BHAGAVAD GITA
INTI AJARAN BHAGAVAD GITA BAB
VII & VIII
Dosen
Pengampu:
I Made
Biasa, S.Ag.,M.Fil.H
Oleh:
Eni Kusti Rahayu
Sundari Janur Anggita
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU
DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Om swastyastu,
Pertama- tama patutlah kita
menghaturkan angayubhagia ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas waranugrahaNya, penyusun mampu
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas Bhagavad gita. Dalam penyusunan
tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun berkat
bantuan dosen , doa orang tua, serta dorongan dari teman-teman, sehingga
kendala yang penulis hadapi bisa teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca
dapat memperluas ilmu dan pengetahuan tentang intisari ajaran bhagavad gita bab VII dan VIII yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi dan berita.
Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran dan pengetahuan kepada
pembaca, khususnya mahasiswa dan akademisi di Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma
Nusantara Jakarta. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan, karena pengalaman yang kami miliki masih sangat
terbatas. Oleh karena itu, penulis berharap kepada dosen pembimbing dan para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini, baik dari bentuk maupun isinya, sehingga kedepannya
dapat lebih baik.
Om santi santi santi om,
Jakarta, Desember 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang..................................................................................
1.2
Rumusan Masalah.............................................................................
1.3
Tujuan Penulisan...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 ..........................................................................................................
2.2 ..........................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bhagavad
gita merupakan nyanyian Tuhan. Bhagavad
gita itu diumpamakan seperti sari dari sari atau juice dari juice-nya seluruh
ajaran suci veda. Bhagavad
Gita, secara singkat, merupakan kitab yang menceritakan ketika Krsna memberikan
wejangan kepada Arjuna yang ketika itu sedang memimpin perang Kurukseta, namun
pada waktu itu ada keraguan dalam diri Arjuna sehingga Krsna memberikan pada
Arjuna suatu dorongan spiritual agar keraguan yang ada dalam diri Arjuna dapat
terkikis habis. Adapun dorongan itu berupa ajaran-ajaran tentang Tuhan, tentang
manusia dan bagaimana manusia seharusnya hidup dan bagaimana manusia dapat
mencapai kesempurnaan hidup.
Bhagavad Gita untuk pertama kali
disabdakan pada dewa matahari lalu dewa matahari itu menjelaskan sistem itu
pada Manu (manusia pertama), lalu Manu menjelsakan pada Iksvaku. Dengan cara
demikian, melalui garis perguruan, dari satu orang yang bersabda kepada orang
lain yang mendengar, sistem yoga ini telah turun temurun. Tetapi untuk beberapa
lama Bhagavad gita ini hilang, karena itu Krsna harus mensabdakannya kembali
melalui Arjuna di medan peperangan. Arjuna dipilih oleh Krsna karena Arjuna
adalah penyembah yang dianggap kawan.
Bhagavad Gita diturunkan untuk
manusia agar mereka terhindar dari kebodohan dan nafsu yang bersifat material
yang dapat menutup diri mereka dari cahaya Tuhan dan akan membuat mereka
menderita dalam kehidupannya di dunia ini. oleh karena itu, dalam makalah ini
kami akan membahas tentang intisari ajaran Bhagavad gita dari bab VII dan bab
VIII serta kaitannnya dengan kehidupan di masa sekarang.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana
intisari ajaran Bhagavad gita bab VII
dan VIII ?
2. Bagaimana
manfaat ajaran bhagavad gita bagi kehidupan sekarang ?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk
mengetahui intisari ajaran Bhagavad gita bab VII dan VIII;
2. Untuk
mengetahui manfaat ajaran bhagavad gita bagi kehidupan sekarang.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Intisari
Ajaran Bhagavad Gita Bab VII dan VIII
2.1.1
Bhagavad
gita bab VII
Dalam bab VII ini Sri Krshna bersadba bahwa ia adalah kebenaran yang paling utama, penyebab yang
paling utama, dan kekuatan yang memelihara sesuatu, baik material maupun
rohani. Roh –roh yang sudah maju menyerahkan diri kepada Krishna dalam
pengabdian suci bhakti, sedangkan roh yang tidak saleh mengalihkan pikirannya
kepada obyek-obyek sembah yang lain.
Sri Krsna memberikan
pengetahuan tentang pengetahuan yang mutlak kepada Arjuna karena Arjuna sangat
dicintai oleh Sri Krsna. Krsna menjelaskan kepada Arjuna bahwa:
sri
bhagavan uvaca:
may
asakta-manah partha yogam yunjan
mad-asrayah
asamsayam
samagram mam yatha jnasyasi tac chrnu
Terjemahan :
Kepribadian Tuhan Yang Mahan Esa
bersabda : wahai putra Partha, sekarang dengarlah bagaimana engkau dapat
mengenali diri-ku sepenuhnya, bebas dari keraguan-keraguan, dengan cara
mempraktekkan Yoga dan menyadari aku sepenuhnya.
Jnanam
te ‘ham sa-vijnanam idam vaksyamy
asesatah
Yaj
jnatva neha bhuyo ‘nyaj jnatavyam
avasisyate
Terjemahan:
Sekarang Aku akan menyatakan pengetahuan
ini kepadamu secara keseluruhan, baik yang dapat dilihat maupun yang tidak
dapat dilihat. Dengan menguasai pengetahuan ini, tidak akan ada lagi yang belum
engkau ketahui.
Manusyanam
sahasresu kascid yatati siddhaye
Yatatan
api siddhanam kascin mam vetti
tattvatah
Terjemahan :
Diantara beribu-ribu orang, mungkin
ada satu yang berusaha mencapai kesempurnaan, dan diantara mereka yang sudah
mencapai kesempurnaan, hampir tidak ada satupun yang mengetahui tentang Diri-ku
dengan sebenarnya.
Dalam sloka 1, 2 dan 3 bhagavad gita bab VII ini dijelaskan
bahwa Tuhan merupakan sumber kebenaran yang tertinggi. Apabilla kita telah
menyadari keberadaan Tuhan seutuhnya dan kita telah mempelajari segala sesuatu
tentang Tuhan secara benar, maka kita akan mengetahui segala kebenaran. Tetapi
untuk mencapai pengetahuan tertinggi itu harus berkonsentrasi penuh, kita harus
selalu mengingat Tuhan dan melepaskan keterikatan keduniawian.
bhūmir āpo 'nalo vāyuḥ khaḿ mano buddhir eva ca
ahańkāra itīyaḿ me bhinnā prakṛtir aṣṭadhā
Terjemahan:
Tanah,
air, api, udara, angkasa, pikiran, kecerdasan dan keakuan yang palsu—secara
keseluruhan delapan unsur ini merupakan tenaga-tenaga material yang terpisah
dari Diri-Ku.
apareyam itas tv anyāḿ prakṛtiḿ viddhi me parām
jīva-bhūtāḿ mahā-bāho yayedaḿ dhāryate jagat
Terjemahan:
Wahai Arjuna yang berlengan perkasa, di samping tenaga-tenaga tersebut, ada
pula tenaga-Ku yang lain yang bersifat utama, terdiri dari para makhluk hidup
yang menggunakan sumber-sumber alam material yang rendah tersebut.
etad-yonīni bhūtāni sarvāṇīty upadhāraya
ahaḿ kṛtsnasya jagataḥ prabhavaḥ pralayas tathā
Terjemahan
:
Semua makhluk yang diciptakan bersumber dari
kedua alam tersebut. Ketahuilah dengan pasti bahwa Aku adalah sumber perwujudan
dan peleburan segala sesuatu di dunia ini, baik yang bersifat material maupun
yang bersifat rohani.
mattaḥ parataraḿ nānyat kiñcid asti dhanañjaya
mayi sarvam idaḿ protaḿ sūtre maṇi-gaṇā iva
Terjemahan:
Wahai
perebut kekayaan, tidak ada kebenaran yang lebih tinggi dari pada-Ku. Segala
sesuatu bersandar kepada-Ku, bagaikan mutiara diikat pada seutas tali.
raso 'ham apsu kaunteya prabhāsmi śaśi-sūryayoḥ
praṇavaḥ sarva-vedeṣu śabdaḥ khe pauruṣaḿ nṛṣu
Terjemahan;
Wahai
putera Kuntī (Arjuna), Aku adalah rasa air, cahaya matahari dan bulan,
suku kata om dalam mantra-mantra Veda; Aku adalah suara di angkasa dan
kesanggupan dalam manusia.
puṇyo gandhaḥ pṛthivyāḿ ca tejaś cāsmi vibhāvasau
jīvanaḿ sarva-bhūteṣu tapaś cāsmi tapasviṣu
Terjemahan
Aku
adalah harum yang asli dari tanah, dan Aku adalah panas dalam api. Aku adalah
nyawa segala sesuatu yang hidup, dan Aku adalah pertapaan semua orang yang
bertapa.
bījaḿ māḿ sarva-bhūtānāḿ viddhi pārtha sanātanam
buddhir buddhimatām asmi tejas tejasvinām aham
Terjemahan
Wahai
putera Pṛthā, ketahuilah bahwa Aku adalah benih asli segala kehidupan,
kecerdasan orang yang cerdas, dan kewibawaan orang yang perkasa.
balaḿ bala-vatāḿ cāhaḿ kāma-rāga-vivarjitam
dharmāviruddho bhūteṣu kāmo 'smi Bhārata rṣabha
Terjemahan:
Aku
adalah kekuatan orang yang kuat, bebas dari nafsu dan keinginan. Aku adalah
hubungan suami isteri yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip keagamaan,
wahai prabhu dari keluarga Bhārata [Arjuna].
ye caiva sāttvikā bhāvā rājasās tāmasāś ca ye
matta eveti tān viddhi na tv ahaḿ teṣu te mayi
Terjemahan
Ketahuilah
bahwa segala keadaan hidup; baik kebaikan, nafsu maupun kebodohan—diwujudkan
oleh tenaga-Ku. Menurut suatu pengertian, Aku adalah segala sesuatu, tetapi Aku
bebas. Aku tidak berada di bawah pengaruh sifat-sifat alam material, sebaliknya
sifat-sifat alam berada di dalam Diri-Ku
tribhir guṇa-mayā ir bhāvair ebhiḥ sarvam idaḿ jagat
mohitaḿ nābhijānāti mām ebhyaḥ param avyayām
Terjemahan
Dikhayalkan oleh tiga sifat
[kebaikan, nafsu dan kebodohan], seluruh dunia tidak mengenal Diri-Ku, yang
berada di atas sifat-sifat alam dan tidak dapat dimusnahkan
Dalam
sloka 4 sampai dengan sloka 13 bhagavad
gita bab VII ini dijelaskan bahwa Tuhan merupakan sumber kebenaran yang utama,
Tuhan adalah penyebab dari segala yang ada di dunia ini. Dalam beberapa sloka
tersebut dijelaskan bahwa Tuhan merupakan sumber dari segala yang ada di dunia
material maupun dunia rohani.
Sloka 14- 18
daivī hy eṣā guṇa-mayī mama māyā duratyayā
mām eva ye prapadyante māyām etāḿ taranti te
Terjemahan
Tenaga
rohani-Ku, terdiri dari tiga sifat alam material, sulit diatasi. Tetapi orang
yang sudah menyerahkan diri kepada-Ku dengan mudah sekali dapat menyeberang
melampaui tenaga itu.
na māḿ duṣkṛtino mūḍhāḥ prapadyante narādhamāḥ
māyayāpahṛta-jñānā āsuraḿ bhāvam āśritāḥ
Terjemahan
Orang
jahat yang bodoh secara kasar, manusia yang paling rendah, yang kehilangan
pengetahuannya akibat khayalan, dan yang ikut dalam sifat orang jahat yang
tidak percaya kepada Tuhan tidak menyerahkan diri kepada-Ku.
catur-vidhā bhajante māḿ janāḥ sukṛtino 'rjuna
ārto jijñāsur arthārthī jñānī ca Bhārata rṣabha
Terjemahan
O
yang paling baik di antara para Bhārata, empat jenis orang saleh mulai
berbhakti kepada-Ku—orang yang berdukacita, orang yang menginginkan kekayaan,
orang yang ingin tahu, dan orang yang mencari pengetahuan tentang Yang Mutlak.
teṣāḿ jñānī nitya-yukta eka-bhaktir viśiṣyate
priyo hi jñānino 'tyartham ahaḿ sa ca mama priyaḥ
Terjemahan
Di
antara orang tersebut, orang yang memiliki pengetahuan sepenuhnya dan selalu
tekun dalam bhakti yang murni adalah yang paling baik. Sebab dia sangat
mencintai-Ku dan Aku sangat mencintainya.
udārāḥ sarva evaite jñānī tv ātmaiva me matam
āsthitaḥ sa hi yuktātmā mām evānuttamāḿ gatim
Terjemahan
Semua
penyembah tersebut tentu saja roh yang murah hati, tetapi orang yang mantap
dalam pengetahuan tentang-Ku Aku anggap seperti Diri-Ku Sendiri. Oleh karena
dia tekun dalam bhakti rohani kepada-Ku, dia pasti mencapai kepada-Ku, tujuan
tertinggi yang paling sempurna.
Dalam sloka 14 sampai dengan 18 ini dijelaskan
bahwa orang yang sepenuhnya menyerahkan diri kepada tuhan, tanpa terikat dengan
duniawi maka akan mencapai kebebasan. Orang yang tidak menyerahkan diri kepada
Tuhan adalah orang yang bodoh dan rendah tingkah lakunya. Dalam bagian ini juga
disebutkan bahwa orang yang menyembah Tuhan ada 4 golongan yaitu mereka yang
sedang dalam kesulitan, mereka yang sekadar ingin tahu, mereka yang
menginginkan harta benda, dan orang yang
menginginkan moksa. Dari keempat golongan tersebut yang paling tuluslah yang
akan mencapai pembebasan.
Sloka
19- 24
bahūnāḿ janmanām ante jñānavān māḿ prapadyate
vāsudevaḥ sarvam iti sa mahātmā su-durlabhaḥ
Terjemahan
Sesudah
dilahirkan dan meninggal berulangkali, orang yang sungguh-sungguh memiliki
pengetahuan menyerahkan diri kepada-Ku, dengan mengenal-Ku sebagai sebab segala
sebab dan sebab segala sesuatu yang ada. Roh yang mulia seperti itu jarang
sekali ditemukan.
kāmais tais tair hṛta-jñānāḥ prapadyante 'nya-devatāḥ
taḿ taḿ niyamam āsthāya prakṛtyā niyatāḥ svayā
Terjemahan
Orang
yang kecerdasannya sudah dicuri oleh keinginan duniawi menyerahkan diri kepada
para dewa dan mengikuti aturan dan peraturan sembahyang tertentu menurut
sifatnya masing-masing.
yo yo
yāḿ yāḿ tanuḿ bhaktaḥ śraddhayārcitum
icchati
tasya tasyācalāḿ śraddhāḿ tām eva vidadhāmy aham
Terjemahan
Aku
bersemayam di dalam hati semua orang sebagai Roh Yang Utama. Begitu seseorang
menyembah dewa tertentu, Aku menjadikan kepercayaannya mantap supaya ia dapat
menyerahkan diri kepada dewa itu.
sa tayā śraddhayā yuktas tasyārādhanam īhate
labhate ca tataḥ kāmān mayā iva vihitān hi tān
Terjemahan
Setelah
diberi kepercayaan seperti itu, dia berusaha menyembah dewa tertentu dan
memperoleh apa yang diinginkannya. Tetapi sebenarnya hanya Aku Sendiri yang
menganugerahkan berkat-berkat itu.
antavat tu phalaḿ teṣāḿ tad bhavaty alpa-medhasām
devān deva-yajo yānti mad-bhaktā yānti mām api
Terjemahan
Orang
yang kurang cerdas menyembah para dewa, dan hasilnya terbatas dan sementara.
Orang yang menyembah para dewa pergi ke planet-planet dewa, tetapi para
penyembah-Ku akhirnya mencapai planet-Ku yang paling tinggi.
avyaktaḿ vyaktim āpannaḿ manyante mām abuddhayaḥ
paraḿ bhāvam ajānanto mamāvyayām anuttamam
Terjemahan
Orang
yang kurang cerdas, tidak mengenal Diri-Ku secara sempurna, menganggap bahwa
dahulu Aku, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, tidak bersifat pribadi
dan sekarang Aku sudah berwujud dalam kepribadian ini. Oleh karena pengetahuan
mereka sangat kurang, mereka tidak mengenal sifat-Ku yang lebih tinggi, yang
tidak dapat dimusnahkan dan bersifat Mahakuasa.
Dalam sloka 19-24 disebutkan bahwa
orang yang telah mengalami kelahiran yang berulangkali maka akan menyerahkan
diri kepada Tuhan, ia sadar akan keberadaan Tuhan dan yakin akan adanya Tuhan,
maka ia akan mencapai kepada Tuhan. Namun mereka yang masih berpengetahuan
rendah, kurang menyadari adanya Tuhan, mereka cenderung lebih menyembah dewa,
dengan menyembah para dewa, maka ia hanya akan sampai pada dunia para dewa, dan
rohnya tidak menyatu bersama dengan Tuhan atau moksa. Oleh karena itu, kita
harus meningkatkan pengetahuan kita dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan,
agar kita dapat mencapai tempat tertinggi, yaitu moksa.
Sloka
25-30
nāhaḿ prakāśaḥ sarvasya yoga-māyā-samāvṛtaḥ
mūḍho 'yaḿ nābhijānāti loko mām ajam avyayām
Terjemahan
Aku
tidak pernah terwujud kepada orang yang bodoh dan kurang cerdas. Bagi mereka,
aku ditutupi oleh kekuatan dalam dari Diri-Ku. Karena itu, mereka tidak
mengetahui bahwa Aku tidak dilahirkan dan tidak pernah gagal.
vedāhaḿ samatītāni vartamānāni cārjuna
bhaviṣyāṇi ca bhūtāni māḿ tu veda na kaścana
Terjemahan
Wahai
Arjuna, sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Aku mengetahui segala sesuatu
yang terjadi pada masa lampau, segala sesuatu yang sedang terjadi sekarang, dan
segala sesuatu yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Aku juga mengenal
semua makhluk hidup, namun tiada seorangpun yang mengenal Diri-Ku.
icchā-dveṣa-samutthena dvandva-mohena bhārata
sarva-bhūtāni sammohaḿ sarge yānti parantapa
Terjemahan
Wahai
prabhu dari keluarga Bhārata, wahai penakluk musuh, semua makhluk hidup
dilahirkan ke dalam khayalan, dan dibingungkan oleh hal-hal relatif yang timbul
dari keinginan dan rasa benci.
yeṣāḿ tv anta-gataḿ pāpaḿ janānāḿ puṇya-karmaṇām
te dvandva-moha-nirmuktā bhajante māḿ dṛḍha-vratāḥ
Terjemahan
Orang
yang sudah bertindak dengan cara yang saleh dalam penjelmaan-penjelmaan yang
lalu dan dalam hidup ini dan dosanya sudah dihilangkan sepenuhnya, dibebaskan
dari hal-hal relatif berupa khayalan, dan mereka menekuni bhakti kepada-Ku
dengan ketabahan hati.
jarā-maraṇa-mokṣāya mām āśritya yatanti ye
te brahma tad viduḥ kṛtsnam adhyātmaḿ karma cākhilam
Terjemahan:
Orang
cerdas yang sedang berusaha mencapai pembebasan dari usia tua dan kematian
berlindung kepada-Ku dalam bhakti. Mereka sungguh-sungguh Brahman karena mereka
mengetahui sepenuhnya segala sesuatu tentang kegiatan rohani yang melampaui
hal-hal duniawi.
sādhibhūtādhidaivaḿ māḿ sādhiyajñaḿ ca ye viduḥ
prayāṇa-kāle 'pi ca māḿ te vidur yukta-cetasāḥ
Terjemahan
Orang
yang sadar kepada-Ku sepenuhnya, yang mengenal Diri-Ku, Yang Mahakuasa, sebagai
prinsip yang mengendalikan manifestasi material, para dewa dan segala cara
korban suci, dapat mengerti dan mengenal Diri-Ku, Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa, bahkan pada saat meninggal dunia sekalipun.
Dalam sloka 25- 30 ini disebutkan
bahwa orang yang telah memiliki pengetahuan maka ia akan menyembah Tuhan denhan
penuh bhakti, ia akan mengetahui kebenaran yang sejati, ia mengetahui segala
perbuatan yang ada di dalam jalan spiritual, dan pada saat kematian tiba mereka
yang tetap teguh dalam keyakinan-nya, maka akan sampai kepada-nya.
Demikian adalah ajaran Bhagavadgita bab VII yang disampaikan
krsna kepada Arjuna, intisari dari ajaran ini adalah tentang pengetahuan yang
mutlak mengenai Tuhan. Ajaran ini sangat berguna untuk pedoman dalam kehidupan
sehari-hari, apalagi di jaman modern seperti sekarang yang kebanyakan hanya
mengutamakan dunia material, tanpa mempertimbangkan kehidupan spiritual.
Siapapun
yang mendengar tentang ajaran ini akan terbebas dari segala reaksi dosa.
2.1.2
Bhagavad
gita bab VIII
Dalam
Bhagavad gita bab VIII ini dijelaskan bahwa seseorang dapat mencapai tempat
tinggal Krsna yang paling utama, di luar
dunia material, dengan cara mengingat
sri krsna dalam bhakti semasa hidupnya, khususnya pada saat meninggal.
Dalam
bab ini sri krsna menjelaskan kepada Arjuna mengenai pencapaian kebebasan,
yaitu sebagai berikut :
anta-kāle ca mām eva smaran muktvā kalevaram
yaḥ prayāti sa mad-bhāvaḿ yāti nāsty atra saḿśayaḥ
Terjemahan
Siapapun yang meninggalkan badannya pada saat ajalnya sambil
ingat kepada-Ku, segera mencapai sifat-Ku. Kenyataan ini tidak dapat diragukan.
yaḿ yaḿ vāpi smaran bhāvaḿ tyajaty ante kalevaram
taḿ tam evaiti kaunteya sadā tad-bhāva-bhāvitaḥ
Terjemahan
Keadaan
hidup manapun yang diingat seseorang pada saat ia meninggalkan badannya, pasti
keadaan itulah yang akan dicapainya, wahai putera Kuntī .
tasmāt sarveṣu kāleṣu mām anusmara yudhya ca
mayy arpita-mano-buddhir mām evaiṣyasy asaḿśayaḥ
Terjemahan
Wahai
Arjuna, karena itu, hendaknya engkau selalu berpikir tentang-Ku dalam bentuk
Krishna dan pada waktu yang sama melaksanakan tugas kewajibanmu, yaitu
bertempur. Dengan kegiatanmu dipersembahkan kepada-Ku pikiran dan kecerdasanmu
dipusatkan kepada-Ku, tidak dapat diragukan bahwa engkau akan mencapai
kepada-Ku.
abhyāsa-yoga-yuktena cetasā nānya-gāminā
paramaḿ puruṣaḿ divyaḿ yāti pārthānucintayan
Terjemahan
Orang yang bersemadi kepadaku sebagai Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa, dengan pikirannya senantiasa tekun ingat kepada-Ku, dan tidak pernah
menyimpang dari jalan itu, dialah yang pasti mencapai kepada-Ku, wahai Pārtha.
kaviḿ purāṇam anuśāsitāram aṇor aṇīyāḿsam anusmared yaḥ
sarvasya dhātāram acintya-rūpam āditya-varṇaḿ tamasaḥ parastāt
Terjemahan
Hendaknya
seseorang bersemadi kepada Kepribadian Yang Paling Utama sebagai yang Mahatahu.
Yang paling tua, Yang mengendalikan, lebih kecil daripada yang paling kecil,
Pemelihara segala sesuatu, Yang berada di luar segala paham material, Yang
tidak dapat dibayangkan, dan selalu bersifat kepribadian. Beliau bercahaya
seperti matahari, dan Beliau bersifat rohani, di luar alam material ini.
prayāṇa-kāle manasācalena bhaktyā yukto yoga-balena caiva
bhruvor madhye prāṇam āveśya
samyak sa taḿ paraḿ puruṣam upaiti
divyam
Terjemahan
Pada
saat meninggal, orang yang memusatkan udara kehidupannya di tengah-tengah
antara kedua alis matanya dan tekun ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam
bhakti sepenuhnya melalui kekuatan yoga, dengan pikiran yang tidak pernah
menyimpang, pasti akan mencapai kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam sloka diatas disebutkan bahwa
seseorang hendaknya selalu mengingat Tuhan dalam keadaan apapun, dengan
mengingat Tuhan, kita akan senantiasa mendapatkan perlindungannya. Kita harus
selalu memusatkan pikiran kita kepada Tuhan pada saat kematian tiba sekalipun,
yang wajib dan sangat penting untuk kita ingat aadalah hanya lah Tuhan yang
maha esa, sehingga kita akan tetap berada di jalannya danakan mencapai tempat
tinggal tertinggi yang terbebas dari pengaruh duniawi dan material.
8.14
ananya-cetāḥ satataḿ yo māḿ smarati nityaśaḥ
tasyāhaḿ sulabhaḥ pārtha nitya-yuktasya yoginaḥ
Terjemahan
Wahai
putera Pṛthā, Aku mudah sekali dicapai oleh orang yang selalu ingat kepada-Ku
tanpa menyimpang sebab dia senantiasa tekun dalam bhakti.
8.15
mām upetya punar janma duḥkhālayam aśāśvatam
nāpnuvanti mahātmānaḥ saḿsiddhiḿ paramāḿ gatāḥ
Terjemahan
Sesudah
mencapai kepada-Ku, roh-roh yang mulia, yogi-yogi dalam bhakti, tidak pernah
kembali ke dunia fana yang penuh kesengsaraan, sebab mereka sudah mencapai
kesempurnaan tertinggi.
8.24
agnir jyotir ahaḥ śuklaḥ ṣaṇ-māsā uttarāyaṇam
tatra prayātā gacchanti brahma brahma-vido janāḥ
Terjemahan
Orang yang mengenal Brahman Yang Paling Utama mencapai kepada
Yang Mahakuasa dengan cara meninggal dunia selama pengaruh dewa api, dalam
cahaya, pada saat suci pada waktu siang, selama dua minggu menjelang bulan
purnama, atau selama enam bulan pada waktu matahari berjalan menuju utara.
8.28
vedeṣu yajñeṣu tapaḥsu caiva dāneṣu yat puṇya-phalaḿ pradiṣṭam
atyeti tat sarvam idaḿ viditvā yogī paraḿ sthānam upaiti cādyam
Terjemahan
Orang yang mulai mengikuti jalan bhakti tidak kekurangan
hasil yang diperoleh dari mempelajari Veda, melakukan korban suci dengan
kesederhanaan dan pertapaan, memberi sumbangan atau mengikuti kegiatan di
bidang filsafat atau kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau
pahala. Hanya dengan melakukan bhakti, ia mencapai segala hasil tersebut, dan
akhirnya ia mencapai tempat tinggal kekal yang paling utama.
Demikian
yang disebutkan dalam bab VIII bhagavad gita, intisari dari ajaran bab ini
adalah tentang cara mencapai Tuhan yang maha esa, cara yang dapat dilakukan
adalah dengan memusatkan pikiran dan selalu mengingat Tuhan dalam keadaan
apapun. Walaupun dalam keadaan apaun, seperti saat kematian tiba, hendaknya
hanya Tuhan yang selalu diingat, dengan mengingat Tuhan ketika orang akan
meninggalkan badan jasmaninya, maka kemungkinan besar ia tidak akan mengalammi
kelahiran kembali di dunia material ini, dan akan mencapai tempat tertinggi
dari Tuhan. Ajaran dari bab ini sangat menuntun kita dalam menjalani kehidupan
di dunia yang hanya sementara.
2.2
Mengetahui
Manfaat Ajaran Bhagavad Gita bagi Kehidupan sekarang.
Bhagavad Gita adalah ajaran yang
berisi pengetahuan untuk menyelamatkan manusia dari kebodohan kehidupan
material. Setiap manusia mengalami kesulitan dibanyak hal, semua penuh
kecemasan karena kehidupan material. Bhagavad Gita diturunkan untuk manusia
agar mereka terhindar dari kebodohan dan nafsu yang bersifat material yang
dapat menutup diri mereka dari cahaya Tuhan dan akan membuat mereka menderita
dalam kehidupannya di dunia ini.
Dengan Bhagavad Gita seluruh kehidupan kita akan disucikan
dan akhirnya kita dapat mencapai tujuan, dan tujuan ini disebut sebagai moksa
atau kehidupan rohani yang
kekal. Dan kehidupan yang kekal itu disebut sebagai kehidupan yang suci.
Sehingga stiap manusia akan mencapai suatu sanatana dharma yaitu
suatu kewajiban untuk mengabdi kepada Tuhan yang kekal.
BAB
III
PENUTUP
3.1
kesimpulan
Dalam bab VII ini Sri Krshna bersadba bahwa ia adalah kebenaran yang paling utama, penyebab yang
paling utama, dan kekuatan yang memelihara sesuatu, baik material maupun rohani.
Roh –roh yang sudah maju menyerahkan diri kepada Krishna dalam pengabdian suci
bhakti, sedangkan roh yang tidak saleh mengalihkan pikirannya kepada
obyek-obyek sembah yang lain. Siapapun
yang mendengar tentang ajaran ini akan terbebas dari segala reaksi dosa.
Dalam Bhagavad
gita bab VIII ini dijelaskan bahwa seseorang dapat mencapai tempat tinggal Krsna yang paling utama, di luar dunia
material, dengan cara mengingat sri
krsna dalam bhakti semasa hidupnya, khususnya pada saat meninggal. Apabila kita
melakukan bhakti penuh rasa tulus, maka Tuhan akan senantiasa melimpahkan
anugrahnya kepada kita, bahkan juga
kepada leluhur kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Arnawa,
Nyoman http://penuntundiri.blogspot.co.id/2015/01/bhagavad-gita-bab-7.html
( diakses pada 27 desember 2016)
Darmayasa. 2015. Bhagavad gita(Nyanyian Tuhan). Denpasar. Penerbit : Yayasan Dharma
Sthapanam
Prabhupada, Sri Srimad
ACBS, Bhagavad Gita : Menurut Aslinya, cet.5, Hanuman Sakti,
Jakarta, 2000.
Wibowo, Arif https://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/05/06/berkenalan-dengan-bhagavad-gita/ ( diakses pada 27
desember 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar