ILMU PERBANDINGAN AGAMA
Agama Kong Hu Cu
Dosen Pengampu:
Untung Suhardi, S.Pd.H, M.Fil.H
Oleh:
Gede Ardike
Ketut Deni Wiryantari
I Wayan Aditya Nugraha
SEKOLAH TINGGI
AGAMA HINDU
DHARMA
NUSANTARA
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Om swastyastu
Puji syukur kami haturkan
kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa atas
Asungkerta Waranugraha-Nya, tugas
makalah mata kuliah Ilmu Perbandingan Agama dengan judul Agama
Kong Hu Cuini bisa terselesaikan.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam
pembuatan makalah ini, diantaranya, Bapak Untung Suhardi, S.Pd.H, M.Fil.H
sebagai dosen pengampu mata kuliah Ilmu Perbandingan Agama, teman-teman dikelas
yang telah memberikan kami dukungan, dan semua pihak yang tidak bisa kami
sebutkan satu per satu yang terkait dalam menyediakan sarana dan prasarana guna
mempermudah pencarian literatur untuk makalah kami.
Makalah yang
kami buat ini sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran bagi
pembaca sangat diharapkan guna dijadikan pembelajaran pada pembuatan makalah
yang akan datang. Terima kasih atas partisipasi dan perhatian para pembaca,
semoga semua isi yang ada dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi bembaca.
Om santi,
santi, santi Om.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kong Hu Cu atau konfusis adalah seorang
ahli filsafat Cina yang terkenal sebagai orang pertama pengembang sistem
memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang mendasar. Ajarannya
menyangkut kesusilaan perorangan dan gagasan bagi pemerintahan agar
melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyat dengan teladan perilaku yang
baik.
Agama Konfusius atau Kong Hu Cu atau
Konfusianisme adalah agama yang paling tua di Cina, tetapi bukan merupakan
satu-satunya agama di sana. Sebagaimana sering dinyatakan dalam suatu pepatah
Cina, yang menyatakan bahwa Cina mempunyai tiga agama tetapi yang tiga itupun
sebenarnya hanya satu. Tiga agama yang dimaksud adalah Konfusianisme, Toisme
dan Budhisme. Pepatah tersebut berarti bahwa di Cina ketiga agama tersebut
telah saling penagruh mempengaruhi satu sama lain, sehingga sulit dan sukar
membicarakan salah satunya tanpa mengaitkannya dengan yang lain.
Pada abad ke-6 sebelum masehi, kehidupan
agama dan moral masyarakat Cina sudah sedemikian merosot. Kebudayaan dan
peradaban yang sebelumnya telah dibangun dengan susah payah oleh
dinasti-dinasti sebelumnya, kini tinggal hanya merupakan bayangan saja. Pada
saat itu kehadiran Kong Hu Cu merupakan jawaban terhadap kondisi masyarakat yang
sudah melampaui batas-batas kemanusiaan, sehingga terpanggil untuk
membangkitkan kembali agam Ru, agama orang lembut, bijak dan terpelajar. Karena
itu, tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa Kong Hu Cu berpusat pada
kemanusiaan dan keduniakinian atau kurang memperhatikan hari kemudian. Memang
Kong Hu Cu lebih menitikberatkan tentang apa yang harus dikerjakan manusia di
dunia ini. Hari kemudian adalah refleksi hari ini. Hasil semua perbuatan di
dunia kini akan dipanen di hari akhir. Titik berat kekinian dan kemanusiaan itu
merupakan dorongan bagi pemeluknya untuk menjadi orang bijak ban bajik, baik
terhadap orang tua, keluarga, tetangga maupun negaranya.
Dalam mengajarkan ajaran-ajarannya ia
tidak suka mengkaitkan dengan paham ketuhanan, ia menolak membicarakn tentang
akhirat dan soal-soal yang bersifat metafisika, ia hanya seorang filosof
sekuler yang mempermasalahkan moral kekuasaan dan akhlak pribadi manusia yang
baik. Namun, dikarenakan ajaran-ajarannya lebih banyak mengarah pada kesusilaan
dan mendekati ajaran keagamaan maka ia sering digolongkan dan dianggap sebagai
pembawa agama.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana asal-usul agama Kong Hu Cu?
2.
Siapakah pendiri dan pembawa ajaran agama Kong Hu Cu?
3.Bagaimana
system ketuhanan dan keimanan agama Kong Hu Cu?
4.
Apa nama kitab suci agama Kong Hu Cu?
5.
Bagaimana etika dalam Agama Kong Hu Cu?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui asal-usul agama Kong Hu Cu
2. Mengetahui pendiri dan pembawa ajaran
agama Kong Hu Cu
3. Mengetahui sistem ketuhanan dan keimanan
agamaKong Hu Cu
4. Mengetahui nama kitab suci agama Kong Hu
Cu
5. Mengetahui etika yang ada dalam dalam
Agama Kong Hu Cu
BAB II
Pembahasan
2.1 Asal-usul agama
Kong Hu Cu
Agama Kong Hu Cu dipadankan dengan
sejumlah sebutan: Kong Jiao/Kung Chiao, Ru Jiao/Chiao, dan Ji Kau. Semua
sebutan tersebut merujuk pada sejarah bahwa Kong Hu Cu merupakan suatu “agama”
klasik Cina yang dibangkitkan kembali oleh Kong hu cu, yang dalam bahasa
asalnya berarti agama kaum yang taat, yang lembut hati, yang memperoleh
bimbingan, atau kaum terpelajar. Oleh sejumlah orientalis Kong Hu Cu di sebut
juga Confucianism, karena kongcu adalah
tokoh sentral yang membawa ajaran tersebut.
Kong Hu Cu atau Konfusis adalah seorang
ahli filsafat Cina yang terkenal sebagai orang pertama pengembang sistem
memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang mendasar. Ajarannya
menyangkut kesusilaan perorangan dan gagasan bagi pemerintahan agar
melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyat dengan teladan perilaku yang
baik.
Dalam ia mengajarkan
ajaran-ajarannya ia tidak suka mengkaitkan dengan paham ketuhanan, ia menolak
membicarakan tentang akhirat dan soal-soal yang bersifat metafisika, ia hanya
seorang filosof sekuler yang mempermasalahkan moral kekuasaan dan akhlak
pribadi manusia yang baik. Namun dikarenakan ajaran-ajaran lebih banyak
mengarah pada kesusilaan dan mendekati ajaran keagamaan maka ia sering
digolongkandan dianggap sebagai pembawa agama.
Menurut para penganutnya, khong Hu
cu bukan sekedar suatu ajaran yang diciptakan oleh Nabi Khong Hu Cu melainkan
agama (Chiao) yang telah diturunkan oleh Thien (Tuhan Yang Maha Esa), lewat
nabi dan Raja suci purba ribuan tahun sebelum lahir Nabi Khong u Cu. Dalam
kitab Susi VII. 1.2 telah dijelaskan bahwa Kong Hu Cu hanya meneruskan, tidak
menciptakan, ia sangat menaruh percaya dan suka kepada yang kuno itu. Peran
yang telah dilakukannya hanya sebagai Bok Tok, Genta Rohani yang mencanangkan
firman Thian, agar manusia kembali hidup menempuh Jalan Suci. Kong Hu Cu telah
dipilih oleh Thian untuk melestarikan, membangkitkan kembali, meneruskan dan
menyempurnakan agama-Nya.
Menurut catatan sejarah, ajaran
para Nabi dan Raja Suci purba ditulis sejak Raja Suci Tong Giau, atau 17 abad
sebelum Kong Hu Cu lahir. Dengan kata lain, agama Ji Kau melalui proses yang
terbentuk sejak abad 22 SM hingga pasca Kong Hu Cu meninggal (abad 3 SM).
Ajaran Ji Kau sendiri baru dikompilasi pada tahun 79 M dan terhimpun dalam
kitab suci Ngo King. Kong Hu Cu hanya menulis 2 kitab yaitu Chu Chiu dan Hau
King bersama 72 orang muridnya. Menurut penganutnya semua ajaran yang terhimpun
dalam kitab suci merupakan Thian Sik atau wahyu Tuhan. Oleh karena itu, Kong Hu
Cu dipercayai sebagai agama langit atau agama yang diturunkan oleh Thian (Tuhan
Yang Maha Esa).
Sebagaimana disebutkan, peran Kong
Hu Cu adalah mengumpulkan, menuliskan dan meneruskan kembali ajaran suci,
ajaran purba, agama terpelajar. Kehadirannya bersamaan dengan kondisi
masyarakat yang pada waktu itu selalu dalam kekacauan politik, ekonomi dan
berkecamuknya peperangan serta kebiadaban.
Pada saat itu kehadiran Kong Hu Cu
merupakan jawaban terhadap kondisi masyarakat yang sudah melampaui batas-batas
kemanusiaan, sehingga terpanggil untuk membangkitkan kembali agama Ru, agama
orang lembut, bijak dan terpelajar. Karena itu, tidak mengherankan kalau
dikatakan bahwa Kong Hu Cu berpusat pada kemanusiaan dan keduniaan atau kurang
memperhatikan hari kemudian. Memang Kong Hu Cu lebih menitikberatkan ajaran
tentang apa yang harus dikerjakan manusi di dunia ini. Hari kemudian adalah
refleksi hari ini. Hasil semua perbuatan di dunia kini akan dipanen di hari
akhir. Titik berat kekinian dan kemanusiaan itu merupakan dorongan bagi
pemeluknya untuk menjadi orang bijak dan bajik, baik terhadap orangtua,
keluarga, tetangga maupun negaranya.[3][3]
2.2 Pendiri dan Pembawa
ajaran Kong Hu Cu
Uraian
tantang pribadi Kong Hu Cu dan cara hidupnya digambarkan dalam laporan-laporan
dari para muridnya yang terhimpun di dalam ‘Lun Yu’ yaitu suatu analisis
kehidupan Kong Hu Cu. Guru dari Shantung ini berasal dari keluarga sederhana,
yang jujur dan setia berbakti kepada ‘Thian’. Diceritakan bahwa kelahirannya
pada tahun 551 SM dikota kecil Lu di wilayah propinsi Shantung sekarang. Yang
diiringi oleh peristiwa-peristiwa ajaib dan pada tubuhnya terdapat tanda-tanda
luar biasa. Dia lahir sebagai anak bungsu yang mempunyai 11 saudara.
Sejak mudanya ia menderita, karena
ditinggal mati ayahnya pada usia 3 tahun, dan hanya dibesarkan oleh ibunya dan
kakeknya. Ia termasuk pemuda yang cerdas yang senang belajar ilmu pengetahuan
dan music. Menjelang dewasa, pada usia 35tahun ia bekerja sebagai pegawai di
pemerintahan umum di tempat asalnya untuk beberapa tahun saja yakni sejak Raja
Muda Ciau, pada usia 51-55 tahun Kong Hu Cu aktif dalam pemerintahan dan
terakhir menjabat sebagai Menteri Kehakiman merangkap Perdana Menteri. Dalam waktu
yang relatif singkat, ia berhasil mengangkat martabat negeri Lo sehingga
dihormati oleh negeri-negeri lain. Ia berhasil dan berpengalaman dalam
memperbaiki pemerintahan Lo yang kacau, penuh peperangan, korupsi, dan
kesengsaraan rakyat, melalui perbaikan system pemerintahan, filsafat dan etika,
dengan tetap berakar pada tradisi kepercayaannya. Kemudian berhenti pada tahun
528 SM dan selama 16 tahun menjadi guru. Karena ibunya wafat, ia lalu pergi
mengasingkan diri untuk bersemadi selama tiga tahun. Setelah selesai
meditasinya ia menyampaikan ajaran-ajarannya sehingga berangsur-angsur ia
mempunyai pengikut. Memasuki umur 50 tahun namanya memuncak naik dan mendapat
kedudukan tinggi dalam pemeritahan. Pengalaman dalam birokrasi pemerintahan dan
politik itu tidak begitu lama, karena Raja Muda Ting jatuh karena mengabaikan
system pemerintahan yang telah lama dibina oleh Kong Hu Cu. Dalam usia 56 tahun
ia meninggalkan negeri Lo dan mengembara ke dalam dunia spiritual serta
memposisikan diri sebagai Bok Tok ( genta Rohani).
Dalam
masa 13 tahun Kong Hu Cu mengembara dan menyampaikan ajarannya ke berbagai
Negeri bersama murid-muridnya yang setia menjadi guru keiling, sambil
menyempurnakan ajaran agama Ji Kau yang saat itu mulai pudar karena kekalutan
zaman. Kemudian ia wafat dalam usia 72 tahun, tepatnya pada tanggal 18 bulan Imlek, 479 SM dan
dimakamkan di kota Chii Fu, Shantung. Misi Genta Rohani dilanjutkan oleh
murid-muridnya dan para penganutnya dengan cara masing-masing. Di antara para
muridnya yang terkenal adalah ‘Meng Tsu’ (372-288 SM) dan ‘Syuun Tze’ (300-235
SM). Dikarenakan cara penekanan dan penafsiran yang berbeda terhadap
ajaran-ajaran gurunya, maka ajaran Kong Hu Cu yang kemudian disebarluaskan itu
menjadi berbeda-beda. Sehingga muncul tidak kurang dari delapan lairan paham
tentang ajaran Kong Hu Cu. Di samping itu ajaran Kong Hu Cu ini banyak pula
mendapat saingan dari ajaran atau paham keagamaan lainnya. Betapapun juga
kebanyakan orang Cina juga tidak menganut agama lain ia tetap menghormati
ajaran Kong Hu Cu dengan muridnya Meng Tsu ke seluruh Tiongkok dengan beberapa
perubahan. Kong Hu Chu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi
agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar
biasa akan Kong Hu Chu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan
diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Chu.[5][5]
2.3 Sistem Ketuhanan
Ru Jiao atau agama Kong Hu Cu adalah
agama monotheis, percaya hanya pada satu Tuhan, yang biasa disebut sebagai
Thian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang Maha Kuasa). Tuhan dalam
konsep Kong Hu Cu tidak dapat diperkirakan dan ditetapkan, namun tiada satu
wujud pun yang tanpa Dia. Dilihat tiada nampak, didengar tidak terdengar, namun
dapat dirasakan oleh orang beriman.
Di
dalam kitab Ngo King Tuhan biasa diberi kata sifat sebagai berikut:
Ø Siang Thian, artinya Thian Yang Maha Tinggi
Ø Hoo Thian, artinya Thian Yang Maha Besar
Ø Chong Thian, artinya Thian Yang Maha Suci
Ø Bien Thian, artinya Thian Yang Maha Pengasih
Ø Hong Thian, artinya Thian Yang Maha Kuasa,
Maha Pencipta
Ø Siang Thian, artinya Thian Yang Maha
Menciptakan Alam Semesta
Kong Hu Cu percaya adanya Thian yang
selalu harus dihormati dan dipuja karena Dialah yang menjaga alam semesta. Oleh
karena itu, manusia harus melakukan upacara-upacara keagamaan sesederhana dan
sekhidmat mungkin agar mendapat berkah dari Thian. Dalam kaitan ini, umat
manusia harus mencermati dan meneladani tingkah laku orang tua, karena menurut
agama Kong Hu Cu, ornag tua adalah wakil Thian.
Hanya kebijakan berkenaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, tiada jarak jauh tidak terjangkau , kesombongan mengundang
bencana, kerendahan hati menerima berkat, demikianlah jalan suci Tuhan Yang
Maha Esa sepanjang masa. Jalan suci itu satu tetapi menjalin, menembusi
semuanya. Jalan suci itu ialah Satya dan Tepasarira, satya kepada Firma Tuhan
dan tepasarira, tenggang rasa, mencintai sesame dan lingkungan hidupnya.
Firman Tuhan Yang Maha Esa, Dialah
menjadi watak sejati manusia, hakekat kemanusiaan yang mendukung harkat dan
martabat manusia sehingga memiliki benih-benih kebijakan dan kemampuan
mengembangkannya. Bimbingan yang diturunkan Tuhan agar manusia mampu membina
diri menempuh jalan suvi itulah agama. Laku bakti itulah pokok cinta kasih,
kebijakan, yang dari padanya ajaran agama berkembang. Lalu, dimulai dari
merawat cita dan laku bakti kemudian dikembangkan nilai-nilai kebajikan yang
lain seperti rendah hati, setia, dapat dipercaya, susila, menjunjung kebenaran,
suci hati, tahu malu, dan sebagainnya.
Jalan suci yang dibawa oleh ajaran agama
itu ialah kebajikan gemilang, karunia Thian yang memancarkan cahaya di dalam
diri manusia. Mengasihi sesama makhluk atau rakyat Tuhan Yang Maha Esa dengan
sekuat tenaga dan upaya melaksanakan itu sehingga mencapai dan berhenti di
puncak baik, yang diridlai Tuhan Yang Maha Esa.
Hati manusia senantiasa dalam gawat,
agar hati di dalam jalan suci itu sungguh muskil. Maka, senantiasa ambillah
sari pati, senantiasa ambillah yang Esa itu, pegang teguh tepat tengah, sikap
hidup tegah sempurna, tepat dan harmonis, selaras, serasi dan seimbang ke atas
satya kepada Thian, mendatar, mencintai, tepasarira, dapat dipercayai kepada
sesama dan menyayangi lingkungan.
Teguh tuluskan Iman karena Dialah dasar
kehidupan beragama, pangkal dan ujung segenap wujud, tanpa Iman suatu pun
tiada. Tuhan Maha Mendengar dan Maha Melihat seperti rakyat mendengar dan
melihat. Takutlah akan Thian, janganlah melanggar dan melawan hukumnya,
berbahagialah di dalam Thian, tulus lurus ikutilah hukum dan firmanNya dengan
patuh dan taqwa. Siapa melanggar hukum Thian akan binasa. Dan siapa mengikuti
hukum Thian akan terpelihara. Was-was dan hati-hatilah, apa yang keluar dari
kamu akan kembali kepada kamu. Dia yang takut akan Tuhan Yang Maha Tinggi tidak
berani tidak berlaku lurus, dia yang mengerti akan firman Thian tidak berdiri
di bawah tembok yang retak atau akan roboh.
Thian tidak senantiasa dekat atau akrab,
Dia dekat kepada yang hormat. Sungguh miliki yang satu itu: Kebajikan,
kepadanya hati Tuhan benar berkenan dan akan menerima Firman Gemilang. Bila
kebajikan itu Esa, tiap gerak tiada yang tidak membawa berkah. Sebaliknya bila
kebajikan itu mendua, tiap gerak tiada yang tidak membawa bencana. Berkah dan
bencana bukan karena orangnya, hanya Tuhan menurunkan bahaya dan bahagia
menurut kebajikanNya. Bukanlah Tuhan itu memihak, hanya melindungi yang satu:
kebajikan. Karena itu, bila Thian menyalahkan kebajikan di dalam diri, apakah
yang dapat orang (jahat) berbuat
atasnya? Cinta kasih itulah rumah selamat, rumah sentosa. Kebenaran
itulah jalan lurus. Kesusilaan itulah pintu gerbang dan kebijaksanaan
menyempurnakan segenap wujud. Jangan bimbang, jangan mendua hati di dalam
kebajikan, Tuhan Yang Maha Tinggi menyertaimu.
THIAN, Tuhan Yang Maha Esa adalah yang
maha sempurna yang menciptakan keharmonisan, keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan, menjadikan segala pelaku memetik buah perbuatanya. Yang Maha
Kuasa dengan firman dan hukum yang abadi, telah mengaruniakan benih kebajikan
yang hidup di dalam diri manusia, sehingga memiliki kemampuan mengembangkan
sifat-sifat cinta kasih, susila, kesadaran menjunjung kebenaran, keadilan,
kewajiban dan kebijaksanaan. Manusia wajib mengembangkan benih-benih kebajikan,
mengamalkanya dalam hidup dan memuliakan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa serta
menjadikan dirinya insane yang dapat dipercaya sebagai makhluk yang satya
kepada Khaliknya dan sebagai saudara sejati kepada sesamanya.
Untuk mewujudkan pernyataan bakti
diadakan lee, kesusilaan dan peribadatan di dalam kehidupan beragama.
Kesusilaan dan peribadatan ialah rukun yang diterima oleh para Singjien, nabi
dan raja suci purba sebagai jalan suci Tuhan. Maka siapa menerimanya akan penuh
berkah hidupnya, tetapi siapa yang menolaknya akan binasa. Orang zaman dahulu membina
kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan kemudian mendapatkan kemuliaan
pemberian manusia. Orang zaman sekarang membina kemuliaan karunia Tuhan Yang
Maha Esa untuk mendapatkan kemuliaan
pemberian manusia. Setelah mendapat kemuliaan pemberian manusia lalu dibuanglah
kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha Esa itu.
Ajaran agama membimbing manusia
menyadari akan makna dan tujuan hidupnya, ketentraman hati, kesentosaan batin
sehingga dapat berpikir benar, agar membimbing manusia meneliti hakekat tiap perkara.
Dengan melaksanakan jalan suci, manusia yang dibimbing agama, dengan ridha
Tuhan Yang Maha Esa akan diperoleh hidup damai dan sentosa dalam hidup pribadi,
keluarga, masyarakat, dunia maupun akhirat.[6][6]
2.4 Keimanan dalam Kong
Hu Cu
Di dalam kitab Tengah sempurna XIX: 18
ditulis, “Iman itulah jalan suci Tuhan Yang Maha Esa. Berusaha memperoleh iman,
itulah jalan suci manusia. Yang beroleh iman ialah orang-orang yang setelah
memilih dan mendekat sekuat-kuatnya yang baik”. Maka iman ialah suatu sikap
atau Susana batin yang berhubungan dengan sempurnanya kepercayaan atau
keyakinan kepada THIAN.
Manusia wajib membina kehidupan dan
mengamalkan apa yang menjadi iman manusia. Suatu agama baru bermakna dalam
hidup, kalau para pemeluknya benar-benar mengimaninya. Tanpa itu, akan menjadi
sesuatu yang tidak berarti. Agama Kong Hu Cu memberikan dasar keimanan yang
pokok yang dijabarkan dalam delapan keimanan Pat Sing Ciam Kwi
Pengakuan
Iman Yang Pokok
Tiap umat Kong Hu Cu wajib memahami,
menghayati, dan mengimani dasar keimananya yang pokok, yang tersurat di dalam
bab utama kitab Tengah Sempurna, bab utama ajaran besar, dan salam iman yang
tersurat di dalam kitab Su king. Pengakuan iman yang pokok yaitu,
1. Seorang umat Kong Hu Cu wajib beriman,
satya, bertakwa dan hormat atau sujud terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. THIAN, Tuhan Yang Maha Esa adalah khalik
semesta alam dengan segala benda dan makhlukyait
3. Hidup manusia adalah oleh firman THIAN,
maka manusia mengemban tugas suci sebagai manusia dan wajib mempertahankan
hidupnya kepada THIAN.
4. Firman THIAN itu sekaligus menjadi watak
sejati, hakekat kemanusiaan, yang menjadikan manusia memiliki kemampuan
melaksanakan tugas sucinya sebagai manusia.
5. Mewujudkan kebajikan, yang di dalamnya
mengandung benih-benih cinta kasih, kesadaran menjunjung kebenaran/ keadilan/
kewajiban, kesusilaan dan kebijaksanaan yang hidup, tumbuh, berkembang dalam
rohani manusia, itulah tugas sekaligus tujuan suci manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan.
6. Terwujudnya kebajikann dalam diri manusia
adalah untuk diamalkan dalam kehidupan, mengasihi, tenggang rasa, tepasarisa
kepada rakyat, kepada sesame manusia, dan menyayangi (memiliki) rasa tanggung
jawab terhadap lingkungan hidupnya.
7. Mewujudkan kebajikan, mengasihi sesama,
menyayangi lingkungan, sehingga mecapai puncak baik, itulah jalan suci yang
wajib ditempuh manusia. Itulah jalan suci yang selaras dengan watak sejati
manusia.
8. Bimbingan yang dikaruniakan Tuhan Yang
Maha Esa lewat para Bok Tok, Sing Jien atau nabi-nabinya sehingga manusia dapat
membina diri menempuh jalan suci, itulah agama, yang merupakan ajaran besar
bagi kehidupan ini.
9. Hanaya kebajikann berkenan Tuhan, ini
mengandung imabauan dan pengakuan iman bahwa hormat akan Tuhan ialah
melaksanakan FirmanNya, percaya terhadap Tuhan tidak dapat dilepaskan dari
hidup mewujudkan kebajikan dan mengamalkannya, didalam terkandung pengertian
paripurnanya ibadah dan disitulah makna (nilai) manusia di hadapan Tuhan
Khaliknya maupun di hadapan sesame makhluk dan lingkungannya. Menjadi insane
yang dapat dipercaya terhadap Tuhan Khaliknya maupun terhadap sesamanya.
2.5 Kitab Suci Agama
Kong Hu Cu
Kitab suci agama Kong Hu Cu sampai
kepada bentuknya yang sekarang mempunyai masa perkembangan yang sangat panjang,
kitab suci yang tertua berasal dari Raja Suci Giau(2357-2255 SM) dan yang
termuda ditulis Bingcu ( wafat tahun 289 SM), melipuit masa sekitar 2000 tahun.
Kitab suci yang berasal dari para nabi Purba sesuai dengan wahyu yang diterima
langsung Nabi kong Hu Cu dari Tuhan Yang maha Esa disempurnakan dan dihimpun,
kini disebut Ngo King (kitab suci yang lama) sebagai kitab suci yang pokok.
Ajaran-ajaran Nabi Kong Hu Cu dibukukan oleh para muridnya dan dipertegas oleh
Bingcu yang terhimpun dalam kitab Su Si (kitab yang empat).
Kitab suci yang lima terdiri dari:
1. Si King atau kitab Sanjab. Kitab ini
terdiri dari kumpulan nyanyian-nyayian upacara yang bersifat puji-pujian terhadap keagungan Tuhan maupu\]’;upacara di
istana.
2. Su King atau kitab dokumentasi sejarah
suci.
3. Ya king atau kitab perubahan. Kitab ini
mempunyai nilai universal, berisi ajaran tentang penjadian alam semesta
sehingga dengan menghayati isi kitab ini, manusia dapat menyingkap tabir kuasa
Tuhan dengan segala aspeknya.
4. Lee King atau kitab kesusilaan berisi
ajaran kesusilaan dan peribadatan.
5. Chun Ciu King. kitab suci ini berisi segala
macam penilaian dan komentar nabi Kongcu atas berbagai peristiwa zaman itu,
sehingga sangat menarik dan bermanfaat untuk disimak bagaimana sesungguhnya
kebenaran yang harus ditegakan itu.
Kitab
suci yang empat atau Su Si terdiri dari:
1. Thai Hak atau ajaran besar berisi
bimbingan dan ajaran pembinaan diri, keluarga, masyarakat, Negara, dan dunia,
ditulis oleh Cingcu atau Cing Cham, murid nabi dari angkatan muda.
2. Tiong Yong atau Tengah Sempurna berisi
ajaran keimanan agama Kong Hu Cu: iman kepada Tuhan, firman-Nya mengenai
manusia, watak sejati, jalan suci dan peranan agama, ditulis oleh Cu Su atau
Kong Khiep, cucu nabi. Kitab ini dibukukan oleh beberapa murid nabi.
3. Lun Gie atau sabda suci berisi percakapan
nabi serta para muridnya, juga tentang orang-orang zaman tersebut dan mengenai
oeri kehidupan sehari-hari nabi. Kitab ini
dibukukan oleh beberapa murid nabi.
4. Bingcu atau kitab suci yang dituliskan
oleh Bingcu yang berfungsi menegaskan dan meluruskan tafsir ajaran agama Kong
Hu Cu dalam memerangi penyelewengan.
Enam Kitab Klasik
1. Shu Ching. Kitab ini mengandung 100
dokumen sejarah dinasti-dinasti kuno negeri China, dimilai dari abad 24 SM
sampai abad 8 M. dari buku ini dapat diketahui bagaimana timbul tenggelamnya
negeri Cina di zaman purba, yang menyangkut ajaran kesusilaan dan keagamaan.
2. Shih Ching. Kitab ini merupakan kumpulan
kitab puisi dari masa lima abad pertama dinasti Chan. Tujuan buku ini adalah
agar para pengikut Kong Hu Cu mengetahui tentang budaya dan sastra puisi yang
mengandung nilai-nilai moral. Di dalamnya ada 300 lebih sajak-sajak pilihan.
3. Yi Ching. Kitab ini mengemukakan tentang
sisitem filsafat yang fanatic, yang menjelaskan arti dasar tentang Yin (wanita)
dan Yang (pria).
4. Li
Chi. Kitab ini menguraikan tentang upacara-upacara trasdisional untuk
menanamkan disiplin rakyat, dan mengarah kan kehalusan budi, keagungan dan
tingkah laku sopan santun dalam pergaulan masyarakat. Dengan catatan bahwa Li
adalah pernyataan perasaandalam upacara kuno,bahwa Li tanpa perasaan adalah
semu, dan jangan dilakukan praktek yang merendahkan derajat.
5. Yeo. Kitab ini merupakan kitab music,
yang di masa Kong Hu Cu dikaitkan dengan puisi., setiap sajak ada musiknya dan
lagu-lagu lama dibuatkanya komposisi baru.
6. Chu’un Ch’ii. Kitab ini menguraikan
tentang musim semi dan musim rontok dengan peristiwa di negeri Lu sejak tahun
pertama pemerintahan Pangeran Yiu (722 SM) sampai tahun ke-14 masa pemerintahan
Pangeran Ai (481 SM), yang menguraikan tentang jalanya pemerintahan yang baik
dan dihukumnya para menteri yang bersalah.
Tiga Kitab Kebajikan
1. Tau Hsuch. Kitab ini secara tradisional
dikaitkan dengan Tseng Tsan, seorang pengikut Kong Hu Cu yang utama, yang
mengenukakan adanya tiga pertalian pokok dalam perkembangan diri yaitu
manifestasi kebajikan yang terkenal, mencintai rakyat, dan berhenti pada
kebaikan yang tinggi.
2. Chung Yung. Kitab ini merupakan doktrin
tentang kehendak (maksud) yang ditulis oleh cucu lelaki Kong Hu Cu bernama Tzu
su dan memberi petunjuk tentang ajaran Chung (maksud) dan Yung (normaliti).
3. Hsioo Ching. Kitab ini kklasik yang
menujukan alimya anak, yang menguraikan percakapan antara Tsung Tzu dan Kong Hu
Cu tentang betapa pentingnya anak yang alim sehingga menjadi dasar dan sumber
dari kebajikan dan budaya bagi kehidupan selanjutnya.
Tiga Kitab Murid Kong
hu Cu
1. Kitab Meng Tsu. Kitab ini berisi himpunan
ceramah dan percakapan antara Meng Tsu dengan para Tuhan tanah, para menteri,
teman-teman dan para muridnya.
2. Kitab Hsun Tsu. Kitab ini aslinya memuat
322 pasal, tetapi kemudian diringkas menjadi 32 pasal.
3. Kitab Tung Dhung Shu. Kitab ini memuat
beberapa bahan ceramahnya dan percakapanya tentang sifat dasar manusia,
filasafat sejarah, dan ilmu pengetahpasa
Kitab-kitab Klasik Cina
1. Yit-sying. Kitab ini merupakan kitab
nujum (ramalan) yang menguraikan tentang “heksagram” yaitu piguraang dari enam
tanda yang seluruhnya bejumlah 64. Unsure dasarnya ialah garis lurus dan garis
patah. Tanda-tanda tersebut secara berurut melambangkan Yang yaitu unsure
duniayang bersifat terang, kering, panas, lelaki, aktif, dan Yin yaitu unsur
dunia yang gelap, basah, dingin, wanita, dan pasif. Inilah kedua dunia yang
mendorong jalan Tao (susunan dunia).
2. Sjoe-tsing. Kitab ini merupakan buku
sejarah atau piagam yang berisi cerita turun temurun raja Tsjou.
3. Sje-tsing. Kitab nyanyian dan
puji-pujian.
4. Sje-tsing kitab tentang musim, kronik
negeri Lu tempat asal kong hu Cu.
5. Li-tsji. Kitab tentang Li, yang memuat
tentang kaidah-kaidah kehidupan dan ritus.
2.6 Etika Dalam Agama
Konghucu
Dengan
dasar keimanan Agama Khonghucu, diturunkanlah ajaran moral dan etika yang
langsung menyangkut prilaku di dalam penghidupan yang bersifat praktis. Dalam
hal ini wajib dicamkan bahwa betapapun indah, praktis dan bermanfaatnya ajaran
itu, tanpa dasar keimanan yang mantap maka akan menjadi dangkal dan gersang.
Sayangnya, banyak orang mempelajari dan melihat Agama Khonghucu hanya dari segi
moral dan etika yang bersifat praktis saja tanpa mau tahu dasar keimanannya.
Jelas cara yang demikian itu tidak tepat dan hasilnya akan jauh dari kebenaran.
Untuk
mengenal ajaran etika Khonghucu secara
mendalam, maka kita harus mengenal apa yang disebut dengan San Kang (tiga
hubungan tata karma), Ngo Lun (Lima norma kesopanan dalam masyarakat ), Pa Te
(Delapan sifat mulia atau delapan kebijakan ), pentingnya nilai belajar bagai
manusia dan etika terhadap makluk halus.
San
kang (tiga hubungan tata karma)
Pengertian
dari San Kang atau tiga hubungan tata karma ini adalah :
a. Hubungan raja dengan menteri atau atasan
dengan bawahan
Ungkapan
khonghucu :
“seorang
raja memperlakukan mentrinya dengan Li
(kesopanan atau penuh dengan budi pekerti yang baik). Seorang mentri mengabdi kepada
raja dengan kesetiaannya.” (Lun Gi III:
19)
Perkataan
khonghucu diatas menggambarkan bahwa seorang pemimpin haruslah bersifat arif
dan bijaksana terhadap orang yang dipimpinnya, dan begitu juga seorang bawahan
haruslah dapat menghormati atasannya sebagai mana layaknya seorang atasan.
b.
Hubungan orang tua dengan anak
Khonghucu
juga membicarakan tentang hubungan bapak dengan anak-anaknya, dan juga
sebaliknya hubungan anak dengan orang tuanya.
Perkataan
khonghucu :
“ Raja berfungsi sebagai fungsi, menteri berfungsi sebagai menteri, ayah berfungsi sebagai ayah dan anak
berfungsi sebagai anak.” (Lun Gi XII: II)
Perkataan
khonghucu di atas menggambarkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari , seseorang
harus dapat menempatkan fungsi sosialnya dengan baik.
c.
Hubungan suami dengan istri
Bagi
Khonghucu hubungan suami dengan istri
haruslah juga didasarkan pada sifat-sifat baik dan terpuji. Seorang suami
haruslah dapat menghormati istrinya dan
begitu juga sebaliknya. Hal ini dapat
dilihat dari kata-kata Mencius di bawah ini :
“Menurut
(mengikuti) sifat-sifat yang benar itulah jalan suci bagi seorang wanita”.
(Mencius III, 2;2) istri yang baik itu adalah istri yang tunduk dan patuh
terhadap printah suaminya, dan istri yang tidak baik adalah istri yang selalu
melanggar perintah suaminya.
Jika
seorang istri dapat menuruti perintah suaminya, bukan berarti suami dapat
berbuat sekehendak hatinya, namun suami hendaklah dapat berbuat yang terbaik
untuk istrinya. Bagi khanghucu sebaiknya suami bersikap sebagai seorang kuncu
(manusia budiman) yang dapat menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga.
2. Ngo Lun (lima norma kesopanan dalam
masyarakat)
Ngo
Lun itu juga disebut sebagai Wu Luen, yang artinya juga “lima norma kesopanan dalam
masyarakat”. Baik Ngo Lun, maupun Wu Luen, mempunyai arti yang sama.
Dalam
San Kang dibicarakan tentang:
1.
Hubungan raja dengan menteri atau hubungan atasan dengan bawahan.
2.
Hubungan Ayah dengan anak,
3.
hubungan suami dengan istri.
Sedangkan,
Dalam Ngo Lun, ketiga hubungan tersebut ditambah dengan dua hubungan lagi
yaitu:
a. Hubungan saudara dengan saudara
perkataan
Khonghucu tentang hubungan saudara dengan saudara:
“Seorang muda, di rumah hendaklah erlaku
bakti, di luar (rumah) hendaklah bersikap rendah hati, hati-hati sehingga dapat
dipercaya, menaruh cinta kepada masyarakat, dan berhubungan erat dengan orang
yang berperi cinta kasih.” (Lun Gi, I:6)
b. Hubungan teman dengan teman
Khonghucu
mengatakan :
“Ada
tiga macam sahabat yang membawa manfaat dan ada tiga seorang sahabat yang
membawa celaka. Seorang sahabat yang lurus, yang jujur, dan yang berpengetahuan
luas, akan membawa manfaat. Seorang
sahabat yang licik, yang lemah dalam hal-hal baik, dan hanya pandai
memutar lidah akan membawa celaka. (Lun Gi, XIV : 4)
BAB III
KESIMPULAN
Agama
Konghucu adalah agama yang dibawa oleh seorang ahli filsafat Cina yang terkenal
sebagai orang pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan
orang Cina yang mendasar. Ajarannya menyangkut kesusilaan perorangan dan
gagasan bagi pemerintahan agar melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyat
dengan teladan perilaku yang baik. Dalam mengajarkan ajaran-ajarannya ia tidak
suka mengkaitkan dengan paham ketuhanan, ia menolak membicarakn tentang akhirat
dan soal-soal yang bersifat metafisika, ia hanya seorang filosof sekuler yang
mempermasalahkan moral kekuasaan dan akhlak pribadi manusia yang baik.
Mengenai
konsep ketuhanan dalam agama Konghucu Tuhan itu tidak dapat diperkirakan dan
ditetapkan, namun tiada satu wujud pun yang tanpa Dia. Dilihat tiada nampak,
didengar tidak terdengar, namun dapat dirasakan oleh orang beriman. Tuhan dalam
ajaran Konghucu sering disebut Thian atau Tee, yang artinya Tuhan Yang Maha
Besar atau Tuhan Yang Maha Menguasai Langit dan Bumi. Selama masa penyebaran
dan perkembangannya agama Konghucu berhasil menyebarluas hingga ke Indonesia
dari mulai masa penjajahan, kemerdekaan, orde baru hingga era reformasi.
Kitab
suci agama Konghucu terdapat 3 kelompok,
yakni: Su Si / Shi Su (Empat Buku), Ngo King (Lima Kitab) dan Hauw King / Xiao
Jing (Kitab Bakti). Secara substansial kitab-kitab suci tersebut merupakan
sumber dari ajaran Konghucu yang oleh pengikutnya dijadikan pedoman dan acuan
dalam pemikiran, tingkah laku, dan kepercayaan. Kitab suci dianggap sebagai
wahyu dari Thian (Tuhan) yang diturunkan kepada mereka yang dianggap sebagai
nabi. Kumpulan wahyu tersebut oleh para tokoh agamanya telah diteliti dan
dibukukan menjadi kitab suci. Apabila dikelompokkan, esensi kitab-kitab suci
tersebut di atas meliputi metafisika, etika, dan upacara peribadatan.
Konghucu
mengembangkan ajaran-ajaran tentang ketuhanan , keimanan , dan tentang
kehidupan setelah kematian. Salah satu contoh ajarannya bahwa menurut
kepercayaan, ibu-bapak yang telah meninggal tetap hidup berkelanjutan dan tetap
mengawasi turunannya. Perembahan makanan pada waktu-waktu tertentu itu bukan
bersifat korban tebusan, tetapi perlambang santap bersama yang dipandang
sakral.
Demikian
mengenai sekte-sekte dalam agama. Konghucu pun memilikinya seperti sekte Hsun
Tsu yang menolak semua yang sifatnya tahayul, seperti ilmu firasat atau ramalan
nasib, dan ia juga mempersoalakan kemanjuran tentang doa-doa permohonan. Ia
juga mengkritik Meng Tsu, menurunya sifat dasar manusia itu jahat dan kebaikan
tu diperoleh dari lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Tinggi_Agama_Konghucu_Indonesia
http://wisnu.blog.uns.ac.id/2011/03/10/pengakuan-agama-khonghucu-di-indonesia/
http://confucianismcrew.blogspot.com/2008/08/kitab-kitab-suci-agama-khong-hu-cu.html
http://taoklp5.blogspot.co.id/2012/05/etika-dalam-agama-khonghucu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar