UPANISAD
KATHA UPANISAD
BAB I Bagian 3 - BAB II Bagian 1
Dosen Pengampu:
Kadek Hemamalini, S.Pd.H, M.Fil.H
Oleh:
AA Made Dewi Kartika
I Wayan Aditya Nugraha
Ketut Deni Wiryanthari
Putu Sriasih
SEKOLAH
TINGGI AGAMA HINDU
DHARMA
NUSANTARA
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Om swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida sang Hyang
Widi Wasa atas berkat
waranugraha-Nya, makalah mata kuliah Upanisad ini bisa terselesaikan.Tidak lupa
kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan
makalah ini, diantaranya, Ibu Kadek Hemamalini, S.Pd.H, M.Fil.H sebagai dosen
pengampu mata kuliah Upanisad, teman-teman dikelas yang telah memberikan kami
dukungan, dan semua pihak Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta
yang terkait dalam menyediakan sarana dan prasarana guna mempermudah pencarian
literature.
Makalah yang kami buat ini sangat jauh dari
kesempurnaan, sehingga kritik dan saran bagi pembaca sangat diharapkan guna
dijadikan pembelajaran pada pembuatan makalah yang akan datang. Terima kasih
atas partisipasinya semoga semua isi yang ada dalam makalah dapat bermanfaat
bagi bembaca.
Om santi, santi, santi Om.
Jakarta, Juni 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR
ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan
Penulisan........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 BAB
I Bagian 3 KathaUpanisad............................................... 3
2.1.1
Dua Atman.................................................................... 3
2.1.2
Perumpamaan Tentang Kereta...................................... 4
2.1.3
Tingkatan kemajuan kepada Yang Maha
Tinggi........... 5
2.1.4
Metode Yoga................................................................ 6
2.2 BAB
II Bagian 1 Katha Upanisad............................................. 7
2.2.1
Atman Tidak Bisa Dicari Melalui Indriya..................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upanisad
merupakan konsep filsafat Hindu dimana,Upanisad sendiri berasal dari kata Upa, ni, dan shad. Upa berarti dekat, ni
berarti di bawah, dan shad berarti
duduk. Jadi, Upanisad berarti duduk dekat, yaitu duduk di dekat seorang guru
untuk menerima ajaran dan pengetahuan yang lebih tinggi. Kitab upanisad
berbentuk dialog antara seorang guru dan muridnya, atau antara seorang Brahmana
dengan Brahmana lainnya.
Katha
Upanisad adalah salah satu bagian dalam Upanisad Utama. Katha upanisad yang juga disebut kathakopanisad ini termasuk dalam aliran
Taitiriya dari Yajur Veda, memakai cerita yang terdapat dalam susastra Devanagari
(Sanskerta) kuno. Seorang brahmana yang kecil dan saleh. Rajasravasa,
melaksanakan yajna dan mendermakan kepada pendeta, sapi-sapi yang sudah tua dan
linglung. Putranya, Naciketa merasa risih akan pelaksanaan yadnya yang tidak
sesuai dengan aturan yang dilakukan ayahnya, mengusulkan supaya dirinya saja
yang dijadikan korban (Daksina) untuk salah seorang pendeta.
Ketika dia
bersikeras dalam permintaannya, sang
ayah menjadi marah sekali dan mengutuk “kepada yama kamu akan kuberikan”
naciketa pergi ke tempat persemayaman Yama dan tidak menemukan Beliau
disana, dia menunggu sampai 3 hari 3
malam tanpa makan. Yama ketika kembali
menjanjikan tiga hal kepada Naciketa
atas apa yang dialaminy. Permintaan Naciketa pertama adalah supaya dia bisa kembali dengan oramg tuanya.
Permintaan kedua adalah “Ceritakan
kepada hamba bagaimana perbuatan baik hamba tidak akan habis-habisnya. ”. dan
permintaan ketiga, ceritakanlah kepada hamba bagaimana mengatasi kematian
kembali.
Upanisad ini
terdiri dari dua pasal, dan masing-masing pasal terdiri dari tiga vali atau
bagian. Ada beberapa pesan-pesab umum yang bisa ditemukan baik dalam gita
maupun dalam Katha Upanisad. Berdasarkan uraian tersebut, dalam makalah ini,
kami akan membahas Katha Upanisad Bab I
bagian 3 sampai Bab II bagian 1.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa saja pembahasan dalam Katha Upanisad
Bab I bagian 3?
2.
Apa saja pembahasan dalam Katha Upanisad
Bab II bagian 1?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui apa saja pembahasan
dalam Katha Upanisad Bab I bagian 3;
2.
Untuk mengetahui apa saja pembahasan
dalam Katha Upanisad Bab II bagian 1.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 BAB I Bagian 3 KathaUpanisad
2.1.1
Dua
Atman
“
Ada dua atman yang meminum sari buah karma dari dua perbuatanyang baik.
Keduanya bersemayan pada tempat rahasia (di dalam jantung), tempat utama dari
Yang Maha Tinggi. Yang mengerti Brahman mengatakan tentang kedua hal ini
sebagai bayangan dan cahaya, dan juga (mereka yang menjalankan gryahasta) yang
memelihara ke lima api yajna dan yang juga menjalankan upacara tiga api
Naciketa”.
Dalam
bagian satu ini menjelaskan dua bentuk atman yaitu atman individu/jivatman dan
atman semesta/paramaatman. Jivatman bersifat abadi, namun karena terpengaruh
oleh badan manusia yang tersusun dari unsur yang menyebabkan atman bersifat
maya. Jivatman tidak mengetahui asal dan
sifat sesungguhnya, sehingga keadaan itu di sebut avidya. Jiwa juga di sebut
dengan amsa yaitu bagian dari Brahman,. Pernyataan ini berarti Brahman ada lebih dulu dari jiwa, bentuk
Brahman yang abadi ini adalah jiwa perseorangan yang nyata yang menyatu dari
keberadaan semua makhluk.
Bhagawadgita VI. 28
menyatakan:
“Seorang
yogi yang sejati melihat aku bersemayam di dalam semua makhluk hidup, dia juga
melihat setiap makhluk hidup di dalam Diri-ku. Memang, orang yang sudah insaf
akan dirinya melihat Aku, Tuhan Yang Maha Esa yang sama dimana-mana”
Dalam bhagawadgita VI. 28 dijelaskan bahwa Tuhan
yang Maha Kuasa bersemayam di dalam hati semua orang sebagai Roh Yang Utama
(Paramaatma).Tuhan dalam aspeknya sebagai paramaatma, bersemayam di dalam hati
seekor anjing dan juga di dalam hati seorang brahmana. Seorang yogi yang
sempurna mengetahui bahwa Tuhan bersifat rohani untuk selamanya dan tidak
terpengaruh secara material bila Beliau
berada di dalam hati seekor anjing atau
dalam hati seorang brahmana.itulah sifat Maha Netral dari Tuhan. sang roh yang
individual juga bersemayam di dalam hati setiap individu, tetapi dia tidak
berada di dalam setiap hati semua makhluk sekaligus. Itulah perbedaan antara
roh Individual dan roh Yang Utama
Dalam hubungannya dengan alam semesta yang nyata
adalah Brahman, sedangkan nama dan bentuknya adalah permainan dari
perwujudannya, demikian pula ego perseorangan adalah keberagaman pengungkapan
dari Atman Semesta yang Esa. Brahman adalah yang abadi, yang sunyi, yang
mrngrndalikan dan menggiatkan alam semesta. (Sutrisna, 2009; 65)
2.1.2
Perumpamaan
Tentang Kereta
“ Ketahuilah atman sebagai penguasa
dari kereta dan raga sesungguhnya adalah kereta dan ketahui lah buddhi sebagai
kusir kereta dan pikiran sesungguhnya adalah pengendalinya”.
Dalam bagian ini
menjelaskan tentang pentingnya pengendaliandiri. Agar seseorang tidak dikuasai
oleh kecenderungan-kecenderungan yang rendah maka ia harus mengendalikan diri
dari guncangan-guncangan hati yang tidak
baik. Guncangan itu semual ada dalam bentuk keinginan. Setiap keinginan
menentukan apa obyeknya. Indriya merupakan alat untuk memenuhi keinginan itu.
Indriyalah yang menghubungkan manusia dengan alam. Sentuhan indriya dengan alam
ini menimbulkan guncangan pribadi orang. Bahkan tidak jarang orang mendapat
celaka karena terlalu memenuhi keinginan indriyanya. Karena itu orang harus
dapat mengendalikan indriya pada hal-hal yang membawa kerahayuan atau
keselamatan.
Sehubungan
dengan bahwa keinginan itu timbul dari indriya, maka indriya itu patut
dikendalikan baik-baik sebab ia mengantarkan kita kepada kebahagiaan atau kesengsaraan, tetapi bukan
berarti kita harus mengekang segala apa yang timbul dari indriya tersebut.
Kita patut mempertimbangkan
keinginan indriya tersebut baik-baik agar kita mendapatkan keselamatan di hidup
kita. jangan sampai kita diperbudak oleh
indriya kita, tetapi kitalah harus memperbudaknya. Manakala kita sampai
diperbudak, payahlah keadaan diri kita dan kesengsaraanlah yang akan kita
jumpai. Tetapi hendaknya disadari bahwa membunuh keinginan indriya itu sama sekali tidak benar, karena Tuhan
memberikan kita indriya adalah untuk kesempurnaan hidup kita. Hanya saja kita
harus tahu mempergunakan dan tahu mengendalikan agar kita mendapatkan
keselamatan dan dapat berhasil sesuai keinginan kita. (Sutresna, 2012; 49&
54). Dalam kitab sasasamuccaya 71 menyatakan demikian;
“indriyanyeva tat sarvam yat
svarganarakavubhau,
Nigrhitanissrstani svargaya
narakaya ca”
Terjemahan;
Inilah yang
patut saya ajarkan lagi, indriyalah yang
dianggap sorga dan neraka. Bila orang sanggup mengendalikannya, itu semata-mata
sorga namanya, tetapi bila tidak sanggup mengendalikannya benar-benar neraka
ia.
2.1.3
Tingkatan
kemajuan kepada Yang Maha Tinggi
“ Di luar mahat adalah yang tidak
terwujud; di luar yang tidak terwujud adalah purusa. Di luar purusa tidak ada
apa-apa. Itu lah akhir (dari perjalanan): itulah tujuan akhir”.
Dalam bagian ini
menjelaskan tentang Hiranyagarbha atau iswara adalah penyebab alam semesta ini.
Hiranyagarbha ini merupakan Tuhan dalam
asas kosmis yang merupakan jiwa alam semesta. Dalam hal ini beliau meresapi
alam semesta yang ada di dalam dan yang ada di luar, oleh daya pengetahuan dan
daya kerjanya. (Vimalananda, 1997;24)
Tuhan merupakan
sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur
alam semesta dengan segala isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta
akhir dari segala yang ada. Di dalam Bhagawad Gita, Tuhan bersabda mengenai hal
ini yaitu sebagai berikut;
Bhagawadgita
VII.6
Ketahuilah bahwa semua insani mempunyai
sumber-sumber kelahiran disinii, Aku adalah asal mula alam semesta ini demikian
pula kiamat kelaknya nanti.
Bhagawadgita
X. 20
Aku adalah jiwa yang
tediam dalam hati setiap insani, wahai Gudakesa Aku adalah permulaan,
pertengahan dan penghabisan dari semua makhluk.
2.1.4
Metode
Yoga
“Atman yang walaupun letaknya
tersembunyi dalam semua makhluk, tidak bersinar kemana-mana tetapi bisa di
lihat oleh para penglihat yang halus, melalui budhi: mereka yang tajam dan
halus”
Dalam
mantra ini menjelaskan bahwa atman itu hanya bisa dilihat oleh orang bijaksana
dan orang yang telah mampu melakukan pengendalian diri dan pengendalian pikiran
secara sempurna. Dengan meditasi, seseorang dapat bertemu dengan atmannya dan
dengan meditasi semua karanya akan lenyap dan ia pun akan mencapai kelepasan
yang merupakan tujuan hidup tertinggi umat Hindu (Sutrisna,2009;88)
Cara
merasakan atman yang ada dalam diri adalah dengan melalui jalan etika
yoga, samadi yang mantap dan mendalam. Dalam sloka Bhagawadgita juga telah
dijelaskan bahwa dengan yoga atau meditasi, seseoramg dapat mengetahui atman
dan Brahman, setelah mengetahui keduanya, maka ia akan mencapai pembebasan,
berikut adalah slokanya;
Bhagawadgita
VI.7
“Orang yang sudah menaklukan pikiran
sudah mencapai pada roh yang utama, sebab ia sudah mencapai ketenangan. Bagi
orang yang seperti itu, suka dan duka, panas dan dingin, penghormatan dan
penghinaan semua sama”
Bhagawadgita
VI.28
“Dengan demikian,
seorang yogi yang sudah mengendalikan diri dan senantiasa melakukan latihan
yoga dibebaskan dari segala pengaruh material dan mencapai tingkat tertinggi
kebahagiaan yang sempurna dalam cinta bhakti rohani kepada Tuhan”
2.2 BAB II Bagian 1 Katha Upanisad
2.2.1
Atman
Tidak Bisa Dicari Melalui Indriya
“ Atman bukanlah di cari melalui
indriyanya, si penyebab sendiri memecah pembukaan indriya-indriya ke luar,
karena seseorang biasanya melihat ke luar dan bukan kedalam dirinya. Tetapi
beberapa orang arif, mencari hidup yang kekal, dengan matanya di tunjukan
kedalam, melihat atman”.
Mantra ini menjelaskan bahwa atman tidak dapat
diketahui melalui indera-indera, ia tidak dapat diketahui oleh nalar, ia tidak dapat dipahami dengan pikiran
diskursif, ia hanya diketahui melalui intuisi yang berada diatas nalar. Intuisi
dapat dicapai melalui tidak berbuat salah, pengendalian indera, konsentrasi
pikiran, dan absent dari kenikmatan seksual. Indera-indera harus ditempatkan
lebih rendah dari pikiran, pikiran dari intelek, dan intelek dari roh.
Keberadaan atman dalam diri sangat
sulit diketahui dikarenakan adanya pengaruh maya yang menyebabkan manusia
awidya. Dia menyamakan atman dengan pikiran, perasaan dan tubuhnya, sehingga
dengan demikian dia tidak dapat mencapai kelepasan cara merasakan atman yang
ada dalam diri adalah dengan melalui jalan etika yoga, samadi yang mantap dan
mendalam.
Ketika
pikiran secara penuh dikonsentrasikan pada sang roh, dan diserap didalamnya dan
diidentifikasikan dengan-Nya, ia dapat diketahui. Roh dapat memperlihatkan dirinya
kepada ia yang murni. Ia dapat direalisasikan melalui pengetahuan integral,
ketika pikiran jatuh kedalam kenikmatan, kemelekatan, dan emosi-emosi lainnya
yang bebas dari semua keinginan. Ia yang pikirannya kepada Brahman dan selalu
memburu pengetahuan tinggi, maka ia memasuku Brahman, diskriminasi kebahagiaan
dan kebaikan tertinggi, penolakan kenikmataj, penghilangan keinginan, dan
kesucian pikiran membawa pada pengetahuan yang dapat menyelamatkan diri. (Sutrisna,
2009; 130-131)
Dalam
Bhagawad Gita juga telah diterangkan sebagai berikut:
Bhagawadgita
XIII. 28
“orang yang melihat Roh Yang Utama mendampingi roh
individual di dalam semua badan, dan mengerti bahwa sang roh dan Roh yang utama
tidak pernah dimusnahkan di dalam badan yang dapat dimusnahkan, melihat dengan
sebenarnya”
Dari
sloka Bhagavadgita tersebbut dapat kita ketahui bahwa melalui pergaulan yang
baik, siapapun dapat melihat tiga hal yang telah digabungkna-yaitu badan,
pemilik badan, atau roh individual, kawan roh individual- . mereka hanya
melihat badan, dan mereka berpikir bahwa ketika badan dibinasakan, sang roh dan
roh yang utama tetap ada dan mereka berjalan terus untuk selamanya dalam
berbagai bentuk yang bergerak dan yang tidak bergerak.
2.2.2
Jiwa
Individu dan lain-lain adalah satu dengan yang semesta
“Dia yang mengerti atman ini, yang
merasakan pengalaman sebagai jiwa yang hidup dekat denpan penguasa yang lalu
dan yang akan datang, seseorang tidaklah akan pergi dari-nya. Begitulah keadaan
yang sesungguhnya”.
Mantra ini menjelaskan tentang semua
objek terlahir dari Brahman dan semuanya mendapatkan kehidupan dari Brahman. Beliau
dinyatakan kurang lebih melalui
matahari, bulan, bintang, air, api, udara, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, hari, bulan dan
musim. Tak satupun yang menyamai atau melebihi-Nya dalam kemuliaan. Akhirnya,
dengan anugerahNya dan dengan pengetahuan tentang Dia, manusia dapat terlepas
dari samsara dan memperoleh kebahagiaan terakhir.
Penyimpulan
tema agung ini menyatakan kepada kita
bahwa Realitas yang sama mengejawantahi
seluruh alam semesta, selama-lamanya, bersemayam dalam diri kita masing-masing.Hal yang harus kita ketahui adalah
bahwa hakekat jiwa dan alam berada dalam satu lingkaran yang di bawah naungan
satu pencipta. (Vimalananda,
1997;24)
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Katha
Upanisad adalah salah satu bagian dalam Upanisad Utama. Katha upanisad yang juga disebut kathakopanisad ini termasuk dalam aliran
Taitiriya dari Yajur Veda. Upanisad ini terdiri dari dua pasal, dan masing-masing
pasal terdiri dari tiga vali atau bagian. Ada beberapa pesan-pesan umum yang
bisa ditemukan baik dalam gita maupun dalam Katha Upanisad.
Dalam Katha Upanisad Bab I bagian 3 membahas
tentang Dua Atman, yaitu menjelaskan
dua bentuk atman yaitu atman individu/jivatman dan atman semesta/paramaatman.
Kemudian ada Perumpamaan Tentang Kereta yang menjelaskan tentang pengendalian
indriya; Tingkatan – tingkatan kemajuan Kepada Yang Maha Tinggi yang
menjelaskan tentang Hiranyagarbha sebagai jiwa semesta atau asas kosmis, dan Yang terakhir dari bab 1 bagian 3 ini
adalah tentang metode yoga, yaitu menjelaskan tentang pencapaian kekebasan
melalui jalan yoga dan samadi.
Dalam Katha Upanisad Bab II bagian 1 membahas
tentang Atman Yang Tidak Bisa dicari melalui indriya, karena atman bisa dicapai
melalui meditasi dan konsentrasi, kemudian membahas tentang Jiva individu dan
lain-lain adalah satu dengan yang semesta, ini menjelaskan tentangsemua objek terlahir dari Brahman
dan semuanya mendapatkan kehidupan dari Brahman.
DAFTAR PUSTAKA
Prabhupada,
Swami. 2000.Bhagavad Gita Menurut Aslinya.
The Bhaktivedanta Book Trust International, inc. Hanuman Sakti
Radhakrishnan,
2015. Upanisad Upanisad Utama.
Surabaya. PARAMITA Surabaya
Sutrisna, I
Made. 2009. Modul Pokok Upanisad.
Jakarta. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI
Sutrisna, I
Made. 2012. Dasar-Dasar Agama Hindu.Jakarta.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI
Vimalananda,
Swami. 1997. Mahanarayana Upanisad.
Surabaya. PARAMITA Surabaya