UPANISAD
ISA
UPANISAD
Dosen Pengampu:
Kadek Hemamalini, S.Pd.H, M.Fil.H
Oleh:
Eni kusti rahayu
Kadek sucipta
Oke setiawan
Wayan kemenuh
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU
DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Om swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida sang Hyang
Widi Wasa atas berkat
waranugraha-Nya, makalah mata kuliah Upanisad ini bisa terselesaikan.Tidak lupa
kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan
makalah ini, diantaranya, Ibu Kadek Hemamalini, S.Pd.H, M.Fil.H sebagai dosen
pengampu mata kuliah Upanisad, teman-teman dikelas yang telah memberikan kami
dukungan, dan semua pihak Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta
yang terkait dalam menyediakan sarana dan prasarana guna mempermudah pencarian
literature.
Makalah yang kami buat ini sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga
kritik dan saran bagi pembaca sangat diharapkan guna dijadikan pembelajaran
pada pembuatan makalah yang akan datang. Terima kasih atas partisipasinya
semoga semua isi yang ada dalam makalah dapat bermanfaat bagi bembaca.
Om santi, santi, santi Om.
Jakarta, Juni 2017
Penulis
i
|
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR
ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah...................................................................... 1
1.3 Tujuan
Penulisan........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mantra........................................................................................ 2
2.2 Tuhan
dan Jagad........................................................................ 4
2.3 Perbuatan
dan Kearifan............................................................. 6
2.4 Yang
Maha Tinggi adalah Immanent & Transenden................. 8
2.5 Kebodohan
Dan Pengetahuan................................................... 9
2.6 Yang
Terwujud Dan Yang Tidak Terwujud.............................. 10
2.7 Doa
Untuk Visi Tuhan............................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upanisad
merupakan konsep filsafat Hindu dimana,Upanisad sendiri berasal dari kata Upa, ni, dan shad. Upa berarti dekat, ni
berarti di bawah, dan shad berarti
duduk. Jadi, Upanisad berarti duduk dekat, yaitu duduk di dekat seorang guru
untuk menerima ajaran dan pengetahuan yang lebih tinggi. Kitab upanisad
berbentuk dialog antara seorang guru dan muridnya, atau antara seorang Brahmana
dengan Brahmana lainnya.
Isa
Upanisad adalah salah satu bagian dalam Upanisad Utama. Isa yang disebut Isavasya Upanisad ini termasuk dalam aliran Vajasaneya dari Yajur Veda.
Vajasaneya Samhita berisi 40 bab dimana Upanisad
ini merupakan yang terakhir. Tujuan utamanya adalah mengajarkan inti dari
persatuan Tuhan dengan alam semesta, ciptaan dan perkembangannya. Upanisad ini tidak begitu tertarik
kepada Yang Mutlak sendiri. Parabrahman,
tetapi kepada Yang Mutlak dalam hubungannya dengan alam semesta ini, Parameswara. Dia mengajarkan bahwa hidup
dalam dunia dan hidup dalam Jiwa Suci bukanlah bisa dipertemukan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa saja pembahasan dalam Isa Upanisad?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui apa saja pembahasan
dalam Isa Upanisad.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Mantra
“
Itulah Purnam: Inilah Purnam. Yang Purnam datang dari yang purnam. Mengambil
Purnam dari yang Purnam, yang Purnam sendiri tetap Purnam, aum, santi, santi,
santi.”
Dalam
mantra ini menjelaskan bahwa Brahman adalah sempurna, beliau ada dimana-mana.
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sempurna dan lengkap, oleh karena beliau
sempurna sepenuhnya, segala sesuatu yang berasal dariNya, seperti dunia yang
dapat dilihat ini, dilengkapi secara sempurna kesatuan-kesatuan yang lengkap.
Apapun yang dihasilkan dari Tuhan, akan seluruhnya lengkap dan sempurna, Beliau
adalah Keseluruhan Lengkap. Hakikat Brahman adalah sumber utama atau penyebab
utama yang ada-Nya tanpa ada yang mengadakan kecuali diri-Nya. Dia menjadikan
dirinya sendiri dan sebagai sebab beliau disebut pemberi hidup yang menghidupkan semua ciptaan
ini.(Sutrisna, 2009; 50)
Di
alam semesta ini tidak ada seseorang makhluk yang ahli kemampuannya melebihi
Brahman, tidak ada pengusa yang kekuasaannya
melebihi Brahman. Bahkan tidak ada lingga yang dapat menjadi tanda
kehadiran Beliau di suatu tempat. Brahman menjadi penyebab munculnya segala
sesuatu yan ada di alam semesta ini. Brahman adalah maha kuasa, yang menjadi
jagat karana. Tidak ada orang tua atau raja bagi Brahman. (Sutrisna, 2009;
54-55)
Brahman
adalah ia yang berkuasa atas segalanya yang ada ini. tidak ada yang luput dari
kuasa-Nya. Ia sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam semesta ini dengan
segala isinya. Tuhan adalah sumber awal dan akhir dan pertengahan dari segala
yang ada. Seperti dalam sloka bhagawad
gita dibawah ini:
Bhagawad
gita VII.6 :
“Ketahuilah bahwa semua insani
mempunyai sumber-sumber kelahiran disinii, Aku adalah asal mula alam semesta
ini demikian pula kiamat kelaknya nanti.”
Bhagawadgita
X. 20
“Aku adalah jiwa yang tediam dalam
hati setiap insani, wahai Gudakesa Aku adalah permulaan, pertengahan dan
penghabisan dari semua makhluk.”
Tuhan
yang bersifat maha ada, juga berada di setiap makhluk hidup, di dalam maupun di
luar dunia (Imanen dan Tuhan meresap di segala tempat yang ada (Wyapi Wyapaka)
serta tidak pernah berubah dan kekal abadi). Seperti dalam Bhuana Kosa juga
disebutkan sebagai berikut:
“Tuhan,
Dia ada dimana-mana, Dia gaib sukar dibayangkan, bagaikan angkasa, Dia tidak
dapat ditangkap oleh akal maupun panca indriya”
Dapat
kita ketahui bahwa walaupun amat gaib, tetapi Tuhan hadir dimana-mana. Beliau
bersifat wyapi wyapaka, meresapi segalanya. tiada suatu tempat pun yang Beliau
tiada tempati. Beliau ada di sisi dan berada di sana. Tuhan memenuhi jagat ini.
.(Sutrisna, 2009;32)
Kendati pun Tuhan selalu hadir dan
meresap di segala tempat, tetapi sukar dilihat oleh mata biasa. Indera kita
hanya bisa menangkap apa yang dilihat, didengar, dikecap, dan dirasakan.
Kemampuannya terbatas, sedangkan Tuhan adalah Maha Sempurna dan tak
terbatas.(Sutrisna, 2009;34)
Siapapun
yang telah menyadari dan menghayati bahwa Brahman itu tidak bermulaan dan tidak berakhir, yang
telah menciptakan alam semesta dengan seluruh isinya beserta yang meliputi dan
meresapi seluruh alam semesta, yang wujud-wujudnya tak terhingga itu, maka dia
akan terbebas dari semua ikatan.
(Sutrisna, 2009; 53)
2.2
Tuhan
dan Jagat
“Ketahuilah
semuanya ini bahwa apapun yang bergerak di dunia ini, semuanya dibungkus oleh
Tuhan. Karena itu temukanlah kebahagiaanmu pada keterlepasan dan jangan
menginginkan sesuatu yang menjadi hak orang lain.”
Dalam
mantra ini menjelaskan bahwa Tuhan adalah sebagai pencipta, Tuhan ada di setiap
jantung makhluk hidup, semua yang ada di alam ini adalah milik Tuhan. Apabila menyadari bahwa dunia di mana kita
hidup bukanlah milik kita, maka kita akan menikmatinya. Apabila kita mengerti
bahwa Tuhan adalah sumber segalanya, kita akan membuang pikiran-pikiran untuk
memiliki. Pada saat dia mengerti tentang keberadaannya yang sesungguhnya, yang
terpusat pada Tuhan, dia akan terbebas dari keinginan-keinginan dan akan
menikmati dunia ini dalam keadaan tanpa ikatan.
Brahmanlah
yang menjadi penyebab bergeraknya segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.
alam semesta yang terdiri dari tanah, air, api, udara, dan eter, semuanya
adalah milik Brahman, semua itu muncul karena Brahman dan berada dibawah
perintahNya beliau yang bersifat abadi, dan berada dimana-mana.
Dalam
bhagawadgita juga dijelaskan tentang Tuhan sebagai pemilik segala yang ada di
dunia ini, sehingga dengan membaca terjemahan sloka dibawah ini, hendaknya kita
membuang pikiran-pikiran untuk memiliki, berikut adalah slokanya:
Bhagawadgita
X.39
“Wahai
Arjuna, di samping itu Aku adalah benih yang menghasilkan segala kehidupan.
Tiada satu makhluk pun baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang dapat
hidup tanpaKu.”
Bhagawadgita
X.41
“Ketahuilah
bahwa segala ciptaan yang hebat, indah dan mulia hanya berasal dari segelintir
kemuliaan-Ku.”
Bhagawadgita
X.32
“
Di antara segala ciptaan Aku adalah permulaan, Akhir, dan juga pertengahan,
wahai Arjuna. Di antara segala ilmu pengetahuan, Aku adalah ilmu pengetahuan
rohani tentang sang diri, dan diantara para ahli logika, aku adalah kebenaran
sebagai kesimpulan.”
Bhagawadgita
X. 38
“Di
antara segala cara untuk melarang pelanggaran hukum, Aku adalah hukuman, dan
diantara orang yang mencari kejayaan, Aku adalah moralitas. Di antara segala
hal yang rahasia, Aku adalah sikap diam. Dan aku adalah kebijaksanaan orang
yang bijaksana”
Dengan merenungkan bahwa pemberi semuanya adalah
Tuhan, kita akan memupuk sifat untuk tidak terikat dan menghilangkan pikiran
untuk memiliki. Serta menganjurkan untuk mengenali diri, untuk membaktikan
dirinya kepada Tuhan untuk pelepasan yang terakhir dan melepaskan keinginan
duniawi.
2.3
Perbuatan
dan Kearifan
Mantra
2
“Tetaplah
melakukan pekerjaan di dunia ini seolah-olah kamu akan hidup seratus tahun.
Jika kamu hidup secara demikian, tidak ada jalan lain dimana
perbuatan-perbuatanmu (Karma-mu)
tidak akan melekat pada dirimu.”
Dalam
mantra ini menjelaskan bahwa dengan melakukan perbuatan tanpa mengharapkan
imbalan dan tidak terikat pada perbuatan itu, maka seseorang dapat mencapai
pelepasan. Pelepasan ini dicapai karena melalui penyucian hati dan melalui
perbuatan yang dijalankan dengan semangat ini tidak akan mengikat jiwa. Dalam
sloka bhagawadgita menyebutkan tentang melakukan kewajiban tanpa ikatan
terhadap hasil pekerjaan itu, yaitu seagai berikut:
Bhagawadgita
III.19
“Karena itu seseorang hendaknya
bertindak karena kewajiban tanpa terikat terhadap hasil kegiatan, sebab dengan
bekerja tanpa ikatan terhadap hasil, seseorang sampai kepada Yang Mahakuasa”
Bhagawadgita VI.1
“Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
bersabda; orang yang tidak terikat pada hasil pekerjaannya dan bekerja menurut
tugas dan kewajibannya berada pada tingkatan hidup untuk meninggalkan hal-hal
duniawi. Dialah ahli kebatinan yang sejati, bukanlah orang yang tidak pernah
menyalakan api dan tidak melakukan pekerjaan apapun yang menjadi sannyasa dan
yogi yang sejati”
Melalui
sloka ini dapat ditegaskan bahwa apabila seseorang melakukan pekerjaan apapun,
hendaknya orang tersebut tidak terikat oleh hasil kerja atau dengan kata lain
seseorang bekerja dan bertindak demi
Tuhan atau dalam kesadaran Tuhan. orang yang sadar akan keberadaan Tuhan, tidak
akan terikat terhadap hasil melainkan ia selalu bertindak atas nama Tuhan saja.
Dia menekuni segala jenis kegiatan, tetapi dia sama sekali tidak terikat,
sehingga apabila mampu melakukan hal yang demikian, orang tersebut pasti menuju
tujuan hidup yang paling utama, yaitu pembebasan atau moksa.
Mantra 3
“Asurya, begitulah dunia yang
diliputi kegelapan dan pada keadaan demikianlah orang-orang yang membunuh atman
akan datang sesudah mereka meninggal.”
Dalam
mantra 3 ini menjelaskan tentang atman yang tertutup oleh sifat Avidya atau
kegelapan atau kebodohan dimana itu
termasuk ketidakmampuan untuk menyadari atman-nya sendiri, sehingga ia tidak
mengenali atman dengan segala macam sifatnya. Yang demikian adalah orang
yang menginginkan kekayaan duniawi,
mereka yang terikat dengan keduniawian. Hal ini juga dijelaskan dalam sloka
bhagawadgita berikut ini:
Bhagawadgita
III. 25
“Seperti halnya orang bodoh
melakukan tugas-tugas kewajibannya dengan ikatan terhadap hasil, begitu pula
orang bijaksana dapat bertindak dengan cara yang serupa, tetapi tanpa ikatan,
dengan tujuan memimpin rakyat dalam menempuh jalan yang benar.”
Melalui sloka ini dapat kita ketahui bahwa orang
yang bekerja dengan memikirkan hasil atau terikat kepada pekerjaan adalah orang
yang tidak mengetahui tentang hakikat Tuhan itu sendiri. orang yang tidak
mengerti tentang Tuhan sibuk dalam
kegiatan untuk memuaskan kepuasan indriya-indriya, dan tidak melakukan
pekerjaan atas nama Tuhan tetapi demi kepentingan duniawi, karena ia terlalu
terikat oleh kegiatan material, dalam bhagawadgita, orang yang seperti ini
adalah orang yang bodoh dan tidak sadar akan adanya Tuhan. tetapi orang yang
mengerti akan adanya Tuhan akan selalu melakukan kegiatan baik dan benar yang
bermanfaat bagi orang banyak dan tidak
terikat kepada material.
2.4
Yang
Maha Tinggi Adalah Immanent dan Transenden
Mantra
4
“
Atman itu tidak bergerak-bergerak, esa dan lebih cekatan daripada pikiran.
Indrya tidak dapat mencapai-Nya sebab Dia selalu lebih dulu dari mereka.
Walaupun dia diam, Dia mengalahkan yang
berlari. Pada-Nya udara yang ada dimana-mana menopang semua kegiatan
Makhluk hidup.”
Mantra
6
“Dia
yang melihat semua makhluk pada dirinya sendiri dan dirinya sendiri pada semua
makhluk, dia tidaklah melihat sesuatu yang bertentangan pada pendapat yang
demikian.”
Dari
kedua mantra itu dapat kita ketahui bahwa atman adalah Yang Maha Tinggi, ia
menopang segalanya, atman itu tunggal. Brahman adalah atman itu sendiri. ia memberikan kekuatan pada seluruh jiwa kosmis.
Atman
sesungguhnya kebenaran sejati, kesadaran yang tidak dapat disamakan dengan
pikiran dan kecerdasan. Atman adalah yang nyata, yang mendasari kekuatan yang
sadar dari perseorangan, tempat berpijak yang paling dalam jiwa manusia. Atman
adalah cahayanya cahaya, dan melalui hal ini sajalah ada cahaya di alam semesta
ini. dia adalah cahaya abadi. Dia adalah yang tiada hidup atau mati. Yang tanpa
gerak ataupun perubahan yang masih bertahan ketika yang lain sudah berakhir.
Atman adalah kesadaran saksi yang abadi. (Sutrisna, 2009;66)
Berkaitan
dengan immanent dan transenden, ini bertujuan untuk menyadari dan menghayati
keberadaanNya. Ia bersifat Maha ada, juga berada disetiap makhluk hidup, di
dalam maupun di luar dunia (imanen) meresap di segala tempat, kekal abadi dan
tidak berubah, tidak memiliki bagian-bagian, tidak memerlukan suatu aktivitas,
berkeadaan tetap diam, tanpa memiliki kesalahan, tanpa terkena noda-noda,
beliau merupakan jembatan emas menuju pencapaian keabadian makhluk-makhluk.
Mereka yang telah memahami, menyadari dan mengetahui keberadaan Brahman dan
atman itu, maka akan mencapai pembebasan, dia akan terlepas dari semua ikatan.
(Sutrisna, 2009;53-56)
2.5
Kebodohan
dan Pengetahuan
“Pengetahuan
dan kebodohan, dia yang mengerti kedua-duanya akan mengarungi kematian melalui kebodohan
dan akan mencapai hidup yang kekal melalui pengetahuan.”
Dalam bagian ini
membahas tentang Vidya dan avidya, apabila seseorang mengetahui kedua hal ini
maka akan mencapai pembebasan. Pertemuan
antara atman dan badan menimbulkan ciptaan menyebabkan atman dalam keadaan
avidya. Avidya artinya gelap, lupa pada kesadaran, avidya muncul karena pengaruh
unsur panca maya kosa. (Suwisma, 2013; 115)
Pada hakikatnya
atman identik dengan Brahman. Namun karena pertemuannya dengan tubuh yang
bersifat material, maka atman tidak mampu lagi mengidentifikasikan dirinya
seperti Brahman. Maka kegelapan atau avidya menyelimuti dan menutupi kecerdasan
atman sehingga ia lupa akan hakikat sejatinya. Avidya adalah penyebab belenggu,
sedangkan lawan dari avidya adalah vidya, atau pengetahuan sejati yang
merupakan penyebab pembebasan dari segala belenggu. (Sutrisna, 2009; 138).
Dalam
Bhagawadgita telah dijelaskan bahwa siapapun yang menyadari keberadaan Atman
atau roh individu dan juga menyadari keberadaan Tuhan, serta siapapun yang
mengetahui segala pengetahuan tentang Tuhan Maka akan mencapai tempat tertinggi
dan kebahagiaan Tertinggi, atau moksa.
2.6
Yang
terwujud dan Yang Tidak terwujud
“Dia
yang mengerti yang terwujud dan yang tidak terwujud akan melewati kematian melalui
yang tidak terwujud dan memperoleh hidup yang kekal melalui yang terwujud. ”
Dalam mantra ini
menjelaskan bahwa Tuhan juga mempunyai wujud yang tidak dapat terpikirkan oleh
manusia, tidak dapat dijelaskan oleh akal pikiran manusia. Dalam bagian ini
menganjurkan kepada kita untuk menempuh hidup dalam dunia yang terwujud, tetapi
tanpa ikatan dan dengan pikiran tetap ditujukan kepada Yang Tidak Terwujud atau
Tuhan. kita harus menjalani hidup di dunia ini tanpa harus dibuat mabuk oleh
dunia atau terikat oleh dunia. Kita harus menunjukkan pikiran kita pada yang
kekal (Tuhan) dan mengingat bahwa yang kekal adalah jiva dari yang tidak kekal.
Siapapun yang selalu memusatkan pikiran
kepada Tuhan, maka ia akan mencapai kebahagiaan tertinggi.
Dalam
Bhagawadgita XV.19 Tuhan telah bersabda sebagai berikut:
“Siapapun yang mengenal Aku sebagai
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tanpa ragu-ragu, mengetahui segala sesuatu.
Karena itu, ia sepenuhnya menekuni pengabdian suci Bhakti kepada-ku, wahai
putera Bharata”
2.7
Doa
untuk Visi Tuhan
Mantra
17
“Semoga
hidup ini memasuki nafas yang kekal; dan kemudian semoga raga ini berakhir
dalam abu. Wahai buddhi ingatlah apa
yang telah aku perbuat. Ingatlah wahai buddhi apa yang telah kuperbuat.
Ingatlah”
Mantra 18
“ Wahai Agni bimbinglah kami sepanjang
jalan harapan kepada kebahagiaan, wahai
Tuhan yang mengetahui semua perbuatan-perbuatan kami. Bersihkanlah kami dari
dosa-dosa kami. Kami menghaturkan sembah doa untuk-mu”
Mantra
yang terdapat dalam bagian ini menjelaskan tentang kewajiban kita untuk selalu
ingat kepada Tuhan dan mengingat perbuatan yang telah kita lakukan, karena buah
dari perbuatan itulah yang akan menemani kita dan itu pula yang menentukan
sifat di kehidupan berikutnya.
Dalam
Bhagawadgita juga telah disebutkan bahwa dengan selalu mengingat Tuhan setiap
saat, termasuk saat melakukan perbuatan apapun, maka ia akan mencapai Tuhan. berikut adalah slokanya:
Bhagawadgita
VIII. 7
“Wahai
Arjuna, hendaknya engkau selalu berpikir tentangKu dalam bentuk Krsna dan pada
waktu yang sama melaksanakan tugas kewajibanmu, yaitu bertempur. Dengan
kegiatanmu dipersembahkan kepadaKu pikiran dan kecerdasanmu dipusatkan
kepadaKu, tidak dapat diragukan lagi bahwa
engkau akan mencapaiKu”
Bhagawadgita
VIII.6
“Keadaan hidup manapun yang diingat seseorang
pada saat ia meninggalkan badannya, pasti keadaan itulah yang dicapai, wahai
putera kunti”
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Isa Upanisad
adalah salah satu bagian dalam Upanisad
Utama. Isa yang disebut Isavasya Upanisad ini termasuk dalam
aliran Vajasaneya dari Yajur Veda. Vajasaneya Samhita berisi 40
bab dimana Upanisad ini merupakan
yang terakhir. Isa upanisad mengajarkan inti dari persatuan Tuhan dengan alam
semesta, ciptaan dan perkembangannya.
Menurut
isa upanisad, bahwa Tuhan adalah Yang maha sempurna, Tuhan
berada dimana- mana, Tuhan adalah sebagai pencipta, Tuhan ada di setiap jantung
makhluk hidup, semua yang ada di alam ini adalah milik Tuhan, Tuhan adalah ia
yang berkuasa atas segalanya yang ada ini, siapapun yang menyadari tentang
Tuhan, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan tertinggi.
Menurut
isa upanisad, atman adalah yang maha tinggi, atman itu identik dengan Brahman,
namun karena pertemuan antara atman dan badan menimbulkan ciptaan menyebabkan
atman dalam keadaan avidya.
Dalam
isa upanisad ini menjelaskan bahwa
dengan melakukan perbuatan tanpa mengharapkan imbalan dan tidak terikat pada
perbuatan itu, maka seseorang dapat mencapai pelepasan.
DAFTAR PUSTAKA
Prabhupada,
Swami. 2000.Bhagavad Gita Menurut Aslinya.
The Bhaktivedanta Book Trust International, inc. Hanuman Sakti
Radhakrishnan,
2015. Upanisad Upanisad Utama.
Surabaya. PARAMITA Surabaya
Sutrisna, I
Made. 2009. Modul Pokok Upanisad.
Jakarta. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI
Sutrisna, I
Made. 2012. Dasar-Dasar Agama Hindu.Jakarta.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI
Vimalananda,
Swami. 1997. Mahanarayana Upanisad.
Surabaya. PARAMITA Surabaya
Suwisma,
S.N. 2013. Swastikarana. Jakarta,
Penerbit PT Mabhakti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar