UPANISAD
BRHAD-ARANYAKA
UPANISAD
BAB
I Brahmana Pertama- BAB III Brahmana Kedua
Dosen Pengampu:
Kadek
Hemamalini, S.Pd.H, M.Fil.H
Oleh:
Eni Kusti Rahayu
Kadek Sucipta
Oke Setiawan
Wayan Kemenuh
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU
DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Om swastyastu
Puji syukur kami
panjatkan kehadapan Ida sang Hyang Widi Wasa atas berkat waranugraha-Nya, makalah
mata kuliah Upanisad ini bisa terselesaikan.Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini,
diantaranya, Ibu Kadek Hemamalini, S.Pd.H, M.Fil.Hsebagai dosen pengampu mata
kuliah Upanisad, teman-teman dikelas yang telah memberikan kami dukungan, dan
semua pihak Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta yang terkait
dalam menyediakan sarana dan prasarana guna mempermudah pencarian literature.
Makalah yang kami buat ini sangat jauh dari
kesempurnaan, sehingga kritik dan saran bagi pembaca sangat diharapkan guna
dijadikan pembelajaran pada pembuatan makalah yang akan datang. Terima kasih
atas partisipasinya semoga semua isi yang ada dalam makalah dapat bermanfaat
bagi bembaca.
Om santi, santi, santi Om.
Jakarta, Mei 2017
Penulis
|
KATA
PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR
ISI ............................................................................................. ii
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................ 2
BAB IIPEMBAHASAN
1.1 BAB I Brahmana Pertama................................................... 3
1.2 Brahmana kedua................................................................... 4
1.3 Brahmana ketiga................................................................... 5
1.4 Brahmana keempat............................................................... 7
1.5 Brahmana kelima.................................................................. 8
1.6 Brahmana keenam................................................................ 14
1.7 BAB II Brahmana Pertama.................................................. 15
1.8 Brahmana kedua................................................................... 16
1.9 Brahmana ketiga................................................................... 17
1.10
Brahmana keempat…………………………………………18
1.11
Brahmana kelima.................................................................. 19
1.12
Brahmana keenam................................................................ 21
1.13
BAB III Brahman pertama.................................................. 22
1.14
Brahmana kedua................................................................... 23
BAB IIIPENUTUP
1.1 Kesimpulan................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upanisad
merupakan konsep filsafat Hindu dimana,Upanisad sendiri berasal dari kata Upa, ni, dan shad. Upa berarti dekat, ni
berarti di bawah, dan shad berarti
duduk. Jadi, Upanisad berarti duduk dekat, yaitu duduk di dekat seorang guru
untuk menerima ajaran dan pengetahuan yang lebih tinggi. Kitab upanisad
berbentuk dialog antara seorang guru dan muridnya, atau antara seorang Brahmana
dengan Brahmana lainnya.
Upanisad
mengungkapkan hakekat kebenaran yang menjadi dasar segala yang ada, semesta,
dan realitas tertinggi yang diungkapkan secara filosofis sehingga dapat
diterima secara rasional. Pokok ajaran
dari Upanisad adalah tentang Brahman,
Atman, Kosmologi, Eskatologi,
dan Psikologi.
Brhad-aranyaka Upanisad adalah salah satu bagian
dalam Upanisad Utama. Brhad-aranyaka upanisad yang dianggap sebagai yang
terpenting dari semua upanisad, terdiri dari tiga kanda yaitu Madhu kanda
yang mengajarkan tentang identitas dasar dari individu dan atman semesta. Muni kanda memberikan pembenaran secara
falsafah dari ajaran ini, dan Khila kanda
yang membicarakan tentang beberapa macam pemujaan dan Samadhi, upasana, yaitu
menjawab secara garis besartiga tahap kehidupan beragama Svarana, mendengarkan, Manana,
pemikiran logis, dan nididhyasana
atau perenungan. Berdasarkan uraian tersebut, dalam makalah ini, kami akan
membahas Brhad-aranyaka Upanisad BAB I Brahmana Pertama- BAB III Brahmana Kedua
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
saja pembahasan dalam BAB IBrhad-aranyaka Upanisad?
2. Apa
saja pembahasan dalam BAB II Brhad-aranyaka Upanisad?
3. Apa
saja pembahasan dalam BAB III Brhad-aranyaka Upanisad?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui apa saja pembahasan dalam BAB IBrhad-aranyaka Upanisad;
2. Untuk
mengetahui apa saja pembahasan dalam BAB IIBrhad-aranyaka Upanisad;
3. Untuk
mengetahui apa saja pembahasan dalam BAB IIIBrhad-aranyaka Upanisad.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
BAB I Brhad-aranyaka Upanisad
2.1.1 Brahmana Pertama
“ Siang sesungguhnya muncul dari sang kuda
ketika kereta yang disebut mahiman muncul didepannya (kuda). Sumbernya adalah
lautan di timur. Malam sesungguhnya muncul untuk sang kuda ketika kereta yang
disebut mahiman muncul di belakangnya. Sumbernya adalah di lautan Barat. Kedua
kereta ini sesungguhnya muncul pada sisi kuda sebagai dua kereta yajna. Menjadi
kuda sembrani dia membawa para dewata, sebagai kuda pemacek dia membawa para
gandharva, sebagai kuda balap dia membawa raksasa dan sebagai kuda biasa dia
membawa manusia. Laut adalah keluarganya, laut adalah sumbernya.”
Dalam
Brhad-aranyaka Upanisad Bab I Brahmana Pertama, ini membahas tentang Aswa Medha
Yadnya. Tentang Aswameda Yadnya ini kita jumpai dalam Mahabharata, dimana di Hastinapura Yudistira saat itu sedang
termenung mengingat perang Baratayudha yang telah berlalu, banyak korban
berjatuhan dari kedua pihak antara pasukan pandawa dan kurawa. Dalam
ketermenungannya, Yudistira tiba-tiba mendapat sabda dari Rsi Byasa, dalam
sabdanya itu, Rsi berkata, “cucuku Yudistira perang sudah usai dan dirimulah
sebagai pemenangnya, untuk itu sebagai raja yang arif dan bijaksana, kakek
menyarankan kamu untuk melakukan upacara Aswameda.”
Aswameda atau korban kuda merupakan
tradisi ritual yang berasal dari zaman veda sebagai symbol representasi
kekuatan dan kekuasaan yang tertinggi atas raja-raja yang lain, yang merupakan
taklukannya. Pada awalnya dilakukan oleh raja yang menginginkan keturunan.
Tetapi kemudian menjadi korban untuk membuktikan kekuasaannya dan apabila
seorang raja telah merasakan diri telah
berkuasa penuh dalam wilayahnya, maka ia
akan mengadakan korban Aswameda. Untuk itu seekor kuda dari warna tertentu
(putih atau coklat muda keemas-emasan)
dilepaskan dan diikuti (dijaga oleh sekelompok ksatriya, yang harus
melindunginya terhadap serangan orang atau pencuri).
Selama
setahun, kuda itu berkelanakemanapun ia suka tanpa diganggu dan dilindungi oleh
satu pasukan bersenjata. Bila ia
melewati perbatasan kerajaan lain, rajanya akan melawan berperang atau
menyerah. Setelah kuda itu aman berkeliaran demikian, maka kedudukan raja yang melepaskannya
kuda-kuda itu telah terbukti. Pada akhir tahun kuda itu akan kembali ke ibu
kota dan disambut dengan upacara besar lalu kuda dikorbankan. Raja-raja yang
juga pernah melaksanakan Aswameda yadnya adalah Raja Samudragupta, pemimpin
kerajaan Gupta; Raja Sagara, pemimpin kerajaan Kosala; Raja Aswawarman pemimpin
kerajaan Kutai.
2.1.2Brahmana Kedua
a) Penciptaan
alam semesta
“
Pada mulanya adalah hampa, tidak ada sesuatupun disini. Oleh kematianlah
semuanya ini ditutupi atau oleh kelaparan, sebab lapar adalah kematian. Dia
menciptakan pikiran, yang berpikir “akan kuciptakan Atman”. Kemudian dia
bergerak dan menyembah. Dari sembahnya itu terciptalah air.
“Sesungguhnya.” Dia berpikir, “ketika
aku sedang menyembah, muncullah air dank arena itu air disebut arka (Api)”. Air
sesungguhnya akan muncul pada seseorang yang mengerti mengapa air disebut arka
(api).”
Dalam Brahmana ini menjelaskan tentang penciptaan
alam semesta yang awalnya itu adalah hampa, kemudian, tercipta air, api, zat
padat dan kemudian terciptalah alam semesta beserta isinya termasuk bumi,
bulan, matahari, langit, dan arah. Dalam Mahanarayana Upanisad disebutkan “sang
pencipta, yang hadir dalam air tanpa tepi, pada bumi dan diatas surga, dan yang
lebih besar dari yang besar, setelah memasuki kecerdasan makhluk yang bersinar
dalam wujud benih, bertindak dalam janin (yang tumbuh menjadi makhluk hidup
yang dilahirkan). (Vimalananda, 1997;3)
Menurut
Brahmanda Purana, pada awalnya tiada apapun, dunia ini gelap total, dimana-mana yang ada
hanyalah air, dari dalam air itu muncul telur keemasan, dari dalam telur itu
Brahma menciptakan dirinya sendiri.
Kemudian di mantra 4 sampai mantra
7menjelaskan tentang atman, dimana atman itu menginginkan tubuh yang kedua
(tubuh atau bentuk). Dari tubuh itu kemudian ia melakukan yadnya sebagai bentuk
persembahan atau pengorbanan suci kepada seluruh dewata.
2.1.3 Brahmana Ketiga
a)
Keunggulan Nafas Dibandingkan dengan
Fungsi-fungsi Badaniah
“Dia
disebut Ayasya Angirasa karena dia adalah inti dari seluruh anggota raga.
Sesungguhnya, nafas hidup ini adalah inti dari anggota raga, ya, nafas hidup
adalah inti dari anggota raga. Karena itu, dari anggota raga apa saja nafas
hidup meninggalkan kita, itu pasti akan menjadi kering; sebsb sesungguhnya dia
adalah inti dari anggota raga.”
Dalam Brahmana ketiga ini menjelaskan bahwa Atman
adalah yang tertinggi, ia menguasai ego, manas, dan kesepuluh indriya.(Sutrisna,2009;67)
Atman atau nafas adalah inti dari tubuh, tanpa nafas, tubuh akan mati dan panca
indriya tidak dapat bergerak atau bekerja. Atma adalah yang menghidupkan
makhluk itu sendiri, sering juga disebut badan halus dan atma yang menghidupkan
badan manusia disebut Jiwatman. Badan dengan atma ini bagaikan hubungan kusir
dengan kereta. Kusirnya adalah atma, keretanya adalah badan. Indria di badan
kita tidak akan berfungsi tanpa atma. Misalnya, mata tidak dapat melihat jika
tidak dijiwai oleh atma. Telingapun tidak dapat mendengar apabila tidak ada sang
atma. (Suwisma, 2013; 115)
b)
Wirama Dukacita Tentang Nafas
“
Sekarang, pengulangan berikutnya hanya berasal dari wirama penyucian.
Sesungguhnya pendeta prastotr melantunkan wirama ini dan ketika dia menyanyi hendaklah dia yang melakukan
yadnya yang melantunkannya (ketiga mantra yajus) ini. “Dari yang tidak nyata,
bawalah aku kepada yang nyata, dari kegelapan bawalah aku kepada sinar yang
terang, dari kematian bawalah aku kepada keabadian.” Ketika tidak nyata adalah
kematian yang nyata adalah keabadian. “ dari kematian bawalah aku kepada
keabadian,” “jadikanlah aku keabadian” begitulah apa yang dia katakana. “ dari
kegelapan bawalah aku kepada sinar yang terang; kegelapan sesungguhnya adalah
kematian, sinar adalah keabadian. Dari kematian bawalah aku kepada keabadian
jadikanlah aku abadi, itulah yang dia katakana. “ Dari kematian bawalah aku
kepada keabadian,” tiada yang disembunyikan disini (atau samar-samar dank arena
itu memerlukan penjelasan). Sekarang ayat-ayat apa saja (yang lain) dalam
nyanyian ini yang berisi pujian, padanyalah seseorang mestinya memperoleh
makanan dengan nyanyian. Dan karena itu padanyalah pula seseorang memilih
permintaan apa saja yang diinginkan. Pendeta udgatr itu yang mengerti hal ini,
keinginian apa saja yang dia inginkan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
yang melakukan yadnya itu dia peroleh dari nyanyian. Inilah yang disebut
menaklukan dunia. Dia mengerti wirama ini, untuk itu dia tidak ada ketakutan
atas keadaannya tanpa dunia.”
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa
nafas pada hakikatnya adalah suatu keabadian. Namun dalam tubuh manusia,
nafas dipengarui oleh keduniawian, sehingga membutuhkan suatu pembebasan.
Pertemuan antara atma dan badan
menimbulkan ciptaan menyebabkan atma dalam keadaan avidya. Avidya artinya gelap,
lupa pada kesadaran. Avidya muncul karenapengaruh unsur panca mahabhuta yang
mempunyai sifat duniawi, menyebabkan atma dalam diri manusia dalam keadaan
awidya. Tujuan kehidupan ialah menghilangkan awidya guna meraih kesadaran yang
sejati dengan cara berbuat baik, subha karma.
Menyadari sifat atma yang sempurna dan penuh kesucian menimbulkan usaha
untuk menghilangkan pengaruh awidya tadi. Apabila manusia meninggal, yang rusak
hanyalah badan kasar, sedangkan atma tetap ada. Atma akan kembali mengalami
kelahiran dengan membawa karma wasana.
oleh karena itu, haruslah berbuat baik atas dasar pengabdian untuk membebaskan sang Atma dari ikatan
duniawi. Jika tidak ada pengaruh duniawi, atman dan Brahman akan menyatu.
(Suwisma, 2013; 115-116 )
2.1.4
Brahmana Keempat
a) Penciptaaan
Dunia dari Atman
“ Pada mulanya dunia in adalah
atman, dalam bentuk sebagai seseorang. Melihat
ke sekelilingnya dia tidak melihat apa-apa kecuali dirinya. Pertama-tama
dia berkata “Aku”. Karena itu terciptalah kata aku. Karena itu bahkan sampai
sekarang, jika seseorang disebut pertama-tama ia akan berkata “inilah aku”, dan
kemudian menyebutkan nama apa saja yang dia punyai. Sebab sebelum semuanya ini,
dia membakar segala kejahatan, karena itulah dia adalah seseorang. Dia yang
mengerti hal ini sesungguhnya membakar orang yang ingin berada di depannya.”
Dalam Brahmana keempat
dijelaskan bahwa pada mulanya dunia ini
adalah atman dalam bentuk seseorang. Ketika seorang ini melihat sekelilingnya
dia tidak melihat siapa-siapa kecuali dirinya. Seseorang itu menginginkan yang kedua. Dia yang menyebabkan
atman menjadi dua bagian yang berpasang-pasangan, dia menciptakan segala
sesuatunya, apa saja yang ada dalam bentuk sepasang. Kemudian lahirlah sapi
sebagai binatang yang pertama.
Menurut
matsya purana, penciptaan terjadi setelah mahapralaya, leburnya alam semesta,
kegelapan dimana-mana. Semuanya dalam keadaan tidur. Tidak ada materi apapun,
baik yang bergerak maupun tidak bergerak, lalu swayambu melalui dirinya sendiri
menjelma, yang merupakan bentuk diluar indria. Ia menciptakan air/cairan
pertama kali, dan menciptakan bibit penciptaan didalamnya, bibit itu tumbuh
menjadi telur emas. Lalu swayambu memasuki telur itu, dan disebut visnu karena
memasukinya.
Setelah
menciptakan alam beserta isinya, kemudian Tuhan menciptakan golongan dewata
dalam kelompok yaitu Vasu, Rudra, Aditya, Visvadeva dan Maruta. Setelah itu
diciptakanlah catur varna, yaitu Brahmana, ksatriya, Vaisya, dan Sudra.Dari
semua yang telah diciptakan ini, wajib bagi mereka untuk melaksanakan
persembahan yadnya, bagi keselamatan semua makhluk.
2.1.5
Brahmana Kelima
a) Penciptaan
Dunia oleh Praja-pati sebagai Makanan untuk Dirinya
“Ketika
Bapak (dari penciptaan) menciptakan melalui pengetahuan dan tapa tujuhmacam
makanan, salah satu makanannya adalah umum untuk semua makhlu, dua dia berikan
untuk dewata, tiga dia buat untuk dirinya sendiri, satu dia berikan kepada
binatang. Di dalam hal inilah semuanya berada, apa saja yang bernafas dan yang
tidak. Mengapa mereka tidak menolak ketika mereka sepanjang waktu dimakan? Dia
yang tidak mengerti ketidakbinasaan ini, dia akan menyantap makanan dengan
mulutnya. Dia menuju para dewata, dia hidup dengan kekuatan. Begitulah ayat
ini.”
Dalam brahmana ini kita
menyimpulkan bahwa dalam bagian ini menjelaskan tentang struktur alam semesta.
Bagian atas alam semesta terdiri dari tujuh lapisan, tujuh lapisan tersebut
dikenal dengan istilah Saptaloka (tujuh alam). Bhurloka adalah lapisan paling
bawah tempat bumi berada; Bhuwahloka adalah lapisan alam diatasnyaa yang
didiami oleh para raksasa; swahloka atau swargaloka atau surgaa adalah kediaman
para dewa yang dipimpin oleh Dewa Indra; Mahaloka adalah kediaman Rsi Bhrigu;
Janaloka adalah kediaman sapta rsi;Tapaloka merupakan kediaman ras makhluk yang
disebut weragi; Satyaloka atau Brahmaloka merupakan kediaman penguasa satu alam
semesta, yaitu Dewa Brahma.
Di
bawah Bhurloka terdapat lapisan tujuh alam bawah yang dihuni oleh makhluk
dengan unsur kasar. Ini dikenal dengan sapta patala, terdiri dari Atala,
Witala, Sutala, Talatala, mahatala, Rasatala, Patala. Atala identik dengan
mahamaya; Witala dipimpin oleh manifestasi siwa yang disebut Hetakeswara;
Sutala dipimpiin oleh raksasa Bali; Talatala dipimpin oleh Maya; Mahatala
kediaman ular raksasa; Rasatala dihuni oleh para Detya dan Denawa; Patala
dipimpin oleh Basuki, Raja para naga. Planet-planet neraka atau neraka berada
di patala.
Selanjutnya
adalah disebutkan tiga dia buat untuk dirinya yaitu pikiran, wicara dan nafas.
Tiga hal ini bertujuan agar manusia dapar bersamadhi bahwa pikiran, wicara, dan
nafas adalah yang akan melindungi dia.
b) Atman
Disamakan dengang Enam Belas Macam Praja-pati
“
Sesungguhnya orang disini yang mengerti adalah dia sendiri Praja-pati dengan
enam belas bagiannya yang adalah tahun. Hartanya adalah yang limabelas bagian,
dan yang keenambelas adalah atmannya. Dalam harta sajalah seseorang dapat
berkurang dan bertambah. Atman adalah poros, kekayaan, adalah pelek (kalau ban
sepeda, velg). Karena itu bahkan dikatakan bahwa kalau seseorang kehilangan
segalanya kecuali dirinya, orang berkata bahwa ia hanya kehilangan peleknya
(yang bisa diperoleh kembali).”
Inti
dari mantra ini adalah Atman sebagai poros hidup. Atman adalah nafas dari yang
hidup, ia mencakup segala sesuatu yang hidup, jiwa, diri, atau oknum yang
menjadi inti dari perorangan. Atman adalah asas dari hidupnya manusia, yang
bersifat kekal dan berbeda dengan tubuh yang maya ini. sesungguhnya atman
adalah keberadaan yang sejati, kesadaran yang tidak dapat disamakan dengan
pikiran dan kecerdasan. Atman adalah yang nyata yang mendasari kekuatan yang
sadar dari perorangan, tempat berpijak yang paling dalam dari jiwa manusia.
(Sutrisna,2009; 65)
c) Ketiga Dunia dan Cara-cara untuk Memperolehnya
“
Sekarang sesungguhnya ada tiga dunia yaitu, dunia manusia, dunia leluhur, dan
dunia dewata. Dunia manusia ini hany abisa diperoleh melalui keturunan saja,
bukan oleh perbuatan yang lain, dunia leluhur dengan persembahan, dunia dewata
dengan pengetahuan. Dunia para dewata adalah sesungguhnya dunia yang terbaik.
Karena itulah mereka memuji pengetahuan.”
Dengan
mempunyai keturunan yang suputra, akan mengantarkan orang tua mencapai
pembebasan, dengan melakukan persembahan yadnya maka dapat membantu leluhur
untuk mencapai pembebasan. Dengan pengetahuan yang baik(Vidya) seseorang dapat
mencapai alam para dewata, sehingga ia harus manghilangkan segala sifat awdiya.
Dalam bhagawadgita Krishna mengajarkan bahwa bila engkau mengembangkan
pengetahuan spiritual, segala ketidaktahuanmu akan lenyap,maka kesusahan,
kesulitan, dan kesedihanmu akan lenyap pula(Narayana, 2010; 213)
d) Berkat
Seorang Ayah dan Pemindahan Kekuatan
“Sekarang
mengenai peralihan. Ketika seseorang merasa bahwa dia akan segera mninggal, dia
berkata kepada anaknya “engkau adalah
Brahman, engkau adalah yadnya, dan engkau adalah dunia”. Sang anak menjawab
“akulah Brahman, akulah yadnya, akulah dunia”. Sesungguhnya apapun yang telah
dipelajari semua yang didapat adalah
pengetahuan (brahman). Sesungguhnya yadnya apa saja yang pernah dibuat,semuanya
itu dijadikan satu dunia. Semuanya
adalah demikian, seperti itu. Karena demikian adanya semua, hendaknya dia (sang
anak) memelihara (hubungan-hubunganku) di dunia ini begitulah sang ayah
berpikir. Kerena itulah dia memanggil sang anak diperintahkan untuk,
“memperoleh dunia”, dan karena itu mereka memerintahkan kepada dia. Apabila
seseorang mengerti kepergian dari dunia ini dia akan memasuki anaknya bersama dengan nafasnya. Apa saja
kesalahan yang pernah dibuatnya, anaknya membedaskan dia dari semua itu, karena
itulah dia disebut seorang putra. Karena sang anaklah seorang bapak berdiri
teguh di dunia ini. kemudian kepadanya masuklah nafas Tuhan yang abadi.”
Dalam bagian ini kami mengetahui bahwa
Brahman adalah ayah asli dari semua makhluk hidup, dalam Bhagawadgita XIV.14.
4 telah disebutkan sebagai berikut:
“sarva-yonisu
kaunteya murtayah sambbhavanti yah
Tasam
brahma mahad yonir aham bija-pradah pita”
Artinya;
Hendaknya dimengerti bahwa segala
jenis kehidupan dimungkinkan oleh kelahiran di alam material ini, dan bahwa
akulah ayah yang memberi benih, wahai putera Kunti.
e) Nafas
yang Tidak Pernah Berhenti
“
Berikut adalah mengenai pertimbangan dari upacara-upacara ini. praja-pati
menciptakan indriya aktif. Indriya-indriya ini sewaktu diciptakan, mereka
bertengkar satu dengan yang lainnya. Wicara memutuskan “aku akan terus bicara”,
mata ; “aku akan terus melihat.” Telinga; “aku akan terus mendengar”. Dan
begitulah seterusnya alat-alat tubuh yang lainnya berfungsi sesuai dengan
tugasnya. Kematian, setelah keletihan akhirnya mencengkeram mereka. Kematian
menguasai mereka; setelah menguasai mereka, kematian memberhentikannya dari
tugas-tugas mereka. Akibatnya wicara menjadi letih, mata dan telinga menjadi
letih. Tetapi kematian tidaklah menguasai mereka yang merupakan nafas tengah
(madhyaman pranah). Mereka (indriya-indriya) ingin mengerti tentang nafas
tengah ini dengan berkata ; “ inilah sesungguhnya yang terbesar diantara kita,
sebab walaupun bergerak atau tidak bergerak tidaklah dia terganggu atau
terluka, dank arena itumari kita mengambil bentuknya; dari dia mereka menjadi
menpunyai bentuk. Karena itulah mereka disebut dengan panggilannya yaitu “nafas”
(prana). Pada keluarga mana saja yang mengerti akan hal ini maka mereka
memanggil keluarga itu dengan sebutan namanya. Dan barang siapa yang bekerja
keras dengan orang yang mengerti akan hal ini akan menjadi layu dan setelah
layu akan meninggal pada akhirnya.
Inilah dalam hubungannya dengan atman.”
Dalam
bagian ini menjelaskan bahwa sifat dari nafas itu kekal abadi, meskipun indria-indria
dan badan jasmani telah meninggal, nafas itu tetap ada. Ini bukti bahwa Tuhan
juga tidak berhenti bekerja. Tuhan selalu
bekerja dengan mengamati energi-energinya,
ia mengendalikan segala sesuatu yang diciptakannya.
Nafas
atau yang disebut dengan prana adalah jumlah total dariseluruh energy yang terwujud di alam semesta. Jumlah total
dari semua energy itu adalah daya yang ada di alam. Ia merupakan jumlah total
dari daya dan kekuatan terpendam yang tersembunyi dalam diri manusia dan
terdapat dimana-mana. “Ia yang mengetahui prana juga akan mengetahui Veda”
adalah pernyataan penting yang dijelaskan dalam sruti. Dalam Vedanta sutraanda
temukan : “dengan alasan yang sama, nafas adalah Brahman”. (Sivananda, 1998;2)
f) Udara
yang Tidak Pernah Habis
“Sekarang
dalam hubungannya dengan dewata. Api
memutuskan ; “aku akan terus membakar” Matahari “aku akan terus menghangatkan” Bulan
“aku akan tetap bersinar”. Demikianlah kata para dewata, menurut tugas
kedewataannya masing-masing. Sebab prana memempati kedudukan pusat diantara
nafas-vital, demikian juga udara diantara para dewata ini; sebab dewata yang lain mempunyai masa surutnya
tetapi tidak demikian dengan udara. Udara adalah dewata yang tidak pernah
beristirahat.”
Mantra
22 menjelaskan bahwa, Tuhan berada dalam setiap makhluk, beliau bersemayam di
hati setiap manusia, dan Tuhan itu bersifat kekal. Dalam mantra 23 ini menegaskan
bahwa mengingat Tuhan adalah yang terpenting. Dia yang senantiasa mengingat
tuhan, maka akan mencapai pembebasan, seperti sloka Bhagawadgita sloka VIII
8.8dibawah ini:
“ abhyasa-yoga-yuktena
cetasa nanya-gamina
Paramam purusam divyam
yati parthanucintayan”
Artinya;
Orang
yang bersemadi kepadaKu sebagai kepribadian Tuhan yang maha Esa, dengan
pikirannya senantiasa tekun ingat kepada-ku, dan tidak pernah menyimpang dari
jalan itu, dialah yang pasti mencapai kepada-ku, wahai partha.
2.1.6Brahmana keenam
a) Tiga
Macam Sifat Dunia
“
Sekarang mengenai pekerjaan tubuh adalah sumbernya sebab daripadanyalah semua
pekerjaan muncul. Ini adalah segi mereka
yang sama, sebab ini umum untuk semua pekerjaan. Ini adalah Brahman mereka,
sebab dia mempertahankan semua pekerjaan. Ketiga-tiganya ini adalah satu, yaitu
atman ini; atman walaupun satu adalah ketiga hal ini. inilah yang menjadi abadi
yang ditudungi oleh yang nyata. Nafas adalah sesungguhnya adalah yang
abadi. Nama dan bentuk adalah yang
nyata. Oleh merekalah nafas ini ditudungi.”
Dalam
brahmana keenam menyebutkan bahwa tubuh, indriya adalah nyata, tetapi nafaslah
yang abadi. Nafas atau atman ini akan tetap adawalaupun tubuh telah lenyap.
Badan manusia terdiri dari stula sarira, suksma sarira dan antakarana, yang
semua ini dipelihara olah atman. (Sutrisna, 2009; 68)
2.2
BAB
II Brhad-aranyaka Upanisad
2.2.1
Brahmana Pertama
a) Batasan
Progresif Tentang Brahman
“Gargya
berkata: “Makhluk yang ada pada matahari, kepadanyalah aku Samadhi seperti
kepada Brahman” Ajatasatru berkata “mohon jangan bicara tentang dia kepadaku.
Aku Samadhi kepada dia yang tiada taranya, sebagai kepala dan raja dari semua
makhluk. Dia yang Samadhi dengan cara itu akan menjadi makhluk yang tiada
taranya, kepala dan raja dari semua makhluk.”
Mantra 20
“Seperti
laba-laba bergerak dalam jaringnya, bagai percikan api yang keluar dari api,
begitu pulalah dari atman ini datang nafas-nafas, semua dunia, semua dewata,
semua makhluk. Arti rahasianya adalah kebenaran. Nafas vital adalah kebenaran,
dan kebenaran ini adalah dia (atman).”
Dalam bagian ini menjelaskan bahwa
Brahman adalah sumber dari segala makhluk, Brahman sebagai simbolisasi alam semesta, disini Brahman
bersifat imanen. Brahman diwujudkan sebagai matahari, bulan, halilintar,
angkasa, udara, api, air, suara, ruangan,dan bayangan. Kemudian dalam mantra
selanjutnya membahas tentang Brahman sebagai atman dalam diri manusia, Brahman
ada dalam setiap tubuh manusia.
Brahmanlah yang menjadi penyebab
terciptanya dan penyebab bergeraknya segala sesuatu yang ada di alam semesta
ini. alam semesta beserta isinya yang
terdiri dari tanah, air, api, udara, dan
eter berasal dari Brahman dan berada di bawah perintah beliau yang bersifat
abadi dan memiliki sifat ada
dimana-mana.
2.2.2
Brahmana Kedua
a) Nafas
yang Tercakup dalam Diri Seseorang
“mengenai
hal ini ada mantra sebagai berikut: “terdapat sebuah mangkok dengan bagian
mulutnya berada di bawah dan bagian bawahnya ada di atas. Dalam mangkok tersebut diletakkan keagungan
dari bentuk yang aneka ragam. Pada pinggiran mangkok tersebut duduklah sapta
rsi, dan ber-wicara seperti yang kedelapan berhubungan dengan Brahman. ” apa
yang disebut sebagai “mangkok yang bagian mulutnya dibawah dan bagian bawahnya
di atas” adalah kepala, sebab itu adalah mangkok dengan bagian mulutnya dibawah
dan bagian bawahnya diatas. “ di dalamnya terketak keagungan dari bentuk yang
aneka ragam”; nafas sesungguhnya adalah
dimana keagungan dari berbagai bentuk
ditempatkan; dengan demikian dia mengatakan bahwa itu adalah nafas. Pada
pinggirannya duduklah sapta rsi, sesungguhnya nafas adalah para rsi; dengan
demikian dia mengatakan bahwa itu adalah nafas. “wicara sebagai yang kedelapan
hubungannya dengan Brahman.” Sebab wicara sebagai yang kedelapan berhubungan
dengan brahman.”
Menjelaskan bahwa atman yang
menghidupkan indriya manusia. Manusia yang menyadari keberadaan atman atau
nafas dalam dirinya akan mengendalikan dirinya sendiri sehingga akan terhindar
dari berbagai macam musuh. Apabila menyadari sifat atman yang sempurna dan
penuh kesucian, untuk itu seseorang akan
senantiasa memusatkan pikirannya kepada Tuhan. atman atau nafas kehidupan
adalah bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia. Atman mengandung di
dalam dirinya hakikat manusia yang sejati. Atman bukan hanya berada dalam diri
manusia, melainkan juga dalam segala sesuatu yang berada di alam semesta ini,
sama halnya dengan Brahman. Tiada sesuatupun yang berada di luar Brahman dan
Atmanlah yang nyata diluarnya tiada sesuatupun yang nyata. (Sutrisna, 2009;39)
Di dalam badan terdapat hati
spiritual, dan dalam hati itu bersemayam Tuhan, juga dalam tubuh ada jiwa.
Keduanya, Tuhandan jiwa tampaknya terpisah dalam badan, tetapi keduanya bekerja
sama, memainkan peran masing-masing dalam tubuh. (Narayana, 2010; 403)
2.2.3
Brahmana Ketiga
a) Dua
Bentuk dari yang Nyata
“
Sesungguhnya ada dua bentuk Brahman, yang berbentuk dan yang tidak berbentuk ,
yang fana dan yang abadi, yang bergerak dan yang tidak bergeak (keberadaan)
yang nyata dan (makhluk yang sesungguhnya)”
Menjelaskan
bahwa wujud Tuhan yang Transenden dan imanen, ini bertujuan agar mempermudah
mencapai Tuhan. Tuhan bersifat Transenden, dalam hal ini Tuhan tidak berwujud,
tidak dapat digambarkan dan tidak bisa dipikirkan oleh manusia. Tidak mudah
untuk memberikan penjelasan tentang Tuhan karena adanya keterbatasan kemampuan
akal pikiran manusia. Tuhan yang transendan disebut juga sunya, parama Brahman,
paramasiva, dan paramaatman. Menurut kitab Jnanasiddhata symbol ongkara
digunakan untuk mengartikan alam yang transendental. Wujud Brahman adalah
Neti-neti, bukan ini bukan ini.
Tuhan
yang bersifat imanen disebut juga dengan saguna Brahman. Tuhan memiliki wujud,
sifat dan fungsi. Hal ini dimaksudkan karena manusia memiliki pola pikir yang
berbeda, maka Tuhan diwujudkan dalam berbagai simboldan bentuk yang didambakan
oleh manusia itu sendiri.
2.2.4
Brahmana Keempat
a) Percakapan
Yajnavalkya dengan Maitreyi Mengenai Atman yang Mutlak
Mantra 2
“
Kemudian Maitreyi berkata; “Tuanku, apabila seluruh jagat ini diisi kekayaan
yang menjadi milikku, bisakah kekayaan itu menjadikan aku abadi?” “tidak bisa”
jawab Yajnavalkya; “seperti hidup seorang yang kaya, begitu jugalah hidupmu.
Tentang keabadian, bagaimanapun tidak ada harapan akan bisa dicapai melalui
kekayaan.”
Mantra 5
“Kemudian
dia berkata “ sesungguhnya bukan untuk kepentingan sang suami, sang suami
disayangi, tetapi sang suami disayangi untuk kepentingan atman. Sesungguhnya
bukan untuk kepentingan sang istri, sang
istri disayangi, melainkan sang istri disayangi demi kepentingan sang atma.
Sesungguhnya bukan untuk kepentingan
sang anak, sang anak disayangi, melainkan sang anak disayangi demi kepentingan
sang atma. Sesungguhnya bukan untuk kepentingan
kekayaan, kakayaan itu disayangi, melainkan kekayaan itu disayangi demi
kepentingan sang atma. Sesungguhnya bukan
untuk kepentingan kebrahmanaan, kebrahmanaan itu disayangi, melainkan
kebrahmanaan itu disayangi demi kepentingan sang atma. Sesungguhnya bukan untuk kepentingan kekesatriyaan,
kekesatriyaan disayangi, melainkan kekesatriyaan disayangi demi kepentingan
sang atma. Sesungguhnya bukan untuk
kepentingan dunia, dunia disayangi, tetapi disayangi demi kepentingan sang
atma. Sesungguhnya bukan untuk
kepentingan makhluk-makhluk, makhluk-makhluk disayangi tetapi demi kepentingan
sang atma. Sesungguhnya bukan untuk
kepentingan semuanya, semuanya disayangi tetapi demi kepentingan sang atma.
Sesungguhnya Maitreyi, atman inilah seharusnya dilihat, didengar,
dipikirkan,dan Samadhi kepadanya. Sesungguhnya dengan melihatnya,
denganmendengarnya, dengan memikirkannya dengan mengerti tentang atman,
semuanya akan dimengerti. ”
Inti
dari percakapan Yajnavalkya dan Maitreyi dalam Brhadaranyaka upanisad
dinyatakan bahwa yang paling utama dalam segala hal adalah atman. Atman itulah inti
semua makhluk yang identik dengan Brahman. Hal ini perlu direnungkan oleh
setiap orang bila ia telah mencapainya maka ia akan mengetahui segala rahasia
alam semesta ini.
Adanya
cinta kasih kepada semua makhluk sesungguhnya bukan ditujukan kepada fisiknya
tetapi kepada Atmannya. Percakapan Yajnavalkya dan Maitreyi memberikan
pendidikan cinta kasih kepada semua pihak untuk mewujudkan kehidupan yang
harmonis di alam inidan juga sesudahnya. Dengan demikian pada percakapan ini pada
hakikatnya berintikan kemutlakan dan keuniversalan sifat atman. Hanya atman
yang masih tetap ada setelah badan jasmani ini lenyap. (Sutrisna,2009;83)
2.2.5
Brahmana Kelima
a) Kosmos
dan Individu
Mantra 1
“
Bumi ini adalah seperti madu untuk semua makhluk. Dan semua maklhuk adalah
bagai madu untuk bumi ini. wujud abadi dan bersinar yang ada di bumi dan dalam
hubungannya dengan diri sendiri ini, wujud bersinar yang ada di dalam tubuh,
dia sesungguhnya adalah atman. Inilah yang abadi, inilah Brahman, inilah
segalanya.”
Mantra 15
“Atman
ini sesungguhnya adalah penguasa semua makhluk, raja semua makhluk. Sama halnya
seperti jari-jari yang sama dipasang pada pelek dan poros roda, demikian juga
pada atman ini, semua makhluk, semua dewata, semua dunia, semua makhluk
bernafas, semua atman ini disatukan bersama.”
Atman
adalah Brahman, atman sebagai percikan dari Brahman, meresapi segala makhluk
dan seluruh ciptaan yang ada di alam semesta ini, bumi, air, udara, api,
matahari, mata angin, bulan ,kilat, awan, ruang di alam semesta ini diliputi
oleh atman.
Atman
adalah asas dari kesadaran perseorangan dan Brahman adalah dasar supra
perseorangan dari kosmos. Brahman bukanlah sekedar yang transenden di atas yang
lain, tetapi juga adalah jiwa semesta yang merupakan dasar dari kepribadian
manusia melalui atman yang merupakan inti dari manusia. Semua alam semesta ini
adalah Brahman, ia berada di luar dan juga di dalam alam semesta dan pada
setiap makhluk. Dalam tubuh manusia,
Atman adalah yang tertinggi, ian menguasai ego, manas, dan kesepuluh indriya.
Atman meliputi segala sesuatu yang hidup. (Sutrisna,2009;67)
b) Madhu-Vidya:
Ajaran Madu
Mantra 18
“
Ini sesungguhnya madu yang dijelaskan oleh Dadhyan ahli dalam Atharva veda,
kepada kedua asvin. Melihat ini sang rsi berkata : “dia membuat tubuh dengan
kedua kaki dan tubuh dengan empat kaki. Setelah yang pertama menjadi burung,
dia, makhluk itu memasuki tubuh-tubuh. ”. ini sesungguhnya adalah makhluk yang
bersemayam di semua tubuh. Tiada sesuatupun yang tidak dilengkapi olehnya, dia
akan selalu berada dimana-mana (tubuh)”
Dalam
bagian ini dijelaskan bahwa Brahman
berada dalam setiap ciptaannya, Tuhan menyatu dengan ciptaannya, meresap
disegala tempat dan ada dimana-mana. Brahman ini memiliki berbagai wujud dan
bentuk. Karena tidak terjangkau oleh pikiran manusia maka orang membayangkan
bermacam- macam sesuai kemampuannya.
Tuhan yang tunggal itu dipanggil dengan banyak nama sesuai dengan
fungsinya. Ia dipanggil brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara, Siwa
sebagai Pemralina. Banyak lagi panggilannya yang lain, ia maha tau, berada
dimana-mana. (Sutrisna, 2012; 36). Dalam
sloka dibawah ini menjelaskan berbagai wujud dari Tuhan;
Rg
Veda 1.164.46
“
Indram mitram varunam agnim ahur atho
divyah
Ekam sat vipra bahudha
vadantyagnim yarnam mata-risvanam ahuh”
Artinya;
Mereka menyebut indra, Mitra, varuna agni, dan dia
yang bercahaya yaitu Garutman yang bersayap elok, satu kebenaran itu (Tuhan) orang bijaksana menyebut dengan banyak nama
seperti agni, yama,matarisvan.
2.2.6
Brahmana keenam
a) Garis
Guru dan Murid
Mantra 1
“
Sekarang garis tradisi dari perguruan : Pautimasya, memperoleh ajarannya dari Gaupavana,
Gaupavana dari Pautimasya (yang lain). pautimasya ini dari Gaupavana (yang
lain). gaupavana ini dari Kausika, Kausika
dari Kaundinya, Kaundinya dari Sandilya, Sandilya dari Kausika dan
Gautama. Gautama.”
Dalam
mantra di brahmana keenam ini disebutkan nama-nama rsi, diama mereka berada
dalam satu garis perguruan yang disebut dengan parampara. Parampara secara
harfiah berarti suksesi, kelanjutan, mediasi, dan tradisi, jadi parampara itu
sendiri merupakan tradisi pengajaran dan transfer pengetahuan suci dari guru ke
murid. Pada proses ini seorang murid
tinggal bersama sang guru, sisya menjadi anggota keluarga sang guru dan
mendapat pembelajaran sejati lewat praktek dan asuhan secara terus menerus.
2.3
BAB
III Brhad-aranyaka Upanisad
2.3.1
Brahmana pertama
a) Pemujaan
Yadnya dan Pamrihnya
Mantra 1
“
Prabu janaka dari Videha melakukan yadnya dimana banyak hadiah ( diberikan
kepada pendeta). Brahmana dari Kuru dan dari Pancala juga berkumpul disana.
Dalam eadaan seperti ini Prabu Janaka dari Videha ingin mengetahui siapa
diantara Brahmana yang paling terpelajar dalam susastra. Beliau menyertakan
seribu sapi. Pada setiap tanduk sapi diikatkan sepuluh tael mata uang emas.”
Dalam
brahmana keenam ini dapat kita simpulkan bahwa disini membahas tentang makna yadnya.
Yadnya berasal dari kata yaj yang berarti memuja atau memberi penghormatan.
Yadnya dapat pula diartikan mamuja, menghormati, berkorban, mengabdi, bebuat
kebajikan, memberi dan penyerahan tulus iklas berupa apa yang dimiliki demi
kesejahteraan, kesempurnaan hidup bersama dan kemahamuliaan Sang Hyang Widhi.
Hal ini berarti yadnya mengandung nilai rasa tulus ikhlas dan kesucian, rasa
bhakti kepada Tuhan, Dewa, Leluhur, Negara, dan kemanusiaan, pelaksanaan yadnya
ini juga dilakukan sesuai kemampuan menurut desa, kala, patra.(Suwisma,
20113;157-158)
Selain
menjelaskan tentang yadnya, dalam bagian ini juga menjelaskan tentang kidung
yang dilantunkan pada setiap upacara. Kidung ini dimaksudkan untuk permohonan
agar seseorang dapat mencapai pembebasan. Selain itu kidung juga berfungsi
sebagai sarana untuk ntuk memuja
Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa)
sebagai sumber dari semua yang ada.
2.3.2
Brahmana Kedua
a) Manusia
dalam Keterikatan dan Masa Depannya pada saat Kematian
Mantra 12
“
Yajnavalkya, dia berkata“ ketika orang seperti itu meninggal apanyakah yang
tidak meninggalkannya? Namanya”. Namanya tetap tidak terbatas dan tiada
terbatas jugalah visva-deva. Karena itu, siapa yang mengerti hal ini akan
memperoleh dunia yang tiada terbatas”
Atman yang terikat adalah atman
yang ada dalam keadaan avidya, avidya muncul karena pengaruh unsure panca maha
bhuta yang mempunyai sifat duniawi. Apabila manusia meninggal, yang meninggal
hanyalah badan kasar, sedangkan atma itu tetap ada. Atma itu akan lahir kembali
dengan badan yang baru sesuai dengan karma wasananya, atman itu akan terlahir sesuai
yang ada pada ingatan saat ajal menjemput seperti dijelaskan dalam sloka
Bhagawadgita II.2.22
“Vasamsi
jirnani yatha vihaya Navani grnati naro parani
Tatha
sarirani vihaya jirnany anyani samyati navani dehi”
Artinya;
Seperti halnya sang roh yang
mengenakan pakaian baru, dan membuka pakaian lama, begitu pula sang roh
menerima badan badan jasmani yang baru, dengan meninggalkan badan-badan yang
tidak berguna
Tetapi apabila tidak ada ikatan keduniawian, maka
atman itu bersatu dengan Brahman. Seperti dijelaskan dalm sloka bhagavadgita8.5
dibawah ini:
“Anta-kale
ca mam eva smaran muktva kalevaram
Yah
prayati sa mad bhawam yati nasty atra samsayah”
Artinya:
Siapapun yang meninggalkan badannya
pda saat ajalnya sambil ingat kepada-ku, segera mencapai sifatku. Kenyataan ini
tidak dapat diragukan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Upanisad
mengungkapkan hakekat kebenaran yang menjadi dasar segala yang ada, semesta,
dan realitas tertinggi. Inti dari Brhad-aranyaka upanisad Bab I sampai dengan
Bab III brahmana kedua, menjelaskan tentang penciptaan alam semesta, Atman dan
Brahman. Pencptaan alam semesta pada
mulanya hanyalah Brahman yang disebut juga atman atau roh. Keberadaan-Nya
adalah tunggal tanpa ada sesuatu yang
lain, maka beliau menciptakan yang lain, manusia, hewan dan tumbuhan.
Brahman merupakan suatu realitas yang tertinggi yang
merupakan sumber dan berakhirnya segala yang ada di alam semesta ini. Brahman
ada tanpa diadakan dan bersifat kekal abadi. Beliau bersifat absolute dan
bersifat relative, wujud Brahman yang absolute disebut Nirguna Brahman
sedangkan wujud yang berpribadi relative disebut saguna Brahman. Seseorang
dapat mencapai Brahman dengan cara yoga dan Samadhi
Atman
merupakan intisari dari manusia, karena semua yang ada dalam diri manusia
seperti indria, pikiran dan sebagainya tergantung kepada Atman. Tanpa atman dan semua makhluk tidak dapat
hidup. Atman bersumber dari Brahman
bahkan dalam Upanisad dinyatakan bahwa atman identik dengan Brahman. Mengenai
atman juga mengetahui Brahman.
DAFTAR PUSTAKA
Prabhupada, Swami. 2000.Bhagavad Gita Menurut Aslinya. The Bhaktivedanta Book Trust
International, inc. Hanuman sakti
Radhakrishnan, 2015. Upanisad Upanisad Utama. Surabaya. PARAMITA Surabaya
Sathya Narayana, Swami. 2010. Jalan Menuju Tuhan. Surabaya. PARAMITA Surabaya
Sivananda, Sri Swami. 1998. Pengetahuan
dan Pengendalian Prana. Surabaya. Penerbit Paramita Surabaya
Sutrisna, I Made. 2009. Modul Pokok Upanisad. Jakarta. Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Hindu Departemen Agama RI
Sutrisna, I Made. 2012. Dasar-Dasar Agama Hindu.Jakarta. Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Hindu Departemen Agama RI
Suwisma, S.N. 2013. Swastikarana. Jakarta, Penerbit PT Mabhakti
Vimalananda,
Swami. 1997. Mahanarayana Upanisad.
Surabaya. PARAMITA Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar