Analisis
Jenis- Jenis Perkawinan Menurut Manawa Dharmasastra
1.
Jenis-jenis Perkawinan Terpuji (MDS III. 27-30)
Manawa
Dharmasastra III.27
Accadya
carcayitwa ca
Cruti
cila wate swayam
Ahuya
danam kanyaya
Brahma
dharmah prakirtitah
Terjemahan:
Pemberian seorang gadis setelah terlebih dahulu
dirias(dengan pakaian yang mahal) dan setelah menghormati (dengan menghadiahi
permata) kepada seorang yang ahli dalam veda lagi pula budi bahasanya yang baik
yang diundang (oleh ayah si wanita) disebut acara Brahma Wiwaha
Analisis:
Dalam sloka ini menyatakan bahwa Brahma Wiwaha
adalah termasuk jenis perkawinan yang terpuji karena pernikahan dilakukan
ketika seorang wanita menikah dengan laki-laki yang baik budi bahasanya, baik
dalam etika juga pergaulan, laki-laki tersebut juga ahli dalam veda.
Manawa
Dharmasastra III.28
Yajne
tu witate samyag
Rtwije
karma kurwate
Alamkrtya
sutadanam
Daiwam
dharnam pracaksate
Terjemahan:
Pemberian seorang anak wanita yang setelah terlebih
dahulu dihias dengan perhiasan-perhiasan kepada seorang pendeta yang
melaksanakan upacara pada saat upacara itu berlangsung disebut dengan acara
Daiwa Wiwaha
Analisis:
Dalam sloka ini juga menyatakan perkawinan yang
terpuji karena dalam sloka ini menyatakan bahwa wanita yang akan menikah harus
diberikan pernghormatan berupa perhiasan dan dirias terlebih dahulu ketika akan
menikah dan melaksanakan upacara pawiwahan di depan pendeta.
Manawa Dharmasastra
III.29
Ekam
gomithunam dwe wa
Waradadaya
dharmathah
Kanyapradanam
widhi
Wadarso
dharmah sa uchyate
Terjemahan:
Kalau seorang ayah mengawinkan anak perempuannya
sesuai dengan peraturan setelah menerima seekor sapi atau seekor atau dua
pasang lembu dari pengantin pria untuk memenuhi peraturan dharma, disebut acara
Arsa Wiwaha
Analisis:
Dalam sloka
ini juga menyatakan jenis perkawinan yang terpuji karena pernikahan terlaksana
setelah orang tua atau keluarga dari pihak wanita menerima maskawin berupa
seekor sapi atau dua pasang lembu sebagai mahar dari pengantin pria kepada
wanitanya untuk memenuhi peraturan dharma.
Manawa Dharmasastra
III.30
Sahobhau
caratam dharmam
Iti
wacanubhasya ca
Kanyapradanam
abhyarcya
Prajapatyo
widhih smrtah
Terjemahan:
Pemberian seorang anak perempuan (oleh ayah si
wanita) setelah berpesan kepada mempelai dengan mantra “semoga kamu berdua
melaksanakan kewajiban-kewajiban bersama-sama” dan setelah menunjukkan
penghormatan (kepada pengantin pria), perkawinan ini didalam kitab smrti
dinamai acara perkawinan Prajapati.
Analisis:
Sloka ini juga menyebutkan bahwa Prajapati Wiwaha
termasuk jenis perkawinan yang terpuji karena perkawinan ini terjadi setelah
mendapat restu dan nasehat dari orang tua, serta sudah mendapat doa supaya
menjadi keluarga yang bahagia dan sama-sama melaksanakan kewajiban.
2.
Jenis-jenis Perkawinan Normal (MDS III. 31-32)
Manawa Dharmasastra
III.31
Jnatibhyo
drawinam
Dattwa
kanyayai caiwa caktitah
Kanyapradanam
swacchandyad
Asuro
dharma uchyate
Terjemahan:
Kalau pengantin pria menerima seorang perempuan
setelah pria itu memberi maskawin sesuai menurut kemampuannya dan didorong oleh
keinginannya sendiri kepada mempelai wanita dan keluarganya, cara ini dinamakan
perkawinan Asura.
Analisis:
Dalam sloka ini merupakan jenis perkawinan yang
normal atau yang biasanya sering terjadi yaitu ketika seorang pria menikahi
wanita dengan keinginan dan kemampuannya sendiri dan memberikan maskawin atau
mahar sesuai dengan kemampuannya.
Manawa Dharmasastra
III.32
Icchayanyonya
samyogah
Kanyayacca
warasya ca
Gandharwah
satu wijneyo
Maithunyah
kamasam bhawah
Terjemahan:
Pertemuan suka sama suka antara seorang perempuan
dan kekasihnya yang timbul darinafsunya dan bertujuan melakukan perhubungan
kelamin dinamakan acara perkawinan Gandharwa
Analisis:
Dalam sloka ini juga termasuk perkawinan yang normal
atau yang biasanya terjadi di kalangan masyarakat, yaitu dimana ada sepasang
laki-laki dan perempuan yang saling menyukai kemudian ingin menikah dengan
tujuan untuk menikmati kehidupan duniawi sebagai seorang suami istri.
3.
Jenis-jenis Perkawinan Tercela (MDS III. 33-34)
Manawa Dharmasastra
III.33
Hatwa
chitwa ca bhittwa ca
Krocatim
rudatim grihat
Prasahya
kanya haranam
Raksaso
widhi rucyate
Terjemahan:
Melarikan seorang gadis dengan paksa dari rumahnya
dimana wanita berteriak-teriak menangis setelah keluarganya terbunuh atau
terluka, rumahnya dirusak, dinamakan perkawinan raksasa.
Analisis:
Dalam sloka ini menyatakan bahwa Raksasa Wiwaha
merupakan jenis perkawinan yang tercela karena perkawinan ini dilakukan dengan
cara melarikan seorang gadis secara paksa.
Manawa Dharmasastra
III.34
Suptam
mattam pramattam
Wa
raho yatropagacchati
Sa
papistho wiwahanam paicaca
Ccastamo
dhamah
Terjemahan:
Kalau seorang laki-laki dengan mencuri-curi
memperkosa seorang wanita yang sedang tidur, sedang mabuk atau bingung, cara
demikian adalah perkawinan Paisaca yang amat rendah dan penuh dosa.
Analisis:
Dalam skola ini juga menyatakan bahwa Paisaca wiwaha
merupakan jenis perkawinan yang tercela, rendah dan penuh dosa, jangan sampai
orang melaksanakan jenis perkawinan ini, karena perkawinan ini terjadi ketika
seorang laki-laki mencuri, mabuk, dan memperkosa wanita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar