Senin, 06 November 2017

Makalah Katha Upanisad

UPANISAD
KATHA UPANISAD
BAB I Bagian 3 - BAB II Bagian 1


Dosen Pengampu:
Kadek Hemamalini, S.Pd.H, M.Fil.H



Oleh:
AA Made Dewi Kartika
I Wayan Aditya Nugraha
Ketut Deni Wiryanthari
Putu Sriasih


SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU
DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
2017


KATA PENGANTAR 

Om swastyastu 
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida sang Hyang Widi Wasa atas berkat waranugraha-Nya, makalah mata kuliah Upanisad ini bisa terselesaikan.Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini, diantaranya, Ibu Kadek Hemamalini, S.Pd.H, M.Fil.H sebagai dosen pengampu mata kuliah Upanisad, teman-teman dikelas yang telah memberikan kami dukungan, dan semua pihak Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta yang terkait dalam menyediakan sarana dan prasarana guna mempermudah pencarian literature.
Makalah yang kami buat ini sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran bagi pembaca sangat diharapkan guna dijadikan pembelajaran pada pembuatan makalah yang akan datang. Terima kasih atas partisipasinya semoga semua isi yang ada dalam makalah dapat bermanfaat bagi bembaca.
Om santi, santi, santi Om.

Jakarta, Juni 2017


Penulis









DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .............................................................................      i
DAFTAR ISI .............................................................................................      ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang...........................................................................      1      
1.2  Rumusan Masalah......................................................................      2      
1.3  Tujuan Penulisan........................................................................      2                  
BAB II PEMBAHASAN
2.1  BAB I Bagian 3 KathaUpanisad...............................................      3
2.1.1        Dua Atman....................................................................      3
2.1.2        Perumpamaan Tentang Kereta......................................      4      
2.1.3        Tingkatan kemajuan kepada Yang Maha Tinggi...........      5      
2.1.4        Metode Yoga................................................................      6      
2.2  BAB II Bagian 1 Katha Upanisad.............................................      7
2.2.1        Atman Tidak Bisa Dicari Melalui Indriya.....................      7      
2.2.2        Jiwa Individu dll adalah satu dengan yang semesta.....      9      

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan................................................................................      10

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Upanisad merupakan konsep filsafat Hindu dimana,Upanisad sendiri berasal dari kata Upa, ni, dan shad. Upa berarti dekat, ni berarti di bawah, dan shad berarti duduk. Jadi, Upanisad berarti duduk dekat, yaitu duduk di dekat seorang guru untuk menerima ajaran dan pengetahuan yang lebih tinggi. Kitab upanisad berbentuk dialog antara seorang guru dan muridnya, atau antara seorang Brahmana dengan Brahmana lainnya.
Katha Upanisad adalah salah satu bagian dalam Upanisad Utama.          Katha upanisad yang juga disebut kathakopanisad ini termasuk dalam aliran Taitiriya dari Yajur Veda, memakai cerita yang terdapat dalam susastra Devanagari (Sanskerta) kuno. Seorang brahmana yang kecil dan saleh. Rajasravasa, melaksanakan yajna dan mendermakan kepada pendeta, sapi-sapi yang sudah tua dan linglung. Putranya, Naciketa merasa risih akan pelaksanaan yadnya yang tidak sesuai dengan aturan yang dilakukan ayahnya, mengusulkan supaya dirinya saja yang dijadikan korban (Daksina) untuk salah seorang pendeta.
Ketika dia bersikeras dalam  permintaannya, sang ayah menjadi marah sekali dan mengutuk “kepada yama kamu akan kuberikan” naciketa pergi ke tempat persemayaman Yama dan tidak menemukan Beliau disana,  dia menunggu sampai 3 hari 3 malam tanpa  makan. Yama ketika kembali menjanjikan tiga hal  kepada Naciketa atas apa yang dialaminy. Permintaan Naciketa pertama adalah  supaya dia bisa kembali dengan oramg tuanya. Permintaan kedua adalah  “Ceritakan kepada hamba bagaimana perbuatan baik hamba tidak akan habis-habisnya. ”. dan permintaan ketiga, ceritakanlah kepada hamba bagaimana mengatasi kematian kembali.
Upanisad ini terdiri dari dua pasal, dan masing-masing pasal terdiri dari tiga vali atau bagian. Ada beberapa pesan-pesab umum yang bisa ditemukan baik dalam gita maupun dalam Katha Upanisad. Berdasarkan uraian tersebut, dalam makalah ini, kami akan membahas Katha Upanisad Bab I bagian 3 sampai  Bab II bagian 1.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa saja pembahasan dalam Katha Upanisad Bab I bagian 3?
2.      Apa saja pembahasan dalam Katha Upanisad Bab II bagian 1?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa saja pembahasan dalam Katha Upanisad Bab I bagian 3;
2.      Untuk mengetahui apa saja pembahasan dalam Katha Upanisad Bab II bagian 1.




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  BAB I Bagian 3 KathaUpanisad
2.1.1        Dua Atman
“ Ada dua atman yang meminum sari buah karma dari dua perbuatanyang baik. Keduanya bersemayan pada tempat rahasia (di dalam jantung), tempat utama dari Yang Maha Tinggi. Yang mengerti Brahman mengatakan tentang kedua hal ini sebagai bayangan dan cahaya, dan juga (mereka yang menjalankan gryahasta) yang memelihara ke lima api yajna dan yang juga menjalankan upacara tiga api Naciketa”.
Dalam bagian satu ini menjelaskan dua bentuk atman yaitu atman individu/jivatman dan atman semesta/paramaatman. Jivatman bersifat abadi, namun karena terpengaruh oleh badan manusia yang tersusun dari unsur yang menyebabkan atman bersifat maya.  Jivatman tidak mengetahui asal dan sifat sesungguhnya, sehingga keadaan itu di sebut avidya. Jiwa juga di sebut dengan amsa yaitu bagian dari Brahman,. Pernyataan ini berarti  Brahman ada lebih dulu dari jiwa, bentuk Brahman yang abadi ini adalah jiwa perseorangan yang nyata yang menyatu dari keberadaan semua makhluk.
Bhagawadgita  VI. 28  menyatakan:
“Seorang yogi yang sejati melihat aku bersemayam di dalam semua makhluk hidup, dia juga melihat setiap makhluk hidup di dalam Diri-ku. Memang, orang yang sudah insaf akan dirinya melihat Aku, Tuhan Yang Maha Esa yang sama dimana-mana”     
Dalam bhagawadgita VI. 28 dijelaskan bahwa Tuhan yang Maha Kuasa bersemayam di dalam hati semua orang sebagai Roh Yang Utama (Paramaatma).Tuhan dalam aspeknya sebagai paramaatma, bersemayam di dalam hati seekor anjing dan juga di dalam hati seorang brahmana. Seorang yogi yang sempurna mengetahui bahwa Tuhan bersifat rohani untuk selamanya dan tidak terpengaruh secara material bila  Beliau berada di  dalam hati seekor anjing atau dalam hati seorang brahmana.itulah sifat Maha Netral dari Tuhan. sang roh yang individual juga bersemayam di dalam hati setiap individu, tetapi dia tidak berada di dalam setiap hati semua makhluk sekaligus. Itulah perbedaan antara roh Individual dan roh Yang Utama
Dalam hubungannya dengan alam semesta yang nyata adalah Brahman, sedangkan nama dan bentuknya adalah permainan dari perwujudannya, demikian pula ego perseorangan adalah keberagaman pengungkapan dari Atman Semesta yang Esa. Brahman adalah yang abadi, yang sunyi, yang mrngrndalikan dan menggiatkan alam semesta. (Sutrisna, 2009; 65)

2.1.2        Perumpamaan Tentang Kereta
“ Ketahuilah atman sebagai penguasa dari kereta dan raga sesungguhnya adalah kereta dan ketahui lah buddhi sebagai kusir kereta dan pikiran sesungguhnya adalah pengendalinya”.
Dalam bagian ini menjelaskan tentang pentingnya pengendaliandiri. Agar seseorang tidak dikuasai oleh kecenderungan-kecenderungan yang rendah maka ia harus mengendalikan diri dari guncangan-guncangan hati yang  tidak baik. Guncangan itu semual ada dalam bentuk keinginan. Setiap keinginan menentukan apa obyeknya. Indriya merupakan alat untuk memenuhi keinginan itu. Indriyalah yang menghubungkan manusia dengan alam. Sentuhan indriya dengan alam ini menimbulkan guncangan pribadi orang. Bahkan tidak jarang orang mendapat celaka karena terlalu memenuhi keinginan indriyanya. Karena itu orang harus dapat mengendalikan indriya pada hal-hal yang membawa kerahayuan atau keselamatan.
Sehubungan dengan bahwa keinginan itu timbul dari indriya, maka indriya itu patut dikendalikan baik-baik sebab ia mengantarkan kita kepada  kebahagiaan atau kesengsaraan, tetapi bukan berarti kita harus mengekang segala apa yang timbul dari indriya tersebut.
Kita patut mempertimbangkan keinginan indriya tersebut baik-baik agar kita mendapatkan keselamatan di hidup kita.  jangan sampai kita diperbudak oleh indriya kita, tetapi kitalah harus memperbudaknya. Manakala kita sampai diperbudak, payahlah keadaan diri kita dan kesengsaraanlah yang akan kita jumpai. Tetapi hendaknya disadari bahwa membunuh keinginan indriya  itu sama sekali tidak benar, karena Tuhan memberikan kita indriya adalah untuk kesempurnaan hidup kita. Hanya saja kita harus tahu mempergunakan dan tahu mengendalikan agar kita mendapatkan keselamatan dan dapat berhasil sesuai keinginan kita. (Sutresna, 2012; 49& 54). Dalam kitab sasasamuccaya 71 menyatakan demikian;
“indriyanyeva tat sarvam yat svarganarakavubhau,
Nigrhitanissrstani svargaya narakaya ca”
Terjemahan;
Inilah yang patut saya ajarkan lagi,  indriyalah yang dianggap sorga dan neraka. Bila orang sanggup mengendalikannya, itu semata-mata sorga namanya, tetapi bila tidak sanggup mengendalikannya benar-benar neraka ia.

2.1.3        Tingkatan kemajuan kepada Yang Maha Tinggi
“ Di luar mahat adalah yang tidak terwujud; di luar yang tidak terwujud adalah purusa. Di luar purusa tidak ada apa-apa. Itu lah akhir (dari perjalanan): itulah tujuan akhir”.
Dalam bagian ini menjelaskan tentang Hiranyagarbha atau iswara adalah penyebab alam semesta ini. Hiranyagarbha ini  merupakan Tuhan dalam asas kosmis yang merupakan jiwa alam semesta. Dalam hal ini beliau meresapi alam semesta yang ada di dalam dan yang ada di luar, oleh daya pengetahuan dan daya kerjanya.  (Vimalananda, 1997;24)
Tuhan merupakan sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur  alam semesta dengan segala isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dari segala yang ada. Di dalam Bhagawad Gita, Tuhan bersabda mengenai hal ini yaitu sebagai berikut;
Bhagawadgita VII.6
 Ketahuilah bahwa semua insani mempunyai sumber-sumber kelahiran disinii, Aku adalah asal mula alam semesta ini demikian pula kiamat kelaknya nanti.
Bhagawadgita X. 20
Aku adalah jiwa yang tediam dalam hati setiap insani, wahai Gudakesa Aku adalah permulaan, pertengahan dan penghabisan dari semua makhluk.

2.1.4        Metode Yoga
“Atman yang walaupun letaknya tersembunyi dalam semua makhluk, tidak bersinar kemana-mana tetapi bisa di lihat oleh para penglihat yang halus, melalui budhi: mereka yang tajam dan halus”
Dalam mantra ini menjelaskan bahwa atman itu hanya bisa dilihat oleh orang bijaksana dan orang yang telah mampu melakukan pengendalian diri dan pengendalian pikiran secara sempurna. Dengan meditasi, seseorang dapat bertemu dengan atmannya dan dengan meditasi semua karanya akan lenyap dan ia pun akan mencapai kelepasan yang merupakan tujuan hidup tertinggi umat Hindu (Sutrisna,2009;88)
Cara  merasakan atman yang ada dalam diri adalah dengan melalui jalan etika yoga, samadi yang mantap dan mendalam. Dalam sloka Bhagawadgita juga telah dijelaskan bahwa dengan yoga atau meditasi, seseoramg dapat mengetahui atman dan Brahman, setelah mengetahui keduanya, maka ia akan mencapai pembebasan, berikut adalah slokanya;
Bhagawadgita VI.7
“Orang yang sudah menaklukan pikiran sudah mencapai pada roh yang utama, sebab ia sudah mencapai ketenangan. Bagi orang yang seperti itu, suka dan duka, panas dan dingin, penghormatan dan penghinaan semua sama”
Bhagawadgita VI.28
“Dengan demikian, seorang yogi yang sudah mengendalikan diri dan senantiasa melakukan latihan yoga dibebaskan dari segala pengaruh material dan mencapai tingkat tertinggi kebahagiaan yang sempurna dalam cinta bhakti rohani kepada Tuhan”

2.2  BAB II Bagian 1 Katha Upanisad
2.2.1        Atman Tidak Bisa Dicari Melalui Indriya
“ Atman bukanlah di cari melalui indriyanya, si penyebab sendiri memecah pembukaan indriya-indriya ke luar, karena seseorang biasanya melihat ke luar dan bukan kedalam dirinya. Tetapi beberapa orang arif, mencari hidup yang kekal, dengan matanya di tunjukan kedalam, melihat atman”.
Mantra  ini menjelaskan bahwa atman tidak dapat diketahui melalui indera-indera, ia tidak dapat diketahui oleh nalar,  ia tidak dapat dipahami dengan pikiran diskursif, ia hanya diketahui melalui intuisi yang berada diatas nalar. Intuisi dapat dicapai melalui tidak berbuat salah, pengendalian indera, konsentrasi pikiran, dan absent dari kenikmatan seksual. Indera-indera harus ditempatkan lebih rendah dari pikiran, pikiran dari intelek, dan intelek dari roh.
Keberadaan atman dalam diri sangat sulit diketahui dikarenakan adanya pengaruh maya yang menyebabkan manusia awidya. Dia menyamakan atman dengan pikiran, perasaan dan tubuhnya, sehingga dengan demikian dia tidak dapat mencapai kelepasan cara merasakan atman yang ada dalam diri adalah dengan melalui jalan etika yoga, samadi yang mantap dan mendalam.
Ketika pikiran secara penuh dikonsentrasikan pada sang roh, dan diserap didalamnya dan diidentifikasikan dengan-Nya, ia dapat diketahui. Roh dapat memperlihatkan dirinya kepada ia yang murni. Ia dapat direalisasikan melalui pengetahuan integral, ketika pikiran jatuh kedalam kenikmatan, kemelekatan, dan emosi-emosi lainnya yang bebas dari semua keinginan. Ia yang pikirannya kepada Brahman dan selalu memburu pengetahuan tinggi, maka ia memasuku Brahman, diskriminasi kebahagiaan dan kebaikan tertinggi, penolakan kenikmataj, penghilangan keinginan, dan kesucian pikiran membawa pada pengetahuan yang dapat menyelamatkan diri. (Sutrisna, 2009; 130-131)
Dalam Bhagawad Gita juga telah diterangkan sebagai berikut:
Bhagawadgita XIII. 28
“orang yang melihat Roh Yang Utama mendampingi roh individual di dalam semua badan, dan mengerti bahwa sang roh dan Roh yang utama tidak pernah dimusnahkan di dalam badan yang dapat dimusnahkan, melihat dengan sebenarnya
Dari sloka Bhagavadgita tersebbut dapat kita ketahui bahwa melalui pergaulan yang baik, siapapun dapat melihat tiga hal yang telah digabungkna-yaitu badan, pemilik badan, atau roh individual, kawan roh individual- . mereka hanya melihat badan, dan mereka berpikir bahwa ketika badan dibinasakan, sang roh dan roh yang utama tetap ada dan mereka berjalan terus untuk selamanya dalam berbagai bentuk yang bergerak dan yang tidak bergerak.




2.2.2        Jiwa Individu dan lain-lain adalah satu dengan yang semesta
“Dia yang mengerti atman ini, yang merasakan pengalaman sebagai jiwa yang hidup dekat denpan penguasa yang lalu dan yang akan datang, seseorang tidaklah akan pergi dari-nya. Begitulah keadaan yang sesungguhnya”.
Mantra ini menjelaskan tentang semua objek terlahir dari Brahman dan semuanya mendapatkan kehidupan dari Brahman. Beliau dinyatakan kurang lebih melalui  matahari, bulan, bintang, air, api, udara, manusia,  binatang, tumbuh-tumbuhan, hari, bulan dan musim. Tak satupun yang menyamai atau melebihi-Nya dalam kemuliaan. Akhirnya, dengan anugerahNya dan dengan pengetahuan tentang Dia, manusia dapat terlepas dari samsara dan memperoleh kebahagiaan terakhir.
Penyimpulan tema agung ini menyatakan  kepada kita bahwa  Realitas yang sama mengejawantahi seluruh alam semesta, selama-lamanya, bersemayam dalam diri kita masing-masing.Hal yang harus kita ketahui adalah bahwa hakekat jiwa dan alam berada dalam satu lingkaran yang di bawah naungan satu pencipta.  (Vimalananda, 1997;24)












BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Katha Upanisad adalah salah satu bagian dalam Upanisad Utama.          Katha upanisad yang juga disebut kathakopanisad ini termasuk dalam aliran Taitiriya dari Yajur Veda. Upanisad ini terdiri dari dua pasal, dan masing-masing pasal terdiri dari tiga vali atau bagian. Ada beberapa pesan-pesan umum yang bisa ditemukan baik dalam gita maupun dalam Katha Upanisad.
Dalam  Katha Upanisad Bab I bagian 3 membahas tentang Dua Atman, yaitu menjelaskan dua bentuk atman yaitu atman individu/jivatman dan atman semesta/paramaatman. Kemudian ada Perumpamaan Tentang Kereta yang menjelaskan tentang pengendalian indriya; Tingkatan – tingkatan kemajuan Kepada Yang Maha Tinggi yang menjelaskan tentang Hiranyagarbha sebagai jiwa semesta atau asas kosmis,  dan Yang terakhir dari bab 1 bagian 3 ini adalah tentang metode yoga, yaitu menjelaskan tentang pencapaian kekebasan melalui jalan yoga dan samadi.
Dalam  Katha Upanisad Bab II bagian 1 membahas tentang Atman Yang Tidak Bisa dicari melalui indriya, karena atman bisa dicapai melalui meditasi dan konsentrasi, kemudian membahas tentang Jiva individu dan lain-lain adalah satu dengan yang semesta, ini menjelaskan tentangsemua objek terlahir dari Brahman dan semuanya mendapatkan kehidupan dari Brahman.








DAFTAR PUSTAKA

Prabhupada, Swami. 2000.Bhagavad Gita Menurut Aslinya. The Bhaktivedanta Book Trust International, inc. Hanuman Sakti

Radhakrishnan, 2015. Upanisad Upanisad Utama. Surabaya. PARAMITA Surabaya

Sutrisna, I Made. 2009. Modul Pokok Upanisad. Jakarta. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI

Sutrisna, I Made. 2012. Dasar-Dasar Agama Hindu.Jakarta. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI

Vimalananda, Swami. 1997. Mahanarayana Upanisad. Surabaya. PARAMITA Surabaya













Tidak ada komentar:

Posting Komentar