-agama lain. Rumah agama Baha’i terbuka bagi orang-orang dari semua agama. Sampai sekarang diseluruh dunia, terdapat tujuh rumah ibadah Baha’i, yakni di New Delhi, India; Kampala, Uganda; Frankfurt, Jerman; Wilmette, Illinois, Amerika Serikat; Panama City, Panama; Apia, Samoa Barat; dan sidney, Australi. Diseluruh dunia, sudah disiapkan lebih dari 120 lokasi akan didirikannya rumah-rumah ibadah tersebut. Pada masa yang akan datang, setiap masyarakat Baha’i setempat akan mempuyai rumah ibadahnya sendiri.         
Selain memiliki tempat ibadah, agama Baha’i memiliki dua tempat yang sangat disucikan, yaitu makam Sang Bab dikota Haifa, Israel, dan makam Bahaullah dikota Akka, juga di Israel, sekitar 16 km kearah utara. Taman Baha’i yang terletak dikota Haifa berada dijantung kota, yang terdiri atas sebuah tangga dari 19 teras yang luasnya sampai lereng utara gunung Karmel. Setiap tingkatnya dihias secara tersendiri. Beraneka ragam tumbuhan dan pepohonan menghiasi taman gantung ini, mulai dari pohon palem sampai bunga kembang sepatu.
b. Pakar Agama Baha’i
1.      Sayyid Ali Muhammad atau lebih dikenal dengan Sang Bab, dia mengumumkan bahwa dia adalah pembawa amanat baru dari Tuhan. Dia juga mengatakan bahwa dia datang untuk membuka jalan bagi wahyu yang lebih besar lagi, yang disebutnya “Dia yang akan Tuhan Wujudkan”.
2.Mirza Husain Ali atau yang lebih dikenal dengan gelar Bahaullah (kemuliaan tuhan). Dia menyebarkan ajaran ini kepada masyarakat setempat, ia mulai mendidik dan menghidupkan kembali umat melalui tulisan dan teladannya. Pada masa dikota Baghdad, lahir beberapa kitab suci agama Baha’i yang penting, seperti kalimat yang berbunyi, “tujuh lembah”, dan kitab I-Iqlan (Kitab keyakinan).
3. Abdul Baha atau biasa dipanggil Abbas Effendi, dia adalah anak dari Bahaullah yang melanjutkan ajaran yang telah dirintis oleh ayahnya. Hidupnya digunakan untuk melakukan perjalanan ke beberapa negara di dunia. Antara tahun 1911-1913, Abdul baha melakukan perjalanan ke Mesir, Eropa, dan Amerika.Ia mengumumkan misi ayahnya mengenai perdamaian dan keadilan sosial kepada para umat semua agama. Berbagai organisasi pendukung perdamaian, para pengajar diuniversitas-universitas, wartawan, pejabat pemerintah, serta khalayak umum lainnya.
4.   Shogi Effendi adalah cucu dari Abdul baha, dia mendapat wasiat dari kakeknya ditunjuk sebagai “Wali Agama Tuhan” Dia banyak menerjemahkan banyak tulisan suci Bahaullah dan Abdul Baha kedalam bahasa Inggris sekaligus menjelaskan makna dari tulisan-tulisan suci tersebut. Selain itu, Shogi Effendi juga membantu didirikannya lembaga-lembaga masyarakat Baha’i yang berdasarkan pada ajaran pendahuluannya diseluruh penjuru dunia. Setelah Shogi Effendi meninggal dunia, kepemimpinan agama Baha’i tidak lagi berdasarkan pada keturunan Bahaullah, melainkan oleh seseorang yang dipilih dari berbagai perkumpulan Baha’i di seluruh dunia. Didalam agama ini pun, tidak ada sekte ataupun aliran.
2.5 Sejarah Agama Zoroaster
            Agama Zoroaster, di kenal di dunia Barat dengan nama Zoroastrianism karena nabinya dari agama ini adalah Zarathutra.Zarathustra lahir di Sebelah Utara tanah Iran, tepatnya di kota Azarbaijan. Tinggal seorang lelaki bernama Porushop Spitama, dari suku spitama, bersama istrinya Dughdova yang cantik jelita yang ketika itu masih berusia 15 tahun. Isterinya yang belum dijamah suaminya itu melahirkan seorang putera yang diberi nama Zarathustra. Pada saat kelahiran bayi itu kepala kaum majus di tanah Iran bernama Durashan mendadak gemetar ketakutan amat sangat dan beroleh firasat bahwa seorang bayi baru telah lahir kedunia yang kelak akan menghancurkan agama majusi beserta pemujaaan berhala dan akan memusnahkan kaum majus dari permukaan bumi.
           Banyak sekali teori yang mengemukakan tentang tahun-tahun kehidupannya, diantaranya kemungkinan ia hidup pada tahun 660-583 SM, tetapi tidak ada yg menjamin bahwa kisaran tahun ini adalah tahun yang tepat. Di lihat dari perkiraan tahun tersebut, tampaknya Agama Zoroaster merupakan salah satu agama wahyu yang tertua yang masih hidup sampai sekarang. Agama ini pernah menjadi agama negara bagi tiga kerajaan besar di Iran yang hidup dan berkembang hampir berkesinambungan sejak abad ke-6 SM sampai abad ke-7 M, serta banyak menguasai daerah Timur Dekat dan Tengah.
           Di wilayah Indo-Iran, anak yang berumur sekitar tujuh tahun sudah mulai memperoleh pelajaran keagamaan kependetaan secara lisan karena belum ada pengetahuan menulis. Tentunya pelajaran tersebut menyangkut tentang cara beribadah, ajaran-ajaran pokok agama, hapalan-hapalan doa dan pujian pujian kepada Tuhan. Sewaktu masih kecil diceritakan, ia sangat cerdas dan tangkas bicara sehingga teman-temannya sangat segan kepadanya. Orang Iran berpendapat bahwa kematangan atau kedewasaan seseorang itu tercapai pada usia 15 tahun, dan pada sekitar usia itu pula lah Zarathustra mulai menjadi pendeta. Menjelang umur 20 tahun ia gemar mengembara kesana kemari serta memberikan bantuan kepada orang yang melarat dan kesusahan. Dan pada usia 20 tahun ia pun dikawainkan oleh ibunya dengan seorang gadis bernama Havivi.
           Pada usia 30 tahun, Zarathustra menerima wahyu yang peratama. Diceritakan bahwa suatu ketika ia sedang berada di suatu perkumpulan untuk merayakan musim semi. Ia pergi saat fajar ke sungai untuk mengambil air bagi keperluan upacara haoma. Ia menyebrang ke tengah sungai untuk mengambil air dari aliran yang ada di tengah.ketika hendak kembali ke pinggir, dia menemukan dirinya  dalam keadaan kesucian ibadat (ritual),muncul dari unsur yang murni, air, dalam kesegaran fajar musim semi. Ia melihat bayang-bayang. Di tepian sungai dia melihat suatu zat yang berkilauan yang menyebut diri sebagai Vohu Manah (itikad baik), yang kemudian membawanya kehadapan Tuhan Ahura Mazda serta lima bentuk badan yang bersinar. Dihadapan mereka, Zarathustra tidak melihat bayangannnya karena mereka memancarkan cahaya yang terang benderang. Dan saat itulah ia menerima wahyu. Agama yang diajarkan oleh Zarathusthra telah dikenal sebagai agama Zoraster, tetapi sesungguhnya nama yang diberikannya sendiri adalah agama Mazdayasna, kebaktian kepada Mazda, yakni Tuhan Maha Segala Yang Esa, Sejati, dan Maha Mengetahui. Setelah ia menerima wahyu pertamanya,10 tahun pertama ia melakukan penyebaran agamanya itu di kota kelahirannya yaitu Iran Utara, Tetapi dalam masa tersebut hanya seorang saja yang beriman di kota kelahirannya tersebut, orang itu tidak lain adalah saudara sepupunya sendiri, Maidhyoimanha. Ia mengajarkan tentang kodrat Maha Tunggal yang bijaksana yang tak dapat disaksikan dan dilihat dan diraba, dan hal tersebut direspon dengan ejekan dan penghinaan, ia banyak bersabar dan terus mempercayai janji dari Ahura Mazda, hingga pada akhirnya ia memanjatkan permohonan dan kemudian keluar perintah agar ia hijrah dari sana, Akhirnya pada tahun keduabelas kenabiannya, beliau meninggalkan tanah kelahirnya dan mengembara ke Timur, mula-mula ke Seista, dan selanjutnya ke Bactria yang diperintah oleh seorang raja bijaksana, Vishtaspa. Zarathushtra senantiasa menginginkan untuk memperoleh pengikut yang bijak dan berkuasa untuk menunjangmisinya.
           Raja Vishtaspa itu, yang dalam literature di Barat dikenal dengan Kings Hystaspes, berasal dari keluarga Hakkham. Seorang cucunya yaitu Cyrus the Great (559-529 SM) berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil diseluruh wilayah Iran dan membangun sebuah Imperium Parsi yang dikenal dengan dinasti Hakkham (600-331 SM), dan dunia Barat mengenalnya dengan dinasti Achaemenids. Ibukotanyayang semula terletak di kota Balkh di pindahkan ke kota Sussa di sebelah timur sungai Tigris, kemudian ke Persepolis (Istakhri).
                        Raja Vishtaspa menerima Zarathushtra dengan ramah-tamah, dan menunjukkan bahwa dirinya condong kepada risalahnya karena berdasarkan pada berdasarkan filsafat Zoroaster dengan pemikirannya tentang Tuhan bahwa inti dari gagasan ketuhanan tidak akan dicapai lantaran adanya perubahan bangsa dan bahasa. Yang berubah-rubah hanya nama Tuhan yang tunggal untuk seluruh alam. Setiap bangsa menyebutnya dengan nama yang diinginkan.Diriwayatkan bahwa Zarathushtra telah melakukan beberapa mukjizat di hadapan Sang Raja dan para Menterinya, serta melakukan diskusi yang lama dengan para cendekiawan di sana. Salah satu mukjizat yang ia tunjukkan yakni, dia mampu membuat sebuah lingkaran dengan tepat tanpa alat, padahal menurut ahli ilmu ukur hali itu tidak mungkin bisa dilakukan. Kemudian, mukjizatlainnya, ia pernah bertemu seorang buta, kemudian dia meminta jenis rumput tertentu untuk diperaskan di kedua mata si buta, dan si buta itu pun bisa melihat.[9] Perlahan tetapi pasti, kebenaran yang dinyatakannya telah mendapat pijakan yang kuat di kalangan raja dan para bangsawannya. Massa rakyat mengikuti kebangkitan para pemimpinnya, dan agama Zoroaster segera tegak sebagai agama Iran. Sukses yang mendadak dari agama yang baru ini memacu jalan ke arah peperangan antara Iran dan Turan. Zarathushtra tidak percaya dengan penggunaan senjata dalam menarik pengikut kepada agamanya. Beliau hanya mengizinkan perang untuk membela diri guna menjaga agama dan para pengikutnya dari kekejaman orang lain.
           Setelah 47 tahun dengan usaha yang tekun menegakkan kebenaran, Nabi Besar Iran ini wafat dalam usia 77 tahun . Beliau hidup dalam kesetiaan yang tak terbagi dan kebaktian kepada Tuhan yang bijaksana dan benar. Beliau adalah seorang yang penuh kesalehan, dan agamanya tidak bernafaskan lain kecuali kasih kepada yang menderita dan cinta kepada kebenaran. Dan konon pada saat serangan itulah Zarathustra meninggal ditikam oleh askar Turania.Zarathustra sewaktu wafatnya meniggalkan 3 istri, 3 puteri, dan 3 putra. Keyakinan tentang Ahura Mazda, Pengakuan keimanan (credo=Syahadat) yang harus diucapakan setiap orang yang beriman dalam agama Zarathustra. Keimanan yang paling pokok dalam agama ini adalah pengakuan terhadap Ahura Mazda, terhadap kodrat yang maha tunggal dan maha bijaksana. Menurut Zarathustra alam semesta ini dikuasai oleh kodrat Maha Bijaksana (Ahura Mazda) yang Maha bijaksana senantiasa berhadapan dengan kodrat angkara murka (angro mainyu). Agar manusia memproleh keselamatan haruslah menundukkan diri sepenuhnya kepada Ahura Mazda.
           Raja-raja dari dinasti Achaemenids adalah penganut agama Zarathustra sampai kepada raja Darius III (363-331 SM). Pada masa inilah imperium parsi itu ditaklukkan oleh Alexander the Great (356-323SM) dari Macedonia dan lalu berlangsung Hellenisasi yang intensif diseluruh wilayah Iran. Setelah raja-raja Achaemenids itu pertumbuhan kekuasaannya sampai pada masa tumbangnya terbagiatas 3 tahap masa, yaitu:
1.      .Masa 600-550 sebelum masehi, yaitu dalam masa 150 tahun merupakan masa pertumbuhan kekuasaan dan pengembangan agama Zarathustra.
2.      Masa 550-486 sebelum masehi, yaitu dalam masa 65 tahun merupakan masa perluasan kekuasaan dan perluasan pengaruh agama Zarathustra.
3.      Masa 486-331 sebelum masehi, yaitu dalam masa 156 tahun merupakan masa sengketa yang terus menerus dengan pihak Grik.

           Di Persia, selain Zoroaster, terdapat pula Madzab keagamaan dan ritual lain, seperti Maniismepenyembah api, dan Madzhab Mazdak. Madzhab Mazdak ini yang menggugurkan hak kepemilikan individu. Penganutnya meyakini kepemilikan bersama, termasuk perempuan dan harta serat menghapus tradisi pernikahan.Ajaran Mazdak pernah dianut dan dijalankan oleh seorang Raja Dinasti Sasanid. Baik Zoroaster,maupun Madzhab-Madzhab keagamaan Persia yang lainnya, ternyata memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi tradisi agama Yahudi, khususnya konsep kehidupan akhirat dan adanya Messiah. Dikatakan, Jemaah Asiniyyah, salah satu sekte Yahudi, sangat terpengaruh kuat oleh ajaran Zoroaster, terutama dalam konsep-konsep dualisme, seperti peperangan antara kebaikan dan kejahatan. Namun demikian, diantara kelompok-kelompok agama tersebut kelompok yang  paling penting di dunia adalah agama Zoroaster atau Parsi India. Kelompok ini sering dibandingkan dengan kelompok Yahudi.
           Pada tahun 641 M, yaitu pada masa pemerintahan koshru Yesdegird III (634-641 M), kekuasaan Sassanids di tanah Iran ditumbangkan oleh kekuasaan Islam yakni pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (634-644 M). Dan itulah perkembangan terakhir dari agama Zarathustra sepanjang sejarahnya semenjak 12 abad lamanya, lantas terdesak oleh pengaruh agama Islam di tanah Iran.
           Sesudah ditaklukkan Arab di sekitar abad ke-7 M, sebagian besar penduduk Persia lambat laun memeluk agama Islam (dalam beberapa hal dengan kekerasan, walau pada prinsipnya kaum Muslimin punya sikap toleran kepada agama lain). Sekitar abad ke-10, sebagian sisa penganut agama Zoroaster lari dari Iran ke Hormuz, sebuah pulau di teluk Persia. Dari sana mereka atau turunannya pergi ke India tempat mereka mendirikan semacam koloni. Orang Hindu menyebut mereka Parsees karena asal mereka dari Persia. Kini ada sekitar l00.000 lebih kelompok Parsees di India, umumnya tinggal di dekat kota Bombay tempat mereka membentuk suatu kelompok kehidupan masyarakat yang makmur. Zoroastrianisme tak pernah melenyap seluruhnya di Iran; hanya sekitar 20.000 penganut masih ada di negeri itu.
2.6Ajaran-Ajaran Agama Zoroaster
           Kitab suci agama Zoroaster ini di kenal dengan nama Zend Avesta.kitab ini terbagi lagi menjadi tiga bagian, yakni:
1.      Gathas, kitab yang berisi tentang “nyanyian” atau “ode” yang secara umum dan tepat dinisbahkan kepada Zoroaster sendiri;
2.      Yashts atau hymne korban yang ditujukan kepada berbagai macam dewa; dan
3.      Vendidat/ Vindevdat, “aturan melawan syetan”,berupa sebuah risalah yang terutama menyangkut ketidakmurnian ibadah dan prinsip dualisme yang diperkenalkan oleh Zoroasternisme dan diuraikan sangat panjang dalam bidang kehidupan praktis.
         Gathas memuat ajaran-ajaran yang dikemukakan sendiri oleh Zoroaster. Sayangnya bantuan ilmu bahasa hanya berhasil sebagian dalam menangkap makna teks-teks yang kabur ini. Isi bagian kitab ini bertentangan dengan Yashts, yang merupaka langkah mundur pada paganisme. Dalam Yashts ditemukan suatu konsep politeisme yang mirip dengan konsep yang terdapat dalam kitab suci agama Hindu, Rig-Veda. Konsep Politeisme inilah yang di tentang oleh Zoroaster. Baik dalam Yashts mauoun dalam Rig-Veda dijumpai sejumlah besar dewa dan setengah dewa.
           Ajaran-Ajaran pokok dalam agama Zoroaster ini yang terdapat dalam kitab-kitabnya mencakup:
a.       Manusia
      Dalam teks yang berjudul “Nasihat Pilihan dari Para Bijak Bestari Zaman Dulu”atau dikenal juga sebagai “Kitab Nasihat Zartusht” ditemukan konsep tentang manusia. Manusia pada asalnya, adalah wujud gaib, dna rohnya, dalam bentuk Fravashiatau Fravahr,ada sebelum jasmaninya. Baik jasad maupun rohnya adalah ciptaan Ohrmazd (Ahura Mazda), dan roh tidak bersifat abadi. Manusia adalah milik Tuhan dan kepada-Nya dia akan kembali.
      Syetan atau Ahriman adalah penentang Tuhan. Dia seperti Tuhan adalah roh gaib murni; dia dan Ohrmazd adalah musuh abadi, cepatatau lambat pertarungan anatar keduanya tidak akan terelakkan. Penciptaan atau makhluk bagi-Nya merupakan suatu kebutuhan bagi pertarungan-Nya melawan syetan, dan manusia berada di garis depan pertempuran ini. Dalam hal ini manusia tidak di paksa Tuhan tetapi karena dia bebas dan sukarela menerima peran ini ketika ditawarkan kepadanya. Di dunia setiap orang bebas memilih baik atau buruk. Jika dia memilih kejelekan berarti dia bertindak tidak alami karena “ayah”nya adalah Ohrmadz.
      Hal diatas sesuai dengan pendapat As-Syahtastani yang mengatakan, “Manusia bertugas untuk senantiasa mebantu kebaikan dan cahaya di tengah pergulatan Ahura Mazda dengan kejahatan dan kegelapan (Ahriman). Hal ini dapat diwujudkan dengan senantiasa melakukan kebaikan, berkahlak mulia,serta menerapkan hukum dan undang-undang dalam kehidupan mereka sehari-hari. Semua itu dilandaskan atas kebebasan untuk memilih. Siapa yang memilih kebaikan dan kebenaran, maka dia akan menuai hasilnyadi kehidupan dan akhirat yang abadi kelak. Adapun orang yang membela kejahatan dan kedustaan, dia pun akan mendapatkan siksa di neraka yang abadi.”
      Bagi agama Zoroaster peran manusia di dunia, yaitu bekerjasama dengan alam serta menjalani kehidupan yang saleh dengan pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik. Di dunia, manusia mempunyai kewajiban untuk hidup berumahtangga dengan mempuyai istri dan mempunyai anak. Semakin banyak manusia adalah semakin baik karena akan semakin mudah untuk mengalahkan Ahriman.
b.      Tuhan dan Penciptaan
      Keyakinan agama Zoroaster meliputi aspek  monoteisme dan paganisme sekaligus. Mulanya, keyakinan Zoroaster hanya mencakup monoteisme saja. Namun, seiring berkembangnya, keyakinan agama ini juga meliputi paganisme. Prof. Dr. Ali Abdul Wahid Wafi, seorang sejarawan muslim kontemporer, mengatakan bahwa zarathustra, meyerukan ajaran monotaisme untuk menyembah Tuhan yang tunggal , pencipta segala sesuatu dan segala alam, baik yang berupa esensi (ruh) maupun materi (maddah).
      Menurut penganut Zoroaster, Dzat Ahura Mazda adalah esensi murni yang suci dari segala bentuk materi, yang tak dapat dilihat oleh pandangan mata dan tidak dapat ditangkap kedzatannya oleh akal manusia. Oleh karena itu Zoroasternisme pun membuat rumusan tentang hakikat ketuhanan Dzat Ahura Mazda dengan dua rumus penting.
      Rumus pertama bersifat transenden (Samawi) yang disimbolkan dengan matahari, dan rumus yang kedua bersifat imanen (Ardhi) yang disimbolkan dengan api. Keduanya adalah unsur yang memancarkan cahaya, menerangi semesta, suci, serta tidak dapat terkontaminasi oleh hal-halyang buruk dan segala bentuk kerusakan. Kepada cahayalah kehidupan semestaraya ini bergantung. Sifat inilah yang paling mendekati untuk digambarkan oleh akal manusia akan sifat pencipta.
      Anggapan sakral dan cara pengikut Zoroaster menyucikan api inilah yang pada akhirnya menjadikan agama tersebut bergeser dari monoteisme ke paganisme. Zoroaster pun berubah menjadi agama panteisme (hulul) dan paganisme. Api sendiri pada akhirnya berubah dari sebatas isyarat menjadi Sang Pencipta itu sendiri, dani pun dirumuskan atasnya.
      Sejatinya, pada tradisi dan ajaran awal Zoroaster, tidak di kenal konsep dua Tuhan. Zoroaster hanya meyakini dua kekuatan besar dalam kehidupan yang senantiasa berlawanan atau berbenturan. Salah satunya terkumpul dalam kekuatan kebaikan, cahaya, kehidupan, kebenaran, dan kemuliaan sementara kekuatan lain terkumpul dalam kejahatan, kegelapan,kematian, dan angkara murka.
Asy-Syahrastani berkata: “ sebenarnya, Zoroaster meyakini bahwa Tuhan itu satu, tunggal, tidak ada sekutu, lawan dan kawan, Pencipta cahaya dan kegelapan. Namun para pengikut Zoroaster meninggalkan pandangan tersebut. Mereka meyakini bahwasannya alam raya ini tak lain merupakan jelmaan dari pergulatan abadi antara Ahura Mazda, Dewa Terang, dengan Ahriman, Dewa Kegelapan.kemenangan Ahuran Mazda dalam kehidupan adalah sesuatu yang pasti dan tak terbantahkan.”
c.       Etika
      Sebagian besar ajaran agama Zoroaster adalah menyangkut masalah etika. Dasar pikiran teologisnya mempunyai inti pandangan moralistik tentang kehidupan. Kenyataan kehidupan yang utama dan tidak bisa dihindari adalah kejelekan. Baik adalah baik dan jelek adalah jelek. Menolak adanya prinsip dan kejelekan yang terpisah sama dengan mempertalikan atau menghubungkan kejelekan pada Tuhan. Ini tidak mungkin. Oleh karena itu, kejelekan tentu merupakan sesuatu yang berdiri sendiri yang secara terpisah. Moralitas Zoroaster, diungkapkan dalam tiga kata,yaitu humat,huklit, dan huvarsht, yang artinya pikiran baik,perkataan baik, dan perbuatan baik. Yang utama dari ketiga hal itu adalah perbuatan baik.
      Inti dari ajaran Adhurbadh bin Mahraspand adalah “hiduplah dengan baik dan menjadi orang yang berguna, berilah perhatian kepada sesama, laksanakan kewajiban-kewajiban agama, garap lah tanah, hidup lah  berkeluarga dan didiklah anak-anak sehingga menjadi terpelajar. Ingatlah bahwa hidup di dunia ini adlaah sebuah pendahuluan bagi hidup di hari nanti, atau akhirat, dan roh orang yang meninggal akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang perbuatan-perbuatan yang dikerjakannya di dunia.”
c.       Kematian Dalam Zoroasterianism
Zoroastrianisme tidak mengizinkan penguburan dan pembakaran tubuh orang yang telah meninggal karena dianggap akan menodai air, udara, bumi dan api. Mereka menyelenggarakan ritus kematian dengan menempatkan mayat di atas Dakhma atau Menara Ketenangan (Tower of Silence). Di sana terdapat pembagian tempat yang jelas bagi kaum laki-laki, perempuan dan anak-anak. Adapun tahap-tahap yang dilakukan saat upacara kematian adalah sebagai berikut:
1.      Mayat dibiarkan di dalam sebuah ruangan di rumah selama tiga hari sebelum dibawa ke Dakhma, tempat untuk melaksanakan upacara kematian.Sesudah itu, mayat lalu dibawa ke Dakhma atau Menara Ketenangan.
2.      Di sana mayat akan ditelanjangi dan ditidurkan di atas menara yang terbuka dan dibiarkan agar dimakan oleh burung-burung.
3.      Sisa-sisa tulang kemudian dibuang ke dalam sumur
e.       Pengadilan saat Kematian
      Ajaran agama Zoroaster tentang nasib roh setelah mati terlihat sangat jelas. Konsep kitab Avesta memberi dasar ajaran ini dan teks ini telah di salin dengan sedikit bervariasi dalam kitab-kitab Pahlavi. Setiap roh manusia setetlah kehidupan dunia ini akan bergentayangan selama tiga hari di dekat jasad yang sudah menjadi mayat. Pada hari keempat, roh menghadapi pengadilan diatas “Jembatan Pembalasan”, jembatan yag di jaga oleh Dewa Rashu yang bertindak sebagai hakim yang secara sangat adil  menimbang perbuatan baik dan buruk manusia. Jika perbuatan baiknya lebih berat roh tersebut diizinkan langsung menuju surga, tetapi jika perbuatan buruknya lebih besar roh tersebut di tarik dan dimasukkan ke dalam neraka. Apabila perbuatan baik dan buruk seimbang maka roh tersebut di bawa ke suatu tempat yang bernamaHamestagan atau tempat campuran. Tempat ini tidak disebut dalam teks Menok i Khrat, tetapi sering disebut dalam teks-teks lain.dalam tempat ini, roh-roh mengalami perbaikan dengan merasakan penderitaan yang berupa panas dan dingin.
      Neraka dalam agama Zoroaster bukan merupakan tempat penyiksaan abadi. Neraka hanya bersifat sementara dan merupakan tempat penyucian dari noda-noda dosa. Akhir penyucian dosa terjadi pada pengadilan (hisab) terakhir pada akhir zaman. Disini jelas tergambar bahwa roh harus menghadapi dua kali pengadilan, pengadilan pada saat kematian dan pengadilan umum pada hari kiamat ketika jasad manusia di bangkitkan kembali dan disatukan lagi dengan rohnya. Di dalam agama Zoroaster ini, pengadila umum diikuti dengan penyucian,akhir dari noda-noda dosa sehingga semua menjadi suci tanpa dosa. Tidak ada siksaan abadi dan akhirnya, semua manusia masuk surga.
f.       Hari Kebangkitan
Sebagaimana dapat dipahami dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, pengadilan roh pada saat kematian hanyalah merupakan suatu pendahuluan bagi pengadilan akhir hari kiamat. Penghitungan terakhir, menurut agama Zoroaster, juga hanya berupa tiga hari “penyucian” di dalam logam yang meleleh dan setelah itu roh-roh terkutuk bangkit dari neraka dan seluruh umat manusia tanpa kecuali berkumpul dalam surga temat mereka semua akan memuji Tuhan selamanya. Tuhan mengutuk makhluk-Nya dengan siksaan abadi karena dosa-dosanya bagaimanapun besarnya. Semua dosa akan dihukum dengan setimpal didalam neraka yang bersifat sementara. Neraka adalah tempat tinggal Ahriman dan Syaitan-syaitan. Tuhan melunakan keadilan dengan ras belas kasihan. Dia tidak memiliki sifat yang kejam dan sama sekali tidak bisa murka.
Konsep surga menurut agama Zoroaster sangar sederhana. Surga adalah suatu keadaan yang kembali kepada kehidupan dunia sebelum Ahriman dengan gila menghenatangnya. Surga adalah seperti tempat reuni keluarga yang sangat besar yang di dalamnya kehidupan dunia yang ideal dipulihkan, suatu kehidupan yang berpusat di sekitar keluarga manusia di mana suami sekali lagi bisa menikmati keintiman istrinya yang sah dan berkumpul kembali bersama anak-anaknya. Kehidupan di surga adalah penyempurnaan alami dari pada kehidupan di dunia dengan kekecualian manusia tidak lagi memiliki nafsu makan dan merupakanm tempat para roh memuji ahura mazda dan amahraspand dengan keras. Di sana seluruh keluarga manusia berkumpul dalam suatu kehidupan abadi dan kenikmatan yang abadi pula.

2.7Praktek Keagamaan dalam Agama Zoroaster
            Zoroaster menganjurkan pengikutnya untuk selalu menyalakan api suci di tungku-tungku api yang terapat disetiap kuil peribadatan. Api tersebut harus selalu menyala dan memancarkan cahaya. Tungku api itu di urus dan di jaga oleh para pemimpin agama (magi), rohaniawan muda, juga oleh para pendeta kuil. Setiap hari mereka selalu memasukkan kayu cendana ke dalam tungku api sebanyak lima kali, atau kayu lain yang mengeluarkan aroma wewangian khas, juga menaburkan serbuk serbuk dan cairan wewangian sehingga udara di dalam kuil selalu terasa segar dan harum semerbak. Mereka juga merapalkan doa-doan dan melaksanakan ritual keagamaan disekitar api tersebut. Dalam tradisi Zoroasternisme, ketika akan mendirikan sebuah kuil api baru, mereka diharuskan menyalakan api terlebih dahulu pada sembilan buah  lilin atau obor. Nyala api di obor pertama kemudian disalurkan untuk nyala api di obor kedua, dan seterusnya hingga pada obor kesembilan. Pengikut Zoroaster meyakini, api yang menyala pada obor terkahir itulah yang telah sampai pada derajat kesucian api. Dan dari api kesembilan itu mereka menyalakan apipada tungku kuil yang baru tersebut.
            Dalam satu butir teks “beberapa perkataan Adurbadh bin Mahraspand”, ayat 72,di sebutkan “pergilah ke kuil api tiga kali sehari dan bacala doa pada api.” Kelanjutan ayat tersebut mengatakan bahwa siapa yang paling sering pergi ke kuil api dan membaca doa pada api akan menerima banyak barang duniawi dan kesucian.
            Mary Boyce, dalam bukunya Zoroastrians, Their Religious Beliefs and Practice menjelaskan bahwa waktu ibadat orang-orang Iran zaman dahulu ketika matahari terbit, ketika tengah hari, dan ketika matahari terbenam.waktu yang tersebut terakhir nampaknya diperuntukkan bagi roh orang yang telah meninggal dunia. Zoroaster nampaknya memberikan dua tambahan lagi sehingga dia mewajibkan kepada para pengikutnya untuk beribadat lima kali sehari. Tambahan pertama adalah waktu setengah siang seperti waktu Ashar seperti dalam agama Islam, yaitu tengah-tengah antara tengah hari dan waktu matahari terbenam. Bagi agama Zoroaster, selama musim panas doa-doa yang di baca pada tengah hari berfungsi membantu orang yang saleh untuk berfikir tentang kebenaran serta tentang kejayaan kebaikan sekarang dan yang akan datang, sedangkan selama musim dingin adalah merupakan peringatan tahunan akan adanya kekuatan kejahatan yang mengancam dan perlunya bertahan terhadapnya.
            Tambahan baru lainnya adalah waktu tengah malam yang tenggang waktunya sampai saat matahari terbit. Doa ini dipersembahkan bagi Sraosha, Tuhannya doa. Selama waktu itu, ketika kekuatan kegelapan berada pada puncak yang paling kuat dan mencari-cari mangsa, para pengikut Zoroaster harus bangun, mengisi minyak dan dupa pada tungku api dan memperkuat dunia kebaikan dengan doa-doa mereka.
            Bentuk dan isi sembahyang yang di kenal dari praktek yang ada adalah sebagai berikut:
1)      Orang yang hendak melaksanakan sembahyang mempersiapkan diri dengan mencuci wajah, tangan, dan kaki dari kotoran debukemudian menutup sebagian mukanya.
2)      Melepaskan tali kawat suci dan berdiri dengan tali di pegang dengan kedua tangan dimukanya, tegak lurus dihadapan penciptanya, matanya menatap simbol kebajikan, yakni api
3)      Dia berdoa kepada Ohrmazd (Ahura Mazda), mengutuk Ahriman (sambil memukul-mukulkan ujung kawat dengan penghinaan), memasang tali kawat lagi sambil masih berdoa.
            Disamping perayaan individu tersebut, para pengikut Zoroaster masih mempunyai  kewajiban bersama yaitu merayakan tujuh macam peringatan hari besar tahunan. Waktu peringatan berbeda-beda, ada yang pertengahan musim semi, ada yangpertengahan musim panas, dan ada yang pertengahan musim dingin.perayaan in dirayakan denga menghadiri upacara agama (sembahyang) di pagi hari dan kemudian berkumpul bersama di dalam kegembiraan dengan pesta makan bersama. Makanan yang dimakan sebelumnya di beri berkah di dalam upacara agama yang dilaksanakan pada pagi hari tersebut. Orang-orang kaya saling bertemu di dalam kesempatan ini yang merupakan waktu iktikad baik umum, perselisihan didamaikan dan persahabatan diperbaharui dan diperkuat. Upacara-upacara khusus bagi kelahiran (massa penandaan), perkawinan dan kematian juga diajarkan dalam agama Zoroaster.
                Upacara penandaan atau Navjot (secara harfiah berarti Kelahiran Baru) adalah perayaan ketika seorang anak diterima masuk ke agama Majusi, selanjutnya dia diberikan simbolisasi keimanan – baju (sudreh) dan korset (kusti). Upacara ini berlangsung pada saat usia tujuh dan empatbelas tahun. Setelah pemberian ini setiap penganut Zoroster, baik lelaki maupun wanita, memakainya siang dan malam, dan ini menjadi baju yang dikenakan ketika akhir hayatnya.
                 Upacara kedua berkaitan dengan perkawinan. Ini kewajiban yang mengikat pengikut Majusi untuk kawin dan membesarkan anak. Bagian terpenting dari upacara perkawinan tiga kali pengucapan dalam akad perkawinan oleh pendeta resmi, diikuti pemberkatan Tuhan, Amesha Spentas dan Yazatas pada pasangan baru.
                 Perbedaan yang mencolok dari upacara Agama Zoroaster ini berkenaan dengan kematian. Setelah nyawa meninggalkan raganya, maka badan jasmaninya dianggap tidak suci. Ia harus dihancurkan secepat mungkin. Ia tidak boleh disentuh elemen suci-api, bumi, dan air. Jadi tidak dibakar, dikubur, atau tidak juga dihanyutkan kedalam air. Ia dibiarkan dimakan oleh burung bangkai. Mayatnya diletakkan pada suatu tempat yang disebut Menara Kesunyian yang menghadap matahari. Puncak menara dibiarkan terbuka untuk memberi kebebasan burung-burung memakannya. Kejadian ini cepat berlangsung sekitar setengah jam, dan kerangka mayat memutih dibawah sinar matahari dan udara dalam waktu beberapa hari. Ini kemudian dikumpulkan dan disimpan dalam terowongan di pusat menara, dan disana mereka remuk menjadi debu. Kebiasaan menghancurkan mayat ini tidak pernah terjadi pada saat Zarathushtra atau pun pada awal masa Achaemenid. Herodotus mengacu kebiasaan penguburan diantara bangsa Persia, dan kuburan Cyrus masih ada sampai sekarang. Menara Kesunyian (Dokhmas) datang sebagai hasil pengaruh Magi, pendeta dari Medes. Hal dipertahankan oleh pengikut Zoroaster dengan alasan agama maupun sanitasi.
2.8 Aliran Agama Zoroaster
Aliran Agama Agama Zoroaster diantaranya:
a.    Aliran Manu
Diantara ajaran yang diajarkan oleh aliran ini diantaranya:
1.Tentang baik dan buruk
           Menurut ajaran manu ini bahwa segala kehidupan ini adalah kebaikan, karena akhirnya Tuhanlah yang akan menang atas roh kejahatan; oleh karenanya manusia hendaknya membantu Tuhan mengalahkan roh jahat dengan melakukan segala kebaikan.
2.      Anjuran menghentikan perkawinan
Selain itu menurut mereka pertempuran antara kebenaran dan kejelekan akan terus berlangsung selama manusia terus berkembang. Oleh karena itu menurut mereka agar semua kejahatan dan kejelekan cepat berakhir maka manusia harus menghentikan perkembang biakanya dengan kata lain tidak menikah agar tidak memiliki keturunan.
3.      Zuhud
Menurut ajaran ini pula, manusia harus menjauhi segala kesenangan dunia. Termasuk melarang menikah, menyembelih binatang dan makan daging.
4.      ‘Ibadat
Aliran Manu mengajarkan peribadatan yaitu sembahyang dan puasa, sebelum sembahyang mereka mengusap anggota badan dengan air, kemudian menghadap matahari, lalu bersujud. Dalam tiap kali sembahyang ada dua belas kali bersujud; pada tiap sujud dilakukan doa; mereka berpuasa 7 hari dalam sebulan.
b.     Madzdak
      Aliran ini ajarannya mirip dengan ajaran Majusi kuno yakni meyakini adanya dua
Tuhan, yaitu Tuhan baik dan Tuhan keburukan. Selain itu ajaran yang paling terpenting dari aliran ini adalah ajaran yang mirip dengan sosialisme yang menyatakan bahwa manusia harus sama derajatnya. Yakni tidak memiliki stara social. Dan menurut mereka penyebab utama dari kejahatan dan peperangan adalah wanita dan harta, yang menyebabkan pengikut aliran ini membuat kekacauan di Naishaburi. Karena mereka memaksa orang-orang hartawan untuk menyerahkan harta mereka dan menyerahkan wanita agar tidak terjadi kekacauan atau peperangan.
1.      Tsanwiyah
            Diantara ajarannya selain mengakui dua tuhan, mereka juga mengajarkan untuk menyembah api, selain mereka juga menyembah berhala.
2.      Disahniyah
            Dishaniyah adalah ajaran Majusi yang lahir di luar persi. Yang didiraikan oleh bangsa Siryani (Sirya) yang bernama Bardaishan datau ibnu Dishan yang wafat pada tahun 222 M. ajarannya mirip dengan ajaran Manu yang menyatukan dua ajaran yakni Nasrani dan Majusi. Hanya saja perbedaanya adalah menurut mereka bahwa Isa Al Masih merupakan Allah yang diserupakan dalam bentuk manusia yang diutus untuk manusia. Selain itu ajarannya juga yang berbeda dengan yang lainnya yaitu mereka tidak mempercayai adaanya hari akherat. Sehingga menyebabkan aliran ini yang sangat berbeda dengan yang lainnya.
c.    Zindiq
        Zindiq adalah sebuah aliran Majusi yang sangat berbeda dengan yang lainnya. Yakni agama Majusiah yang Atheis yakni tidak percaya akan adanya Tuhan. Menurut mereka bahwa alam raya ini terjadi dengan sendirinya, dan tidak akan berakhir, kekal selama-lamanya, dan zaman yang beredar ini akan terus berputar tiada akan berakhir.

d.      Sekte-sekte dalam Zoroastrianisme
Terbaginya Zoroastrisme ke dalam beberapa kelompok bukan disebabkan karena perbedaan pemahaman teologi. Pembagian sekte-sekte ini karena waktu perayaan Tahun Baru yang berbeda-beda. Terdapat tiga sekte dalam Zoroastrianisme.

1.      Kelompok Shenshahi yang merayakan Tahun Baru pada musim gugur sekitar bulan Agustus atau September
2.      Kelompok Qadimi yang merayakan Tahun Baru pada musim panas, sekitar bulan Juli atau Agustus
3.      Kelompok Fasli yang merayakan Tahun Baru pada musim semi yaitu setiap tanggal 21 Maret.




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Penganut faham agama ini  mencapai 5 juta jiwa. Mayoritas tersebar di Iran, Suriah, Lebanon, dan Palestina. Pusat aliran Bahaiyah di Timur Tengah terletak di kota Haifa, Palestina. Baha’iyah berkembang di Eropa dan Amerika berpusat di Chicago hingga berkembang diseluruh penjuru dunia sampai sekarang ini.
Agama Baha’i mengajarkan tentang keesaan Tuhan, percaya kepada para Rasul sebagai utusan Tuhan, keselarasan dan Toleransi antar Umat Beragama, kesatuan Dalam Keanekaragaman, kesatuan Umat Manusia, sifat Roh dan Kehidupan Sesudah Mati, budi Pekerti yang Luhur, kemandirian dalam mencari kebenaran, surga dan neraka dan yang terahir perbedaan antara kekayaan dan kemiskinan harus di hilangkan.
 Secara umum hanya ada tiga ritual utama dalam agama ini, yaitu doa harian wajib, membaca doa bagi orang mati dipemakaman, dan ritus pernikahan sederhana.
Tempat atau rumah ibadah agama Baha’i dinamakan Mashriqul Adhkar atau tempat terbit pujian kepada tuhan. Tempat ibadah ini digunakan untuk berdoa, meditasi, dan melantunkan ayat-ayat suci Baha’i maupun agama-agama lain.
Diantara pakar dalam agama Baha’i adalah Sayyid Ali Muhammad (Sang Bab), Mirza Husain Ali (Bahaullah), Abdul Baha atau Abbas Effendi dan yang terakhir Shogi Effendi. Selain beberapa tokoh ini banyak lagi pakar agama dalam agama Baha’i ini namun belum atau bahkan tidak termasyhur seperti empat tokoh ini.
Kitab suci agama Zoroaster ini di kenal dengan nama Zend Avesta.kitab ini terbagi lagi menjadi tiga bagian, yakni:
1.      Gathas, kitab yang berisi tentang “nyanyian” atau “ode” yang secara umum dan tepat dinisbahkan kepada Zoroaster sendiri;
2.      Yashts atau hymne korban yang ditujukan kepada berbagai macam dewa; dan
3.      Vendidat/ Vindevdat, “aturan melawan syetan”,
Sejatinya, pada tradisi dan ajaran awal Zoroaster, tidak di kenal konsep dua Tuhan. Zoroaster hanya meyakini dua kekuatan besar dalam kehidupan yang senantiasa berlawanan atau berbenturan. Salah satunya terkumpul dalam kekuatan kebaikan, cahaya, kehidupan, kebenaran, dan kemuliaan sementara kekuatan lain terkumpul dalam kejahatan, kegelapan,kematian, dan angkara murka.
Cara beribadah dalam agama Zoroaster yaitu sembahyang wajib lima kali serta ibadah puasa.



DAFTAR PUSTAKA
  Abdullah al-Maghlouth, bin Sami, Atlas Agama-Agama, Almahira, Jakarta: 2010
Ali, H. A. Mukti, Agama-Agama Dunia,IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarya: 1988
Aziz Us-Samad, Ulfat, PDF. Agama Besar Dunia, Peshawar:1975
Sami bin Abdullah al-maghlouth, atlas agama-agama,Jakarta: penerbit almahira,2011.
Arifin, prof.HM, menguak misteri ajaran agama-agama besar,Jakarta:PT Golden trayor press, 1986.
Ali mukti,H.A,Agama-agama di dunia, yogjakarta:Hanindita Offset, 1988.
http/www.wikipedia.com, senin 18-03-2013, 14.24
Khan Inayat Hazrat, Kesatuan Ideal Agama-Agama, (Yogyakarta : Putra Langit, 2003),
Hazrat Inayat Khan, Kesatuan Ideal Agama-Agama, (Yogyakarta : Putra Langit, 2003), hal. 215-216
Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, (Jakarta :Almahira,2011), hal.465-466
Prof. HM. Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, (Jakarta : PT Golden Trayon Press,1986), hal.19
H.A Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia, (Yogyakarta : PT. HAnindita Offset,1988), hal.270







Tidak ada komentar:

Posting Komentar