BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
sejarah panjang kehidupan manusia di dunia, ada dua kekuatan besar yang
senantiasa mewarnai kehidupan mereka, yaitu kepercayaan (agama) dan filsafat.
Mereka berani mati demi mempertahankan kepercayaan atau agama, bahkan tidak
jarang dari mereka mengorbankan harta, pikiran, serta tenaga hanya untuk
mempertahankan kepercayaan mereka. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa agama
sudah menjadi bagian dari jiwa manusia dan menjadi kebutuhan manusia, sehingga
setiap manusia banyak kita temui mereka memiliki agama atau kepercayaan menurut
keyakinannya masing-masing.Agama adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.
Iran dan Persia
adalah dua nama yang kerap kali digunakan untuk menunjukkan satu wilayah.
Sebenarnya, antara keduanya tedapat sedikit perbedaan. Salah satu rumpun bangsa
Arya, yaitu bangsa Media, mendiami wilayah Iran bagian barat. Sementara rumpun
bangsa Arya yang lainnya, yaitu bangsa Persia, mendiami bagian selatan wilayah
tersebut.baik bangsa Media maupun Persia, keduanya tunduk pada kekuasaan bangsa
Arya Assyria. Namun, sejak tahun 1000 SM, bangsa Persia berhasil menaklukkan
bangsa Media bahkan menaklukkan Imperium Assyria. Sejak saat itu, wilayah Iran
di kenal dengan nama Persia.
Didunia
ini banyak kita temui macam-macam agama yang dianut oleh manusia. Jika kita
mengetahui masing-masing agama memiliki ciri khas atau karakter yang
berbeda-beda dari masing-masing agama. Diantara agama didunia ini adalah agama
Baha’I dan Zoroaster. Agama Baha’í adalah agama yang independen dan bersifat
universal, bukan sekte dari agama lain. Agama Baha’i dimulai di Iran pada abad
19. Pendirinya bernama Baha’ullah. Pada awal abad kedua puluh satu, jumlah
penganut Baha’i sekitar enam juta orang yang berdiam di lebih dari dua ratus
negeri di seluruh dunia.
Dalam
ajaran Baha’i, sejarah keagamaan dipandang sebagai suatu proses pendidikan bagi
umat manusia melalui para utusan Tuhan, yang disebut para Perwujudan Tuhan.
Baha’ullah dianggap sebagai Perwujudan Tuhan yang terbaru. Dia mengaku sebagai
pendidik Ilahi yang telah dijanjikan bagi semua umat dan yang dinobatkan dalam
agama Kristen, Islam, Buddha, dan agama-agama lainnya. Dia menyatakan bahwa
misinya adalah untuk meletakkan pondasi bagi persatuan seluruh dunia, serta
memulai suatu zaman perdamaian dan keadilan, yang dipercayai umat Baha’i pasti
akan datang.
Mendasari
ajaran Baha’i adalah keesaan Tuhan (walau dengan penyebutan nama Tuhan yang
berbeda-beda), kesatuan agama, dan persatuan umat manusia, para utusan Tuhan yg
bersumber pada satu sumber yang sama. Pengaruh dari asas-asas hakiki ini dapat
dilihat pada semua ajaran kerohanian dan sosial lainnya dalam agama Baha’i.
Misalnya, orang-orang Baha’i tidak menganggap persatuan sebagai suatu tujuan
akhir yang hanya akan dicapai setelah banyak masalah lainnya diselesaikan lebih
dahulu, tetapi sebaliknya mereka memandang persatuan sebagai langkah pertama
untuk memecahkan masalah-masalah itu. Hal ini tampak dalam ajaran sosial Baha’i
yang menganjurkan agar semua masalah masyarakat diselesaikan melalui proses
musyawarah. Sedangkan agama Zoroaster adalah Zoroaster
merupakan salah satu agama wahyu yang tertua yang masih hidup sampai sekarang.
Agama ini pernah menjadi agama negara bagi tiga kerajaan besar di Iran yang
hidup dan berkembang hampir berkesinambungan sejak abad ke-6 SM sampai abad
ke-7 M, serta banyak menguasai daerah Timur Dekat dan Tengah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana
sejarah agama Baha’i?
1.2.2 Bagaimanakah
system ajaran agamaBaha’i ?
1.2.3 Bagaimanakah
praktik keagamaan dan ritual dalam agama Baha’i?
1.2.4 Apa
saja tempat suci dan siapa sajakah para pakar agama Baha’i?
1.2.5 Bagaimana sejarah agama Zoroaster?
1.2.6 Apasajakah
ajaran-ajaran agama Zoroaster?
1.2.7 Bagaimana
praktik keagamaan dalam agama Zoroaster?
1.2.8 Apa
sajakah aliran-aliran agama Zoroaster?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk
memahami sejarah agama Baha’i
1.3.2 Untuk
ajaran dalam agama Baha’i
1.3.3 Untuk
mengetahui praktik keagamaan dan ritual dalam agama Baha’i
1.3.4 Untuk
mengetahui tempat suci serta para pakar dalam agama Baha’i
1.3.5 Untuk
memahami sejarah agama Zoroaster
1.3.6 Untuk
mengetahui ajaran-ajaran dalam agama Zoroaster
1.3.7 Untuk
mengetahui praktik keagamaan dalam agama Zoroaster
1.3.8 Untuk
memahami aliran-aliran dalam agama Zoroaster
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Agama Baha’i
Sejarah
lahirnya agama Baha’i tidak dapat dilepaskan dari nama Sayyid Ali Muhammad dari
Shiraz, Iran. Meskipun beberapa literatur menyebutkan nama Baha’ullah sebagai
pendiri agama ini, tetapi sebenarnya, agama ini dideklarasikan pertama kali
oleh Ali Muhammad. Pada tahun 1844 M di Iran, Ali Muhammad berdakwah. Ali
kemudian mendapat gelar suci al-Baab atau sang bab atau sang pintu
hidayah.
Akan
tetapi, karena ajaranya dianggap sesat oleh pemerintah Iran saat itu, sang Bab
diasingkan ke pegunungan Azerbaijan yang mayoritas bersuku Kurdi. Ditempat
persaingan ini ajarannya justru mendapat sambutan luar biasa. Namun, karena
dianggap membahayakan syariat Islam, Shah Iran memustuskan menghukum mati Sang
Bab pada tahun 1850 dikota Tabriz. Setelah kematian Ali Muhammad, tampuk
kepemimpinan agama Baha’i dipegang oleh Mirza Husein Ali. Seorang bangsawan
dari keluarga penguasa Shah Iran. Mirza inilah yang kemudian digelari
Baha’ullah karena ia berjasa menyusun kitab suci dan merumuskan fondasi dasar
kehidupan agama Baha’i. Dari gelar itulah nama agama Baha’i diambil, dan
meninggal pada tahun 1892. Yang tak berbeda dari nasib yang dialami oleh
Baha’ullah. Meskipun ia tidak sampai dihukum mati. Pada tahun 1860, diusir dan
diasingkan ke Baghdad dan dipenjara dibawah tanah selama lima tahun. Baha’ullah
menyebarkan ajaran Baha’i melalui tulisan dan ceramah.
Setelah
itu kepemimpinan agama Baha’i dilanjutkan oleh putranya, Abdul Baha. Akan
tetapi, ia juga bernasib sama dengan ayahnya yang mendekam dipenjara. Tahun
1908 Abdul Baha bebas dari penjara ketika kesultanan Turki Ustmani runtuh
akibat revolusi di Turki. Sebelum meninggal dunia Abdul Baha berwasiat bahwa
kelak yang menggantikan keduduannya sebagai pemimpin umat Baha’i adalah cucu
tertuanya, yaitu Shoghi Effendi Rabbani. Dan selepas Shoghi Effendi, umat
Baha’i dibimbing oleh lembaga international yang dinamakan Balai Keadilan
Sedunia atauBaha’i International Community (BIC). Sejak itu agama
Baha’i terus berkembang. Meskipun agama Baha’i menyebar ke banyak negara
didunia namun tidak semua negara mengakui keberadaannya. Termasuk di Iran,
Agama Baha’i juga mendapat perlawanan keras. Bahkan banyak pengikut Baha’i yang
dieksekusi.
a. Kitab Suci Agama Baha’i
Dalam
Agama Baha’i, ada beberapa sumber ajaran yang dijadikan pedoman hidup maupun
pedoman dalam menjalankan ajaran agama. Misalnya, buku-buku dan surat-surat
yang ditulis Abdul Baha dan Shoghi Effendi. Adapun kitab suci yang utama bagi
agama ini adalah kitab suci I-Aqdas (Kitab Tersuci) yang
diturunkan di Akka Israel. Sebagian besar Hukum yang ada dalam ajaran agama
Baha’i terdapat dalam kitab I-Aqdas tersebut. Akan tetapi hukum-hukum itu
akan diterapkan secara bertahap sesuai dengan keadaan masyarakat. Beberapa
hukum Baha’i yang sudah berlaku secara umum yaitu :
1. Sembahyang
wajib Baha’i
2. Membaca
tulisan suci tiap hari
3. Dilarang
bergunjing dan memfitnah
4. Menjalankan
puasa setiap tahun
5. Dilarang
meminum minuman beralkohol dan obat bius terlarang
6. Dilarang
melakukan hubungan seksual diluar nikah dan homoseksual, dan
7. Dilarang
berjudi.
Sedangkan kepercayaan dalam Agama Baha’i diklaim
mengikuti wahyu-wahyu Tuhan yang diterima dan disampaikan oleh agama-agama
sebelumnya. Karena menurut mereka ajaran-ajaran khas yang terdapat dalam agama
Baha’i dianggap Illahiah dalam asal, ilmiah dalam metode dan humanistik dalam
konsep. Mereka juga menjelaskan wahyu dalam agama ini dikatakan
berkelanjutan dan pregresif, tidak absolut, tetapi relatif. Sebagaimana
keyakinan dalam islam, nabi-nabi terdahulu menyampaikan bahwa firman yang sama
dan menyatakan kepercayaan yang sama.Oleh karena itu pesan moral yang
diyakini sama, meskipun mungkin ada perbedaan dalam hal-hal yang tidak esensial
sesuai dengan waktu dan tempat-tempat tertentu. Kelompok menerima kesatuan
fundamental manusia yang tahap terakhir datangnya kedewasaan sosial yang akan
datang tidak hanya penting, tetapi tidak terelakkan.
b.
Perkembangan Agama Baha’i di Dunia
Penganut faham agama ini
mencapai 5 juta jiwa. Mayoritas tersebar di Iran, Suriah, Lebanon, dan
Palestina. Pusat aliran Bahaiyah di Timur Tengah terletak di kota Haifa,
Palestina. Baha’iyah berkembang di Eropa dan Amerika berpusat di Chicago. Agama
ini dinilai Abu Zahrah sebagia ajaran yang diada-adakan belaka. Mereka
menggunakan topeng Taqiyah, yaitu cara mengelabui manusia dengan menyembunyikan
dogmanya, padahal yang terselubung di dalam hatinya adalah usaha untuk
mendangkalkan aqidah Islam dan menghancurkan ajaran-ajarannya dan menjauhkan
dari pemeluknya.
Berdasarkan The World
Almanac and Book of Facts 2004, kebanyakan penganut Baha’i hidup di Asia
yaitu sekitar 3,6 juta, Afrika sekitar 1,8 juta, dan Amerika Latin sekitar
900.000. Menurut beberapa perkiraan, masyarakat Baha’i yang terbesar di
dunia adalah India dengan 2,2 juta orang Baha’i, kemudian Iran, dengan 350.000,
dan Amerika Serikat, dengan 150.000. Selain negara-negara itu, jumlah penganut
sangat berbeda-beda. Pada saat ini, belum ada negara yang mayoritasnya beragama
Baha’i. Guyana adalah negara dengan persentase penduduk yang beragama Baha’i
yang paling besar yaitu sekitar 7,0%.
Sedangkan ajaran Baha’i di
Indonesia didasarkan kajian pustaka pada suatu tesis tahun 1991 dari Uniersitas
Monash Australia yang membahas mengenai agama Baha’i di Indonesia dapat dibagi
atas 3 bagian berdasarkan tahun masuknya yaitu sebagai berikut :
1. Tahun 1882-1883
Agama
Baha’i masuk pertama kali ke Indonesia, saat Indonesia masih dalam penjajahan
Belanda dan dikenal dengan nama Hindia Belanda pada akhir tahun 1882 oleh Jamal
Effendi dan Mustafa Rummi. Mereka yang berangkat dari India dan mengadakan
perjalanan ke beberapa negara di Asia Tenggara sebelum tiba di Ibukota Batavia
(sekarang Jakarta) setelah mendapat visa masuk untuk menetap selama 6 bulan di
Singapura. Setelah tinggal beberapa minggu di awal tahun 1883 mereka
melanjutkan perjalanan ke Surabaya, Bali, dan Sulawesi. Di Sulawesi mereka
mengunjungi Makasar, Pare-pare, Padalia (desa perbatasan kabupaten Bone dan
Wajo) di sana mereka terkenal sebagai tabib. Saat Jamal Effendi mencoba masuk
kembali ke Indonesia, permohonan visa-nya di tolak oleh pemerintah kolonial.
2. Tahun 1925
Tokoh
Baha’i berikut yang masuk ke Hindia Belanda adalah W.E.M Grosfeld, seorang
Belanda yang telah lama tinggal di Batavia sebelum dia sendiri mengenal ajaran
agama Baha’i. Pada tahun 1925 W.E.M Grofeld tinggal di Indonesia hingga masa
kemerdekaan, selanjutnya dia bekerja di kantor Percetakan Negara di Jakarta.
3. Tahun 1953
Berdasarkan
laporan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1953 bahwa hanya ada satu
dokter untuk setiap 60.000 jiwa atau tidak lebih dari 3
orang lulusan sekolah-sekolah kedokteran Indonesia dalam kurun waktu
3 tahun. Oleh karena itu, Indonesia termasuk negara muda yang sangat memerlukan
dokter. Untuk memenuhi kebutukan yang sangat mendesak saat itu.
Pada tahun 1962, Soekarno
melarang organisasi Baha’i beserta 6 organisasi asing lainnya. Alasan
pelarangan ini karena prinsip dan tujuan organisasi di nilai tidak sesuai
dengan identitas bangsa Indonesia, menghalangi penyelesaian revolusi dan
bertentangan dengan paham sosial bangsa Indonesia. Hal ini menyebabkan agama
Baha’i sejak awal tidak pernah di sadari keberadaannya oleh masyarakat
Indonesia pada umumnya dan hanya memiliki jumlah mukmin yang kecil. Dengan
adanya pelarangan tersebut, agama Baha’i semakin tidak di ketahui, bahkan di
anggap tidak pernah ada di Indonesia. Hingga di masa revormasi ini, tatkala
kesadaran pluralisme dan hasrat untuk mengetahui agama-agama lain di luar agama
sendiri timbul memberikan peluang bagi umat Baha’i untuk berbicara mengenai
agama Baha’i.
Akan tetapi, setelah faham itu
mati sekitar 42 tahun, begitu Gus Dur terpilih menjadi Presiden RI, lalu
pengurus Baha’i datang ke Gus Dur dan melakukan loby. Akhirnya Gus Dur datang
ke Bandung untuk meresmikan tempat ibadah Baha’i yang telah di larang sekitar
42 tahun tersebut.
2.2
Ajaran Agama Baha’i
1. Ke
Esaan Tuhan
Baha’ullah mengajarkan
bahwa hanya ada satu Tuhan Yang Maha Agung, yakni Tuhan Yang Maha Esa yang
telah mengirim para Rasul dan Nabi untuk membimbing manusia. Oleh karena itu,
semua agama yang bersumber dari satu Tuhan ini, haruslah menunjukkan rasa
saling menghormati, mencintai, dan niat baik antara satu dengan yang lain. Umat
Baha’i percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta alam semesta dan Dia bersifat
tidak terbatas, tak terhingga dan Maha Kuasa. Tuhan tidak dapat dipahami, dan
manusia tidak bisa sepenuhnya memahami realitas Keilahian-Nya. Oleh karena itu,
Tuhan telah memilih untuk membuat Diri-Nya dikenal manusia melalui para Rasul
dan Nabi, seperti Ibrahim, Musa, Krishna, Zoroaster, Budha, Isa, Muhammad, dan
Baha’ullah. Para Rasul dan Nabi yang suci itu bagaikan cermin yang memantulkan
sifat-sifat dan kesempurnaan Tuhan. Mereka merupakan saluran suci untuk
menyalurkan kehendak Tuhan bagi umat manusia melalui Wahyu Ilahi, yang terdapat
dalam Kitab-kitab Suci berbagai agama di dunia. Wahyu Ilahi adalah “Sabda
Tuhan” yang dapat membuka potensi rohani setiap individu serta membantu umat
manusia berkembang terus-menerus menuju potensinya yang tertinggi.
2. Percaya
kepada para Rasul sebagai utusan Tuhan
Agama Bahai percaya
kepada para rasul yang telah diturunkan oleh Tuhan kedunia untuk membimbing
manusia kejalan yang benar dan lurus. seperti Ibrahim, Musa, Krisnha, Musa,
Isa, Muhamad dan Baha’ullah. Disetiap masa Rosul akan mengirimkan rasul karena
manusia selalu membutuhkan pembimbing untuk mengarahkan manusia. Ajaran dan
hukum yang dibawa para Rosul untuk manusia tidak berlaku selamanya karena kondisi
di dunia selalu berubah.
3. Keselarasan
dan Toleransi antar Umat Beragama
Umat Baha’i percaya
bahwa tujuan agama adalah mewujudkan persatuan dan kebahagiaan bagi seluruh
umat manusia. Saling menghormati dan mencintai serta kerja sama di antara
pemeluk agama yang berbeda akan membantu terwujudnya masyarakat yang damai.
Karena itu, umat Baha’i aktif berperan di berbagai usaha serta proyek-proyek
yang memajukan persatuan agama dan yang meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
terhadap agama-agama lain. Umat Baha’i menghormati keanekaragaman dalam
melakukan ibadah keagamaan.
4. Kesatuan
Dalam Keanekaragaman
Salah satu ciri khas
masyarakat Baha’i di seluruh dunia adalah keanekaragaman anggotanya. Agama
Baha’i merangkul orang-orang yang berasal dari ratusan ras, suku, dan bangsa,
bermacam-macam profesi, serta berbagai golongan sosial ekonomi. Semuanya
bersatu demi mengabdi pada kemanusiaan. Dalam masyarakat Baha’i keanekaragaman
dihormati dan dihargai dan pengalaman persatuan ini menunjukkan bahwa umat
manusia dengan segala keanekaragamannya, dapat hidup bersatu dengan penuh
kedamaian dan cinta.
5. Kesatuan
Umat Manusia
Agama Baha’i
mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan Tuhan, dan mereka harus
diperlakukan dengan baik, harus saling menghargai dan menghormati. Baha’ullah
mencela prasangka ras dan kesukuan, serta mengajarkan bahwa semua orang adalah
anggota dari satu keluarga manusia, yang justru diperkaya dengan
keanekaragamannya.
6. Sifat
Roh dan Kehidupan Sesudah Mati
Umat Baha’i percaya
tentang adanya roh yang kekal yang ada pada setiap manusia walaupun kita tidak
sepenuhnya mampu memahami sifat roh itu. Dalam kehidupan yang fana ini, roh
seseorang tumbuh dan berkembang sesuai dengan hubungan rohaninya dengan Tuhan.
Hubungan ini dapat dipelihara dengan jalan mengenal Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya
yang diwahyukan oleh para Rasul dan Nabi-Nya, seperti cinta pada Tuhan, doa,
meditasi, puasa, disiplin moral, kebajikan-kebajikan Ilahi, menjalankan
hukum-hukum agama, dan pengabdian kepada umat manusia. Semua itu memungkinkan
manusia untuk mengembangkan sifat-sifat rohaninya, yang merupakan pondasi bagi
kebahagiaan manusia serta kemajuan sosial, dan juga untuk menyiapkan rohnya
untuk kehidupan sesudah mati.
7. Budi
Pekerti yang Luhur
Umat Baha’i percaya
bahwa manusia harus berupaya memperoleh sifat-sifat mulia serta bertingkah laku
sesuai dengan standar moral yang tinggi. Salah satu tujuan dasar kehidupan
Baha’i adalah mengembangkan dan memperoleh sifat-sifat mulia seperti kebaikan
hati, kedermawanan, toleransi, belas kasihan, sifat dapat dipercaya, niat yang
murni, dan semangat pengabdian. Umat Baha’i dilarang bergunjing, berbohong,
mencuri, dan berjudi. Kebajikan-kebajikan tersebut diajarkan kepada anak-anak
sejak usia dini, sehingga menjadi bagian utama dari akhlak mereka dan
mengarahkan mereka kepada Tuhan, sehingga dengan demikian mereka akan lebih
mampu mengabdi pada umat manusia.[12]
8. Kemandirian
dalam mencari kebenaran
Dalam pencarian
kebenaran mesti indevenden,tidak terkekang oleh sikap takhayul atau
tradisi.setiap orang yang ingin jadi pengikut baha’i harus memiliki keinginan
untuk mencari kebenaran Tuhan tanpak menyandarkan diri kepada para Nabi atau
tradisi-tradisi masa lalu.kebebasan manusia melihat perwujudan tuhan melalui
pandangan kesatuan dan memandang semua urusan dilihat dengan tajam.merupakan
salah satu dasar pengajaran baha’i.
9. Surga
dan Neraka
Ganjaran dan hukuman
sangatlah perlu agar ada tata tertib di dunia. Ganjaran dan hukuman adalah
konsekuensi yang wajar bagi perbuatan-perbuatan kita. Para perwujudan Tuhan
telah mengajarkan kepada kita mengenai kehidupan setelah mati dalam kiasan
tetapi Bahaullah bersabda bahwa kita sudah siap untuk mengetahui arti
sebenarnya dari surga dan neraka. Dua kenyataan penting yang harus kita ingat
adalah:
a. Jiwa
kita kekal dan terus hidup setelah kita mati
b. Akibat-akibat
dari perbuatan kita di dunia akan berlangsung terus bahkan setelah roh kita
meninggalkan badan.
10. Perbedaan
antara kekayaan dan kemiskinan harus di hilangkan.
Baha’ullah datang dari
kalangan keluarga kaya, tetapi menghabiskan masa hidupnya, lebih banyak di
penjara sehingga dia benar-benar menyadari dan merasakan perbedaan
tersebut.oleh karena itu, ia meyakini bahwa perbedaan tersebut tidak sehatdan
tidak normal danharus dihilangkan. Sekalipun demikian, ia tidak memberikan
rencana terperinci tentang sebagaimana seharusnya mengubah kondisi demikian.
Hanya saja, dia menganjurkan kepada golongan kayadi seluruh dunia untuk
bermurah hati dan menyumbangkan sebagian hartanya kepada orang miskin. Dia pun
menganjurkan kepada semua pemerintahan di seluruh dunia untuk membuat peraturan
atau undang-undang yang menghalangi trjadinya jurang pemisah yang tajam antara
yang miskin dan kaya.
2.3
Praktik Keagamaan dan Ritual agama Baha’i
Dalam
ajaran agama Baha’i, sejarah keagamaan dipandang sebagai suatu proses
pendidikan bagi umat manusia para utusan Tuhan, yang disebut para “Perwujudan
Tuhan”. Dalam hal ini Baha’ullah dianggap sebagai Perwujudan Tuhan yang terbaru
tersebut. Ia mengaku sebagai pendidik illahi yang telah dijanjikan bagi semua
umat sebagaimana dinubuatkan dalam agama Kristen. Islam, Buddha, dan
agama-agama lainnya. Didalam keyakinan Baha’i tidak terdapat pendetan atau
sakramen, dan hampir tidak dijumpai ritual. Secara umum hanya ada tiga ritual
utama dalam agama ini, yaitu doa harian wajib, membaca doa bagi orang mati
dipemakaman, dan ritus pernikahan sederhana. Setidaknya, terdapat dua alasan
agama Baha’i mendindari ritual. Pertama, ritual mudah berubah
dan bisa menjadikan tidak berarti sehingga orang membawa mereka keluar demi
ritual dan melupakan tujuan spiritual di belakang mereka. Kedua, ritual
dapat menjadi bentuk imperialisme budaya, memaksakan ritual yang sama pada
budaya yang berbeda dan menghancurkan keragaman mereka. Berikut ini beberapa
praktik keagamaan ataupun ibadah yang harus dilaksanakan oleh umat Baha’i :
1. Doa
atau sembahyang
Doa merupakan unsur
yang sangat penting dan harus dilakukan setiap hari, biasanya di rumah. Dalam
agama ini, ada tiga macam doa salah satunya harus dijalankan setiap hari.
Ketika berdoa, para penganut Baha’i harus menhadap ke Akka, Israel. Tujuan dari
sembahyang wajib adalah untuk menumbuhkan kerendahan hati dan pengabdian. Cara
umat Baha’i berdoa kepada Tuhan yaitu :
a. Meditasi.
Sebagaimana disebutkan dala kitab sucinya Baha’ullah mengajarkan pengikutnya
agar senantiasa bermediasi setiap hari, berfikir tentang apa yang mereka
lakukan pada siang hari dan pada apa tindakan mereka yang layak. Akan tetapi
mereka harus menghindari takhayul pada saat melakukan meditasi.
b. Shalat
wajib. Shalat wajib yang diajarkan Baha’i ialah berdoa minimal satu kali dalam
sehari. Doa-doa tersebut diajarkan Bah’ullah sebagai sebuah kewajiban bagi
semua Baha’i dari usia 15 tahun keatas. Salat satu dari tiga shalat wajib yaitu
:
1) Doa
pendek dibacakan sekali setiap 24 jam antara sing dan matahari terbenam.
2) Doa
menengah diucapkan tiga kali sehari pagi, siang, dan malam hari.
3) Doa
panjang yang harus dibacakan sekali dalam setiap 24 jam setiap saat, idealnya
ketika dalam keadaan kagum dan hormat.
Sebelum melaksanakan shalat, seseorang harus berwudlu terlebih dahulu. Doa atau
shalat harus dilakukan ditempat yang bersih dan menghadap ke gunung karmel,
Akka, Palestina hanya mereka yang sakit atau tua (lebih dari 70 tahun) dibebaskan
dari pelaksanaan ibadah, namun mereka harus membaca ayat tertentu dari kitab
suci mereka sebanyak 95 kali selama periode 24 jam. Bagi orang yang berpergian
dan wanita selama periode menstruasi juga dibebaskan pelaksanaan ibadah.
Membaca doa satu shalat wajib sehari bukan satu-satunya bentuk doa, bahaullah
juga mengajarkan bahwa hidup seseorang secara keseluruhan harus berdoa dan
hidup dalam semangat yang tepat.
2. Berpuasa
17 hari
Selain melaksanakan
doa, pemeluk agama Baha’i juga melaksanakan ibadah puasa. Akan tetapi, puasa
umat Baha’i berbeda halnya dengan puasanya umat islam yang melaksanakannya
selama sebulan penuh. Kaum Baha’i hanya 17 hari.
Pelaksanaan puasa dalam
agama Baha’i ialah setiap tahun baru Baha’i. Dalam kalender barat, periode ini
terjadi antara tanggal 2-21 Maret. Puasa dipandang sebagai periode persiapan
spiritual dan regenerasi untuk tahun baru didepan. Selain itu, puasa merupakan
sebuah latihan sebagai suatu disiplin untuk jiwa. Mereka berpantangdari makanan
sebagai simbol luar yang berpengaruh cepat denagn spiritual. Dengan
berpuasa, berarti mereka melakukan praktik menahan diri (menjauhkan diri) dari
semua selera tubuh dan lain sebagainya. Sehingga, mereka mampu berkonsentrasi
pada diri sendiri sebagai makhluk spiritual dan untuk mendekat diri kepada
allah swt. Puasa dipraktikan oleh semua Nabi yang dihormati oleh umat Baha’i.
Ada keringanan, bahkan diperbolehkan tidak melaksanakan puasa bagi orang sakit,
lanjut usia, anak kecil, ibu hamil atau menyusui, wisatawan, dan mereka yang
melakukan pekerjaan fisik berat.
3. Pernikahan
Menurut agama Baha’i,
pernikahan bertujuan demi tercapainya keselarasan, persahabatan, dan persatuan.
Dalam ajaran ini, pernikahan merupakan benteng kesejahteraan dan keselamatan,
dan menempatkan lembaga keluarga sebagai pondasi struktur masyarakat manusia.
Bahaullah sangat memuji lembaga perkawinan dan menyatakan sebagai perintah
abadi tuhan. Perceraian diperbolehkan, tetapi hanya setelah pasangan tinggal
satu tahun berpisah, sambil mencoba menyelesaikan perselisihan.
4. Hari-hari
Besar
Dalam agama Baha’i,
terdapat beberapa hari besar yang dirayakan oleh seluruh pemeluk agama ini.
Hari-hari besar itu untuk memperingati peristiwa-peristiwa khusus dalam sejarah
agama Baha’i. Berikut hari-hari besar itu adalah
a. 21
Maret merupakan hari raya Naw-Ruz (tahun baru)
b. 21
April merupakan Hari raya Ridwan pertama, pengumuman Bahaullah (1863) pukul
03.00 sore
c. 29
April merupakan hari raya Ridwan ke sembilan
d. 02
Mei merupakan pengumuman Sang Bab (1844) 2 jam 11 menit setelah matahari
terbenam pada tanggal 22 Mei atau Hari lahir Abdul Baha.
e. 29
Mei merupakan hari Wafatnya Bhaullah (1892) pukul 03.00 pagi
f. 09
Juli merupakan hari kesyahidan Bab (1850) pada tengah hari
g. 20
Oktober merupakan hari lahir Sang Bab (1819)
h. 12
November merupakan hari lahir Bahaullah (1817)
i. 26
November merupakan hari perjanjian
j. 28
November merupakan hari wafatnya Abdul Baha (1921) pukul 01.00 pagi
k. 26
Februari-1 Maret merupakan hari-hari sisipan (ayami-ha)
l. 2-20
Maret merupakan hari Puasa
2.4 Tempat Suci dan
Ibadah serta pakar Agama Baha’i
a.
Tempat Suci dan Ibadah
Tempat
atau rumah ibadah agama Baha’i dinamakan Mashriqul Adhkar atau
tempat terbit pujian kepada tuhan. Tempat ibadah ini digunakan untuk berdoa,
meditasi, dan melantunkan ayat-ayat suci Baha’i maupun agama-agama lain. Rumah
agama Baha’i terbuka bagi orang-orang dari semua agama. Sampai sekarang
diseluruh dunia, terdapat tujuh rumah ibadah Baha’i, yakni di New Delhi, India;
Kampala, Uganda; Frankfurt, Jerman; Wilmette, Illinois, Amerika Serikat; Panama
City, Panama; Apia, Samoa Barat; dan sidney, Australi. Diseluruh dunia, sudah
disiapkan lebih dari 120 lokasi akan didirikannya rumah-rumah ibadah tersebut.
Pada masa yang akan datang, setiap masyarakat Baha’i setempat akan mempuyai
rumah ibadahnya sendiri.
Selain
memiliki tempat ibadah, agama Baha’i memiliki dua tempat yang sangat disucikan,
yaitu makam Sang Bab dikota Haifa, Israel, dan makam Bahaullah dikota Akka,
juga di Israel, sekitar 16 km kearah utara. Taman Baha’i yang terletak dikota
Haifa berada dijantung kota, yang terdiri atas sebuah tangga dari 19 teras yang
luasnya sampai lereng utara gunung Karmel. Setiap tingkatnya dihias secara
tersendiri. Beraneka ragam tumbuhan dan pepohonan menghiasi taman gantung ini,
mulai dari pohon palem sampai bunga kembang sepatu.
b. Pakar
Agama Baha’i
1. Sayyid
Ali Muhammad atau lebih dikenal dengan Sang Bab, dia mengumumkan bahwa dia
adalah pembawa amanat baru dari Tuhan. Dia juga mengatakan bahwa dia datang
untuk membuka jalan bagi wahyu yang lebih besar lagi, yang disebutnya “Dia yang
akan Tuhan Wujudkan”.
2.Mirza Husain Ali atau
yang lebih dikenal dengan gelar Bahaullah (kemuliaan tuhan). Dia menyebarkan
ajaran ini kepada masyarakat setempat, ia mulai mendidik dan menghidupkan
kembali umat melalui tulisan dan teladannya. Pada masa dikota Baghdad, lahir
beberapa kitab suci agama Baha’i yang penting, seperti kalimat yang berbunyi,
“tujuh lembah”, dan kitab I-Iqlan (Kitab keyakinan).
3. Abdul Baha atau
biasa dipanggil Abbas Effendi, dia adalah anak dari Bahaullah yang melanjutkan
ajaran yang telah dirintis oleh ayahnya. Hidupnya digunakan untuk melakukan
perjalanan ke beberapa negara di dunia. Antara tahun 1911-1913, Abdul baha
melakukan perjalanan ke Mesir, Eropa, dan Amerika.Ia mengumumkan misi ayahnya
mengenai perdamaian dan keadilan sosial kepada para umat semua agama. Berbagai
organisasi pendukung perdamaian, para pengajar diuniversitas-universitas,
wartawan, pejabat pemerintah, serta khalayak umum lainnya.
4. Shogi
Effendi adalah cucu dari Abdul baha, dia mendapat wasiat dari kakeknya ditunjuk
sebagai “Wali Agama Tuhan” Dia banyak menerjemahkan banyak tulisan suci
Bahaullah dan Abdul Baha kedalam bahasa Inggris sekaligus menjelaskan makna
dari tulisan-tulisan suci tersebut. Selain itu, Shogi Effendi juga membantu
didirikannya lembaga-lembaga masyarakat Baha’i yang berdasarkan pada ajaran
pendahuluannya diseluruh penjuru dunia. Setelah Shogi Effendi meninggal dunia,
kepemimpinan agama Baha’i tidak lagi berdasarkan pada keturunan Bahaullah,
melainkan oleh seseorang yang dipilih dari berbagai perkumpulan Baha’i di
seluruh dunia. Didalam agama ini pun, tidak ada sekte ataupun aliran.
2.5 Sejarah Agama Zoroaster
Agama
Zoroaster, di kenal di dunia Barat dengan nama Zoroastrianism karena nabinya
dari agama ini adalah Zarathutra.Zarathustra lahir di Sebelah Utara tanah Iran,
tepatnya di kota Azarbaijan. Tinggal seorang lelaki bernama Porushop Spitama,
dari suku spitama, bersama istrinya Dughdova yang cantik jelita yang ketika itu
masih berusia 15 tahun. Isterinya yang belum dijamah suaminya itu melahirkan
seorang putera yang diberi nama Zarathustra. Pada saat kelahiran bayi itu
kepala kaum majus di tanah Iran bernama Durashan mendadak gemetar ketakutan
amat sangat dan beroleh firasat bahwa seorang bayi baru telah lahir kedunia
yang kelak akan menghancurkan agama majusi beserta pemujaaan berhala dan akan
memusnahkan kaum majus dari permukaan bumi.
Banyak sekali teori
yang mengemukakan tentang tahun-tahun kehidupannya, diantaranya kemungkinan ia
hidup pada tahun 660-583 SM, tetapi tidak ada yg menjamin bahwa kisaran tahun
ini adalah tahun yang tepat. Di lihat dari perkiraan tahun tersebut, tampaknya
Agama Zoroaster merupakan salah satu agama wahyu yang
tertua yang masih hidup sampai sekarang. Agama ini pernah menjadi agama negara
bagi tiga kerajaan besar di Iran yang hidup dan berkembang hampir
berkesinambungan sejak abad ke-6 SM sampai abad ke-7 M, serta banyak menguasai
daerah Timur Dekat dan Tengah.
Di
wilayah Indo-Iran, anak yang berumur sekitar tujuh tahun sudah mulai memperoleh
pelajaran keagamaan kependetaan secara lisan karena belum ada pengetahuan
menulis. Tentunya pelajaran tersebut menyangkut tentang cara beribadah,
ajaran-ajaran pokok agama, hapalan-hapalan doa dan pujian pujian kepada Tuhan.
Sewaktu masih kecil diceritakan, ia sangat cerdas dan tangkas bicara sehingga
teman-temannya sangat segan kepadanya. Orang Iran berpendapat bahwa kematangan
atau kedewasaan seseorang itu tercapai pada usia 15 tahun, dan pada sekitar
usia itu pula lah Zarathustra mulai menjadi pendeta. Menjelang umur 20 tahun ia gemar
mengembara kesana kemari serta memberikan bantuan kepada orang yang melarat dan
kesusahan. Dan pada usia 20 tahun ia pun dikawainkan oleh ibunya dengan seorang
gadis bernama Havivi.
Pada
usia 30 tahun, Zarathustra menerima wahyu yang peratama. Diceritakan bahwa
suatu ketika ia sedang berada di suatu perkumpulan untuk merayakan musim semi.
Ia pergi saat fajar ke sungai untuk mengambil air bagi keperluan upacara haoma.
Ia menyebrang ke tengah sungai untuk mengambil air dari aliran yang ada di
tengah.ketika hendak kembali ke pinggir, dia menemukan dirinya dalam
keadaan kesucian ibadat (ritual),muncul dari unsur yang murni, air, dalam
kesegaran fajar musim semi. Ia melihat bayang-bayang. Di tepian sungai dia
melihat suatu zat yang berkilauan yang menyebut diri sebagai Vohu Manah (itikad
baik), yang kemudian membawanya kehadapan Tuhan Ahura Mazda serta lima bentuk
badan yang bersinar. Dihadapan mereka, Zarathustra tidak melihat bayangannnya
karena mereka memancarkan cahaya yang terang benderang. Dan saat itulah ia
menerima wahyu. Agama yang diajarkan oleh Zarathusthra telah dikenal sebagai agama
Zoraster, tetapi sesungguhnya nama yang diberikannya sendiri adalah agama
Mazdayasna, kebaktian kepada Mazda, yakni Tuhan Maha Segala Yang Esa, Sejati,
dan Maha Mengetahui. Setelah ia menerima wahyu pertamanya,10 tahun pertama
ia melakukan penyebaran agamanya itu di kota kelahirannya yaitu Iran Utara,
Tetapi dalam masa tersebut hanya seorang saja yang beriman di kota kelahirannya
tersebut, orang itu tidak lain adalah saudara sepupunya sendiri, Maidhyoimanha.
Ia mengajarkan tentang kodrat Maha Tunggal yang bijaksana yang tak dapat
disaksikan dan dilihat dan diraba, dan hal tersebut direspon dengan ejekan dan
penghinaan, ia banyak bersabar dan terus mempercayai janji dari Ahura Mazda, hingga pada akhirnya ia
memanjatkan permohonan dan kemudian keluar perintah agar ia hijrah dari
sana, Akhirnya pada tahun keduabelas kenabiannya, beliau meninggalkan
tanah kelahirnya dan mengembara ke Timur, mula-mula ke Seista, dan selanjutnya
ke Bactria yang diperintah oleh seorang raja bijaksana, Vishtaspa. Zarathushtra
senantiasa menginginkan untuk memperoleh pengikut yang bijak dan berkuasa untuk
menunjangmisinya.
Raja Vishtaspa itu, yang dalam
literature di Barat dikenal dengan Kings Hystaspes, berasal dari keluarga
Hakkham. Seorang cucunya yaitu Cyrus the Great (559-529 SM) berhasil
menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil diseluruh wilayah Iran dan membangun sebuah
Imperium Parsi yang dikenal dengan dinasti Hakkham (600-331 SM), dan dunia Barat
mengenalnya dengan dinasti Achaemenids. Ibukotanyayang semula terletak
di kota Balkh di
pindahkan ke
kota Sussa di sebelah timur sungai Tigris, kemudian ke Persepolis (Istakhri).
Raja
Vishtaspa menerima Zarathushtra dengan ramah-tamah, dan menunjukkan bahwa
dirinya condong kepada risalahnya karena berdasarkan pada berdasarkan
filsafat Zoroaster dengan pemikirannya tentang Tuhan bahwa inti dari gagasan
ketuhanan tidak akan dicapai lantaran adanya perubahan bangsa dan bahasa. Yang
berubah-rubah hanya nama Tuhan yang tunggal untuk seluruh alam. Setiap bangsa
menyebutnya dengan nama yang diinginkan.Diriwayatkan bahwa Zarathushtra telah
melakukan beberapa mukjizat di hadapan Sang Raja dan para Menterinya, serta
melakukan diskusi yang lama dengan para cendekiawan di sana. Salah satu
mukjizat yang ia tunjukkan yakni, dia mampu membuat sebuah lingkaran dengan
tepat tanpa alat, padahal menurut ahli ilmu ukur hali itu tidak mungkin bisa
dilakukan. Kemudian, mukjizatlainnya, ia pernah bertemu seorang buta, kemudian
dia meminta jenis rumput tertentu untuk diperaskan di kedua mata si buta, dan
si buta itu pun bisa melihat.[9] Perlahan
tetapi pasti, kebenaran yang dinyatakannya telah mendapat pijakan yang kuat di
kalangan raja dan para bangsawannya. Massa rakyat mengikuti kebangkitan para
pemimpinnya, dan agama Zoroaster segera tegak sebagai agama Iran. Sukses yang
mendadak dari agama yang baru ini memacu jalan ke arah peperangan antara Iran
dan Turan. Zarathushtra tidak percaya dengan penggunaan senjata dalam menarik
pengikut kepada agamanya. Beliau hanya mengizinkan perang untuk membela diri
guna menjaga agama dan para pengikutnya dari kekejaman orang lain.
Setelah
47 tahun dengan usaha yang tekun menegakkan kebenaran, Nabi Besar Iran ini
wafat dalam usia 77 tahun . Beliau hidup dalam kesetiaan yang tak terbagi dan
kebaktian kepada Tuhan yang bijaksana dan benar. Beliau adalah seorang yang
penuh kesalehan, dan agamanya tidak bernafaskan lain kecuali kasih kepada yang
menderita dan cinta kepada kebenaran. Dan konon pada saat serangan itulah Zarathustra meninggal
ditikam oleh askar Turania.Zarathustra sewaktu wafatnya meniggalkan 3 istri, 3 puteri,
dan 3 putra. Keyakinan tentang Ahura Mazda, Pengakuan keimanan (credo=Syahadat)
yang harus diucapakan setiap orang yang beriman dalam agama Zarathustra.
Keimanan yang paling pokok dalam agama ini adalah pengakuan terhadap Ahura
Mazda, terhadap kodrat yang maha tunggal dan maha bijaksana. Menurut
Zarathustra alam semesta ini dikuasai oleh kodrat Maha Bijaksana (Ahura Mazda)
yang Maha bijaksana senantiasa berhadapan dengan kodrat angkara murka (angro
mainyu). Agar manusia memproleh keselamatan haruslah menundukkan diri
sepenuhnya kepada Ahura Mazda.
Raja-raja dari dinasti Achaemenids
adalah penganut agama Zarathustra sampai kepada raja Darius III (363-331 SM).
Pada masa inilah imperium parsi itu ditaklukkan oleh Alexander the Great
(356-323SM) dari Macedonia dan lalu berlangsung Hellenisasi yang intensif diseluruh
wilayah Iran. Setelah raja-raja Achaemenids itu pertumbuhan kekuasaannya sampai
pada masa tumbangnya terbagiatas 3 tahap masa, yaitu:
1. .Masa 600-550 sebelum masehi, yaitu
dalam masa 150 tahun merupakan masa pertumbuhan kekuasaan dan pengembangan
agama Zarathustra.
2. Masa 550-486 sebelum masehi, yaitu
dalam masa 65 tahun merupakan masa perluasan kekuasaan dan perluasan pengaruh
agama Zarathustra.
3. Masa 486-331 sebelum masehi, yaitu
dalam masa 156 tahun merupakan masa sengketa yang terus menerus dengan pihak
Grik.
Di
Persia, selain Zoroaster, terdapat pula Madzab keagamaan dan ritual lain,
seperti Maniisme, penyembah api, dan Madzhab
Mazdak. Madzhab Mazdak ini yang menggugurkan hak kepemilikan individu.
Penganutnya meyakini kepemilikan bersama, termasuk perempuan dan harta serat
menghapus tradisi pernikahan.Ajaran Mazdak pernah dianut dan dijalankan oleh
seorang Raja Dinasti Sasanid. Baik Zoroaster,maupun Madzhab-Madzhab keagamaan
Persia yang lainnya, ternyata memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi tradisi
agama Yahudi, khususnya konsep kehidupan akhirat dan adanya Messiah. Dikatakan,
Jemaah Asiniyyah, salah satu sekte Yahudi, sangat terpengaruh kuat oleh ajaran
Zoroaster, terutama dalam konsep-konsep dualisme, seperti peperangan antara
kebaikan dan kejahatan. Namun demikian, diantara kelompok-kelompok agama
tersebut kelompok yang paling penting di dunia adalah agama
Zoroaster atau Parsi India. Kelompok ini sering dibandingkan dengan kelompok
Yahudi.
Pada
tahun 641 M, yaitu pada masa pemerintahan koshru Yesdegird III (634-641 M),
kekuasaan Sassanids di tanah Iran ditumbangkan oleh kekuasaan Islam yakni pada
masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (634-644 M). Dan itulah perkembangan terakhir
dari agama Zarathustra sepanjang sejarahnya semenjak 12 abad lamanya, lantas
terdesak oleh pengaruh agama Islam di tanah Iran.
Sesudah ditaklukkan Arab di sekitar abad ke-7 M, sebagian besar
penduduk Persia lambat laun memeluk agama Islam (dalam beberapa hal dengan
kekerasan, walau pada prinsipnya kaum Muslimin punya sikap toleran kepada agama
lain). Sekitar abad ke-10, sebagian sisa penganut agama Zoroaster lari dari
Iran ke Hormuz, sebuah pulau di teluk Persia. Dari sana mereka atau turunannya
pergi ke India tempat mereka mendirikan semacam koloni. Orang Hindu menyebut
mereka Parsees karena asal mereka dari Persia. Kini ada sekitar l00.000 lebih
kelompok Parsees di India, umumnya tinggal di dekat kota Bombay tempat mereka
membentuk suatu kelompok kehidupan masyarakat yang makmur. Zoroastrianisme tak
pernah melenyap seluruhnya di Iran; hanya sekitar 20.000 penganut masih ada di
negeri itu.
2.6Ajaran-Ajaran
Agama Zoroaster
Kitab
suci agama Zoroaster ini di kenal dengan nama Zend Avesta.kitab ini
terbagi lagi menjadi tiga bagian, yakni:
1. Gathas, kitab yang berisi tentang
“nyanyian” atau “ode” yang secara umum dan tepat dinisbahkan kepada Zoroaster
sendiri;
2. Yashts atau hymne korban
yang ditujukan kepada berbagai macam dewa; dan
3. Vendidat/ Vindevdat, “aturan melawan
syetan”,berupa sebuah risalah yang terutama menyangkut ketidakmurnian ibadah
dan prinsip dualisme yang diperkenalkan oleh Zoroasternisme dan diuraikan
sangat panjang dalam bidang kehidupan praktis.
Gathas
memuat ajaran-ajaran yang dikemukakan sendiri oleh Zoroaster. Sayangnya bantuan
ilmu bahasa hanya berhasil sebagian dalam menangkap makna teks-teks yang kabur
ini. Isi bagian kitab ini bertentangan dengan Yashts, yang merupaka langkah
mundur pada paganisme. Dalam Yashts ditemukan suatu konsep politeisme yang
mirip dengan konsep yang terdapat dalam kitab suci agama Hindu, Rig-Veda.
Konsep Politeisme inilah yang di tentang oleh Zoroaster. Baik dalam Yashts
mauoun dalam Rig-Veda dijumpai sejumlah besar dewa dan setengah dewa.
Ajaran-Ajaran
pokok dalam agama Zoroaster ini yang terdapat dalam kitab-kitabnya mencakup:
a. Manusia
Dalam
teks yang berjudul “Nasihat Pilihan dari Para Bijak Bestari Zaman Dulu”atau
dikenal juga sebagai “Kitab Nasihat Zartusht” ditemukan konsep tentang manusia.
Manusia pada asalnya, adalah wujud gaib, dna rohnya, dalam bentuk Fravashiatau
Fravahr,ada sebelum jasmaninya. Baik jasad maupun rohnya adalah ciptaan Ohrmazd
(Ahura Mazda), dan roh tidak bersifat abadi. Manusia adalah milik Tuhan dan
kepada-Nya dia akan kembali.
Syetan
atau Ahriman adalah penentang Tuhan. Dia seperti Tuhan adalah roh gaib murni;
dia dan Ohrmazd adalah musuh abadi, cepatatau lambat pertarungan anatar
keduanya tidak akan terelakkan. Penciptaan atau makhluk bagi-Nya merupakan
suatu kebutuhan bagi pertarungan-Nya melawan syetan, dan manusia berada di
garis depan pertempuran ini. Dalam hal ini manusia tidak di paksa Tuhan tetapi
karena dia bebas dan sukarela menerima peran ini ketika ditawarkan kepadanya.
Di dunia setiap orang bebas memilih baik atau buruk. Jika dia memilih kejelekan
berarti dia bertindak tidak alami karena “ayah”nya adalah Ohrmadz.
Hal
diatas sesuai dengan pendapat As-Syahtastani yang mengatakan, “Manusia bertugas
untuk senantiasa mebantu kebaikan dan cahaya di tengah pergulatan Ahura Mazda
dengan kejahatan dan kegelapan (Ahriman). Hal ini dapat diwujudkan dengan
senantiasa melakukan kebaikan, berkahlak mulia,serta menerapkan hukum dan
undang-undang dalam kehidupan mereka sehari-hari. Semua itu dilandaskan atas
kebebasan untuk memilih. Siapa yang memilih kebaikan dan kebenaran, maka dia
akan menuai hasilnyadi kehidupan dan akhirat yang abadi kelak. Adapun orang
yang membela kejahatan dan kedustaan, dia pun akan mendapatkan siksa di neraka
yang abadi.”
Bagi
agama Zoroaster peran manusia di dunia, yaitu bekerjasama dengan alam serta
menjalani kehidupan yang saleh dengan pikiran, perkataan dan perbuatan yang
baik. Di dunia, manusia mempunyai kewajiban untuk hidup berumahtangga dengan mempuyai
istri dan mempunyai anak. Semakin banyak manusia adalah semakin baik karena
akan semakin mudah untuk mengalahkan Ahriman.
b. Tuhan
dan Penciptaan
Keyakinan
agama Zoroaster meliputi aspek monoteisme dan paganisme sekaligus.
Mulanya, keyakinan Zoroaster hanya mencakup monoteisme saja. Namun, seiring
berkembangnya, keyakinan agama ini juga meliputi paganisme. Prof. Dr. Ali Abdul
Wahid Wafi, seorang sejarawan muslim kontemporer, mengatakan bahwa zarathustra,
meyerukan ajaran monotaisme untuk menyembah Tuhan yang tunggal , pencipta
segala sesuatu dan segala alam, baik yang berupa esensi (ruh) maupun materi
(maddah).
Menurut
penganut Zoroaster, Dzat Ahura Mazda adalah esensi murni yang suci dari segala
bentuk materi, yang tak dapat dilihat oleh pandangan mata dan tidak dapat
ditangkap kedzatannya oleh akal manusia. Oleh karena itu Zoroasternisme pun
membuat rumusan tentang hakikat ketuhanan Dzat Ahura Mazda dengan dua rumus
penting.
Rumus
pertama bersifat transenden (Samawi) yang disimbolkan dengan matahari,
dan rumus yang kedua bersifat imanen (Ardhi) yang disimbolkan dengan
api. Keduanya adalah unsur yang memancarkan cahaya, menerangi semesta, suci,
serta tidak dapat terkontaminasi oleh hal-halyang buruk dan segala bentuk
kerusakan. Kepada cahayalah kehidupan semestaraya ini bergantung. Sifat inilah
yang paling mendekati untuk digambarkan oleh akal manusia akan sifat pencipta.
Anggapan
sakral dan cara pengikut Zoroaster menyucikan api inilah yang pada akhirnya
menjadikan agama tersebut bergeser dari monoteisme ke paganisme. Zoroaster pun
berubah menjadi agama panteisme (hulul) dan paganisme. Api sendiri pada
akhirnya berubah dari sebatas isyarat menjadi Sang Pencipta itu sendiri, dani
pun dirumuskan atasnya.
Sejatinya,
pada tradisi dan ajaran awal Zoroaster, tidak di kenal konsep dua Tuhan.
Zoroaster hanya meyakini dua kekuatan besar dalam kehidupan yang senantiasa
berlawanan atau berbenturan. Salah satunya terkumpul dalam kekuatan kebaikan,
cahaya, kehidupan, kebenaran, dan kemuliaan sementara kekuatan lain terkumpul
dalam kejahatan, kegelapan,kematian, dan angkara murka.
Asy-Syahrastani berkata: “ sebenarnya,
Zoroaster meyakini bahwa Tuhan itu satu, tunggal, tidak ada sekutu, lawan dan
kawan, Pencipta cahaya dan kegelapan.
Namun para pengikut Zoroaster meninggalkan pandangan tersebut. Mereka meyakini
bahwasannya alam raya ini tak lain merupakan jelmaan dari pergulatan abadi
antara Ahura Mazda, Dewa Terang, dengan Ahriman, Dewa Kegelapan.kemenangan
Ahuran Mazda dalam kehidupan adalah sesuatu yang pasti dan tak terbantahkan.”
c. Etika
Sebagian
besar ajaran agama Zoroaster adalah menyangkut masalah etika. Dasar pikiran
teologisnya mempunyai inti pandangan moralistik tentang kehidupan. Kenyataan
kehidupan yang utama dan tidak bisa dihindari adalah kejelekan. Baik adalah
baik dan jelek adalah jelek. Menolak adanya prinsip dan kejelekan yang terpisah
sama dengan mempertalikan atau menghubungkan kejelekan pada Tuhan. Ini tidak
mungkin. Oleh karena itu, kejelekan tentu merupakan sesuatu yang berdiri
sendiri yang secara terpisah. Moralitas Zoroaster, diungkapkan dalam tiga
kata,yaitu humat,huklit, dan huvarsht, yang
artinya pikiran baik,perkataan baik, dan perbuatan baik. Yang utama dari ketiga
hal itu adalah perbuatan baik.
Inti
dari ajaran Adhurbadh bin Mahraspand adalah “hiduplah dengan baik dan menjadi
orang yang berguna, berilah perhatian kepada sesama, laksanakan
kewajiban-kewajiban agama, garap lah tanah, hidup lah berkeluarga
dan didiklah anak-anak sehingga menjadi terpelajar. Ingatlah bahwa hidup di
dunia ini adlaah sebuah pendahuluan bagi hidup di hari nanti, atau akhirat, dan
roh orang yang meninggal akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
perbuatan-perbuatan yang dikerjakannya di dunia.”
c.
Kematian
Dalam Zoroasterianism
Zoroastrianisme tidak mengizinkan
penguburan dan pembakaran tubuh orang yang telah meninggal karena dianggap akan
menodai air, udara, bumi dan api. Mereka menyelenggarakan ritus kematian
dengan menempatkan mayat di atas Dakhma atau Menara Ketenangan (Tower
of Silence). Di sana terdapat pembagian tempat yang jelas bagi kaum
laki-laki, perempuan dan anak-anak. Adapun tahap-tahap yang dilakukan saat
upacara kematian adalah sebagai berikut:
1. Mayat dibiarkan di
dalam sebuah ruangan di rumah selama tiga hari sebelum dibawa ke Dakhma, tempat
untuk melaksanakan upacara kematian.Sesudah itu, mayat lalu dibawa ke Dakhma
atau Menara Ketenangan.
2. Di sana mayat akan
ditelanjangi dan ditidurkan di atas menara yang terbuka dan dibiarkan agar
dimakan oleh burung-burung.
3. Sisa-sisa tulang
kemudian dibuang ke dalam sumur
e. Pengadilan
saat Kematian
Ajaran
agama Zoroaster tentang nasib roh setelah mati terlihat sangat jelas. Konsep
kitab Avesta memberi dasar ajaran ini dan teks ini telah di salin dengan
sedikit bervariasi dalam kitab-kitab Pahlavi. Setiap roh manusia setetlah
kehidupan dunia ini akan bergentayangan selama tiga hari di dekat jasad yang
sudah menjadi mayat. Pada hari keempat, roh menghadapi pengadilan diatas
“Jembatan Pembalasan”, jembatan yag di jaga oleh Dewa Rashu yang bertindak
sebagai hakim yang secara sangat adil menimbang perbuatan baik dan
buruk manusia. Jika perbuatan baiknya lebih berat roh tersebut diizinkan
langsung menuju surga, tetapi jika perbuatan buruknya lebih besar roh tersebut
di tarik dan dimasukkan ke dalam neraka. Apabila perbuatan baik dan buruk
seimbang maka roh tersebut di bawa ke suatu tempat yang bernamaHamestagan atau
tempat campuran. Tempat ini tidak disebut dalam teks Menok i Khrat,
tetapi sering disebut dalam teks-teks lain.dalam tempat ini, roh-roh mengalami
perbaikan dengan merasakan penderitaan yang berupa panas dan dingin.
Neraka
dalam agama Zoroaster bukan merupakan tempat penyiksaan abadi. Neraka hanya
bersifat sementara dan merupakan tempat penyucian dari noda-noda dosa. Akhir
penyucian dosa terjadi pada pengadilan (hisab) terakhir pada akhir zaman.
Disini jelas tergambar bahwa roh harus menghadapi dua kali pengadilan,
pengadilan pada saat kematian dan pengadilan umum pada hari kiamat ketika jasad
manusia di bangkitkan kembali dan disatukan lagi dengan rohnya. Di dalam agama
Zoroaster ini, pengadila umum diikuti dengan penyucian,akhir dari noda-noda
dosa sehingga semua menjadi suci tanpa dosa. Tidak ada siksaan abadi dan
akhirnya, semua manusia masuk surga.
f. Hari
Kebangkitan
Sebagaimana dapat dipahami dari uraian
yang telah dikemukakan sebelumnya, pengadilan roh pada saat kematian hanyalah
merupakan suatu pendahuluan bagi pengadilan akhir hari kiamat. Penghitungan
terakhir, menurut agama Zoroaster, juga hanya berupa tiga hari “penyucian” di
dalam logam yang meleleh dan setelah itu roh-roh terkutuk bangkit dari neraka
dan seluruh umat manusia tanpa kecuali berkumpul dalam surga temat mereka semua
akan memuji Tuhan selamanya. Tuhan mengutuk makhluk-Nya dengan siksaan abadi
karena dosa-dosanya bagaimanapun besarnya. Semua dosa akan dihukum dengan
setimpal didalam neraka yang bersifat sementara. Neraka adalah tempat tinggal
Ahriman dan Syaitan-syaitan. Tuhan melunakan keadilan dengan ras belas kasihan.
Dia tidak memiliki sifat yang kejam dan sama sekali tidak bisa murka.
Konsep surga menurut agama Zoroaster
sangar sederhana. Surga adalah suatu keadaan yang kembali kepada kehidupan
dunia sebelum Ahriman dengan gila menghenatangnya. Surga adalah seperti tempat
reuni keluarga yang sangat besar yang di dalamnya kehidupan dunia yang ideal
dipulihkan, suatu kehidupan yang berpusat di sekitar keluarga manusia di mana
suami sekali lagi bisa menikmati keintiman istrinya yang sah dan berkumpul
kembali bersama anak-anaknya. Kehidupan di surga adalah penyempurnaan alami
dari pada kehidupan di dunia dengan kekecualian manusia tidak lagi memiliki
nafsu makan dan merupakanm tempat para roh memuji ahura mazda dan amahraspand
dengan keras. Di sana seluruh keluarga manusia berkumpul dalam suatu kehidupan
abadi dan kenikmatan yang abadi pula.
2.7Praktek
Keagamaan dalam Agama Zoroaster
Zoroaster
menganjurkan pengikutnya untuk selalu menyalakan api suci di tungku-tungku api
yang terapat disetiap kuil peribadatan. Api tersebut harus selalu menyala dan memancarkan
cahaya. Tungku api itu di urus dan di jaga oleh para pemimpin agama (magi),
rohaniawan muda, juga oleh para pendeta kuil. Setiap hari mereka selalu
memasukkan kayu cendana ke dalam tungku api sebanyak lima kali, atau kayu lain
yang mengeluarkan aroma wewangian khas, juga menaburkan serbuk serbuk dan
cairan wewangian sehingga udara di dalam kuil selalu terasa segar dan harum
semerbak. Mereka juga merapalkan doa-doan dan melaksanakan ritual keagamaan
disekitar api tersebut. Dalam tradisi Zoroasternisme, ketika akan mendirikan
sebuah kuil api baru, mereka diharuskan menyalakan api terlebih dahulu pada
sembilan buah lilin atau obor. Nyala api di obor pertama kemudian
disalurkan untuk nyala api di obor kedua, dan seterusnya hingga pada obor
kesembilan. Pengikut Zoroaster meyakini, api yang menyala pada obor terkahir
itulah yang telah sampai pada derajat kesucian api. Dan dari api kesembilan itu
mereka menyalakan apipada tungku kuil yang baru tersebut.
Dalam
satu butir teks “beberapa perkataan Adurbadh bin Mahraspand”, ayat 72,di
sebutkan “pergilah ke kuil api tiga kali sehari dan bacala doa pada api.”
Kelanjutan ayat tersebut mengatakan bahwa siapa yang paling sering pergi ke
kuil api dan membaca doa pada api akan menerima banyak barang duniawi dan
kesucian.
Mary
Boyce, dalam bukunya Zoroastrians, Their Religious Beliefs and Practice menjelaskan
bahwa waktu ibadat orang-orang Iran zaman dahulu ketika matahari terbit, ketika
tengah hari, dan ketika matahari terbenam.waktu yang tersebut terakhir
nampaknya diperuntukkan bagi roh orang yang telah meninggal dunia. Zoroaster
nampaknya memberikan dua tambahan lagi sehingga dia mewajibkan kepada para
pengikutnya untuk beribadat lima kali sehari. Tambahan pertama adalah waktu
setengah siang seperti waktu Ashar seperti dalam agama Islam, yaitu
tengah-tengah antara tengah hari dan waktu matahari terbenam. Bagi agama
Zoroaster, selama musim panas doa-doa yang di baca pada tengah hari berfungsi
membantu orang yang saleh untuk berfikir tentang kebenaran serta tentang
kejayaan kebaikan sekarang dan yang akan datang, sedangkan selama musim dingin
adalah merupakan peringatan tahunan akan adanya kekuatan kejahatan yang
mengancam dan perlunya bertahan terhadapnya.
Tambahan
baru lainnya adalah waktu tengah malam yang tenggang waktunya sampai saat
matahari terbit. Doa ini dipersembahkan bagi Sraosha, Tuhannya doa. Selama
waktu itu, ketika kekuatan kegelapan berada pada puncak yang paling kuat dan
mencari-cari mangsa, para pengikut Zoroaster harus bangun, mengisi minyak dan
dupa pada tungku api dan memperkuat dunia kebaikan dengan doa-doa mereka.
Bentuk
dan isi sembahyang yang di kenal dari praktek yang ada adalah sebagai berikut:
1) Orang yang
hendak melaksanakan sembahyang mempersiapkan diri dengan mencuci wajah, tangan,
dan kaki dari kotoran debukemudian
menutup sebagian mukanya.
2) Melepaskan tali
kawat suci dan berdiri dengan tali di pegang dengan kedua tangan dimukanya,
tegak lurus dihadapan penciptanya, matanya menatap simbol kebajikan, yakni api
3) Dia berdoa
kepada Ohrmazd (Ahura Mazda), mengutuk Ahriman (sambil memukul-mukulkan ujung
kawat dengan penghinaan), memasang tali kawat lagi sambil masih berdoa.
Disamping
perayaan individu tersebut, para pengikut Zoroaster masih mempunyai kewajiban
bersama yaitu merayakan tujuh macam peringatan hari besar tahunan. Waktu
peringatan berbeda-beda, ada yang pertengahan musim semi, ada yangpertengahan
musim panas, dan ada yang pertengahan musim dingin.perayaan in dirayakan denga
menghadiri upacara agama (sembahyang) di pagi hari dan kemudian berkumpul
bersama di dalam kegembiraan dengan pesta makan bersama. Makanan yang dimakan
sebelumnya di beri berkah di dalam upacara agama yang dilaksanakan pada pagi
hari tersebut. Orang-orang kaya saling bertemu di dalam kesempatan ini yang
merupakan waktu iktikad baik umum, perselisihan didamaikan dan persahabatan
diperbaharui dan diperkuat. Upacara-upacara khusus bagi kelahiran (massa
penandaan), perkawinan dan kematian juga diajarkan dalam agama Zoroaster.
Upacara
penandaan atau Navjot (secara harfiah berarti Kelahiran Baru)
adalah perayaan ketika seorang anak diterima masuk ke agama Majusi, selanjutnya
dia diberikan simbolisasi keimanan – baju (sudreh) dan korset (kusti). Upacara ini
berlangsung pada saat usia tujuh dan empatbelas tahun. Setelah pemberian ini
setiap penganut Zoroster, baik lelaki maupun wanita, memakainya siang dan
malam, dan ini menjadi baju yang dikenakan ketika akhir hayatnya.
Upacara
kedua berkaitan dengan perkawinan. Ini kewajiban yang mengikat pengikut Majusi
untuk kawin dan membesarkan anak. Bagian terpenting dari upacara perkawinan
tiga kali pengucapan dalam akad perkawinan oleh pendeta resmi, diikuti
pemberkatan Tuhan, Amesha Spentas dan Yazatas pada pasangan baru.
Perbedaan
yang mencolok dari upacara Agama Zoroaster ini berkenaan dengan kematian.
Setelah nyawa meninggalkan raganya, maka badan jasmaninya dianggap tidak suci.
Ia harus dihancurkan secepat mungkin. Ia tidak boleh disentuh elemen suci-api,
bumi, dan air. Jadi tidak dibakar, dikubur, atau tidak juga dihanyutkan kedalam
air. Ia dibiarkan dimakan oleh burung bangkai. Mayatnya diletakkan pada suatu
tempat yang disebut Menara Kesunyian yang menghadap matahari. Puncak menara
dibiarkan terbuka untuk memberi kebebasan burung-burung memakannya. Kejadian
ini cepat berlangsung sekitar setengah jam, dan kerangka mayat memutih dibawah
sinar matahari dan udara dalam waktu beberapa hari. Ini kemudian dikumpulkan
dan disimpan dalam terowongan di pusat menara, dan disana mereka remuk menjadi
debu. Kebiasaan menghancurkan mayat ini tidak pernah terjadi pada saat
Zarathushtra atau pun pada awal masa Achaemenid. Herodotus mengacu kebiasaan
penguburan diantara bangsa Persia, dan kuburan Cyrus masih ada sampai sekarang.
Menara Kesunyian (Dokhmas) datang sebagai hasil pengaruh Magi, pendeta
dari Medes. Hal dipertahankan oleh pengikut Zoroaster dengan alasan agama
maupun sanitasi.
2.8 Aliran Agama Zoroaster
Aliran Agama Agama
Zoroaster diantaranya:
a. Aliran Manu
Diantara ajaran yang
diajarkan oleh aliran ini diantaranya:
1.Tentang baik dan
buruk
Menurut
ajaran manu ini bahwa segala kehidupan ini adalah kebaikan, karena akhirnya
Tuhanlah yang akan menang atas roh kejahatan; oleh karenanya manusia hendaknya
membantu Tuhan mengalahkan roh jahat dengan melakukan segala kebaikan.
2.
Anjuran menghentikan perkawinan
Selain itu menurut mereka pertempuran antara
kebenaran dan kejelekan akan terus berlangsung selama manusia terus berkembang.
Oleh karena itu menurut mereka agar semua kejahatan dan kejelekan cepat
berakhir maka manusia harus menghentikan perkembang biakanya dengan kata lain
tidak menikah agar tidak memiliki keturunan.
3.
Zuhud
Menurut ajaran ini pula, manusia harus menjauhi segala kesenangan dunia. Termasuk melarang menikah, menyembelih binatang dan makan daging.
Menurut ajaran ini pula, manusia harus menjauhi segala kesenangan dunia. Termasuk melarang menikah, menyembelih binatang dan makan daging.
4.
‘Ibadat
Aliran Manu mengajarkan peribadatan yaitu sembahyang dan puasa, sebelum sembahyang mereka mengusap anggota badan dengan air, kemudian menghadap matahari, lalu bersujud. Dalam tiap kali sembahyang ada dua belas kali bersujud; pada tiap sujud dilakukan doa; mereka berpuasa 7 hari dalam sebulan.
Aliran Manu mengajarkan peribadatan yaitu sembahyang dan puasa, sebelum sembahyang mereka mengusap anggota badan dengan air, kemudian menghadap matahari, lalu bersujud. Dalam tiap kali sembahyang ada dua belas kali bersujud; pada tiap sujud dilakukan doa; mereka berpuasa 7 hari dalam sebulan.
b. Madzdak
Aliran ini ajarannya mirip dengan ajaran Majusi kuno yakni meyakini adanya dua Tuhan, yaitu Tuhan baik dan Tuhan keburukan. Selain itu ajaran yang paling terpenting dari aliran ini adalah ajaran yang mirip dengan sosialisme yang menyatakan bahwa manusia harus sama derajatnya. Yakni tidak memiliki stara social. Dan menurut mereka penyebab utama dari kejahatan dan peperangan adalah wanita dan harta, yang menyebabkan pengikut aliran ini membuat kekacauan di Naishaburi. Karena mereka memaksa orang-orang hartawan untuk menyerahkan harta mereka dan menyerahkan wanita agar tidak terjadi kekacauan atau peperangan.
Aliran ini ajarannya mirip dengan ajaran Majusi kuno yakni meyakini adanya dua Tuhan, yaitu Tuhan baik dan Tuhan keburukan. Selain itu ajaran yang paling terpenting dari aliran ini adalah ajaran yang mirip dengan sosialisme yang menyatakan bahwa manusia harus sama derajatnya. Yakni tidak memiliki stara social. Dan menurut mereka penyebab utama dari kejahatan dan peperangan adalah wanita dan harta, yang menyebabkan pengikut aliran ini membuat kekacauan di Naishaburi. Karena mereka memaksa orang-orang hartawan untuk menyerahkan harta mereka dan menyerahkan wanita agar tidak terjadi kekacauan atau peperangan.
1. Tsanwiyah
Diantara ajarannya selain mengakui dua tuhan, mereka juga mengajarkan untuk menyembah api, selain mereka juga menyembah berhala.
Diantara ajarannya selain mengakui dua tuhan, mereka juga mengajarkan untuk menyembah api, selain mereka juga menyembah berhala.
2. Disahniyah
Dishaniyah adalah ajaran
Majusi yang lahir di luar persi. Yang didiraikan oleh bangsa Siryani (Sirya)
yang bernama Bardaishan datau ibnu Dishan yang
wafat pada tahun 222 M. ajarannya mirip dengan ajaran Manu yang menyatukan dua
ajaran yakni Nasrani dan Majusi. Hanya saja perbedaanya adalah menurut mereka
bahwa Isa Al Masih merupakan Allah yang diserupakan dalam bentuk manusia yang
diutus untuk manusia. Selain itu ajarannya juga yang berbeda dengan yang
lainnya yaitu mereka tidak mempercayai adaanya hari akherat. Sehingga
menyebabkan aliran ini yang sangat berbeda dengan yang lainnya.
c. Zindiq
Zindiq adalah sebuah aliran Majusi yang sangat berbeda dengan yang lainnya. Yakni agama Majusiah yang Atheis yakni tidak percaya akan adanya Tuhan. Menurut mereka bahwa alam raya ini terjadi dengan sendirinya, dan tidak akan berakhir, kekal selama-lamanya, dan zaman yang beredar ini akan terus berputar tiada akan berakhir.
Zindiq adalah sebuah aliran Majusi yang sangat berbeda dengan yang lainnya. Yakni agama Majusiah yang Atheis yakni tidak percaya akan adanya Tuhan. Menurut mereka bahwa alam raya ini terjadi dengan sendirinya, dan tidak akan berakhir, kekal selama-lamanya, dan zaman yang beredar ini akan terus berputar tiada akan berakhir.
d.
Sekte-sekte dalam Zoroastrianisme
Terbaginya Zoroastrisme
ke dalam beberapa kelompok bukan disebabkan karena perbedaan pemahaman teologi. Pembagian
sekte-sekte ini karena waktu perayaan Tahun Baru yang
berbeda-beda. Terdapat tiga sekte dalam Zoroastrianisme.
1. Kelompok Shenshahi yang
merayakan Tahun Baru pada musim gugur sekitar bulan Agustus atau September
2. Kelompok Qadimi yang
merayakan Tahun Baru pada musim panas, sekitar bulan Juli atau Agustus
3. Kelompok Fasli yang
merayakan Tahun Baru pada musim semi yaitu setiap tanggal 21 Maret.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penganut
faham agama ini mencapai 5 juta jiwa. Mayoritas tersebar di Iran, Suriah,
Lebanon, dan Palestina. Pusat aliran Bahaiyah di Timur Tengah terletak di kota
Haifa, Palestina. Baha’iyah berkembang di Eropa dan Amerika berpusat di Chicago
hingga berkembang diseluruh penjuru dunia sampai sekarang ini.
Agama
Baha’i mengajarkan tentang keesaan Tuhan, percaya kepada para Rasul sebagai
utusan Tuhan, keselarasan dan Toleransi antar Umat Beragama, kesatuan Dalam
Keanekaragaman, kesatuan Umat Manusia, sifat Roh dan Kehidupan Sesudah Mati,
budi Pekerti yang Luhur, kemandirian dalam mencari kebenaran, surga dan neraka
dan yang terahir perbedaan antara kekayaan dan kemiskinan harus di hilangkan.
Secara
umum hanya ada tiga ritual utama dalam agama ini, yaitu doa harian wajib,
membaca doa bagi orang mati dipemakaman, dan ritus pernikahan sederhana.
Tempat
atau rumah ibadah agama Baha’i dinamakan Mashriqul Adhkar atau
tempat terbit pujian kepada tuhan. Tempat ibadah ini digunakan untuk berdoa,
meditasi, dan melantunkan ayat-ayat suci Baha’i maupun agama-agama lain.
Diantara
pakar dalam agama Baha’i adalah Sayyid Ali Muhammad (Sang Bab), Mirza Husain
Ali (Bahaullah), Abdul Baha atau Abbas Effendi dan yang terakhir Shogi Effendi.
Selain beberapa tokoh ini banyak lagi pakar agama dalam agama Baha’i ini namun
belum atau bahkan tidak termasyhur seperti empat tokoh ini.
Kitab suci
agama Zoroaster ini di kenal dengan nama Zend Avesta.kitab ini terbagi lagi
menjadi tiga bagian, yakni:
1. Gathas, kitab yang berisi tentang
“nyanyian” atau “ode” yang secara umum dan tepat dinisbahkan kepada Zoroaster
sendiri;
2. Yashts atau hymne korban
yang ditujukan kepada berbagai macam dewa; dan
3. Vendidat/ Vindevdat, “aturan melawan
syetan”,
Sejatinya, pada tradisi dan ajaran awal Zoroaster, tidak
di kenal konsep dua Tuhan. Zoroaster hanya meyakini dua kekuatan besar dalam
kehidupan yang senantiasa berlawanan atau berbenturan. Salah satunya terkumpul
dalam kekuatan kebaikan, cahaya, kehidupan, kebenaran, dan kemuliaan sementara
kekuatan lain terkumpul dalam kejahatan, kegelapan,kematian, dan angkara murka.
Cara
beribadah dalam agama Zoroaster yaitu sembahyang wajib lima kali serta ibadah
puasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah
al-Maghlouth, bin Sami, Atlas Agama-Agama, Almahira, Jakarta: 2010
Ali, H. A. Mukti, Agama-Agama
Dunia,IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarya: 1988
Aziz Us-Samad, Ulfat, PDF. Agama
Besar Dunia, Peshawar:1975
Sami bin Abdullah al-maghlouth,
atlas agama-agama,Jakarta: penerbit almahira,2011.
Arifin, prof.HM, menguak misteri
ajaran agama-agama besar,Jakarta:PT Golden trayor press, 1986.
Ali mukti,H.A,Agama-agama di
dunia, yogjakarta:Hanindita Offset, 1988.
http/www.wikipedia.com, senin
18-03-2013, 14.24
Khan Inayat Hazrat, Kesatuan
Ideal Agama-Agama, (Yogyakarta : Putra Langit, 2003),
Hazrat Inayat Khan, Kesatuan Ideal
Agama-Agama, (Yogyakarta : Putra Langit, 2003), hal. 215-216
Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas
Agama-Agama, (Jakarta :Almahira,2011), hal.465-466
Prof. HM. Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama
Besar, (Jakarta : PT Golden Trayon Press,1986), hal.19
H.A Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia, (Yogyakarta
: PT. HAnindita Offset,1988), hal.270
Tidak ada komentar:
Posting Komentar